Marning Jagung Renyah? Sadang Jatirogo Juaranya

Berbicara makanan ringan di Tuban, kurang lengkap apabila tidak menyebut Desa Sadang, Kecamatan Jatirogo. Aneka produk olahan palawija bisa dengan mudah ditemukan di desa ini. Salah satu yang paling terkenal adalah marning Jatirogo.

Reporter: Moch Nur Rofiq, Edy Purnomo

blokTuban.com – Marning, makanan ringan yang dibuat dengan bahan dasar jagung memang mudah didapat. Tapi, mendapat makanan jenis ini dengan cita rasa khas tidak mudah. Berbicara marning di bumi wali, semua pasti sepakat menyodorkan nama Jatirogo. Ya, orang Tuban menyebutnya marning Jatirogo.

Jatirogo adalah salah satu kecamatan di ujung barat Kabupaten Tuban. Wilayah ini langsung berbatasan dengan Kecamatan Sale, yang sudah masuk Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Sentral pembuatan marning di kecamatan Jatirogo berada di Desa Sadang. Tidak hanya marning, hampir sebagian besar perempuan di desa ini juga piawai mengolah palawija lain menjadi snack atau makanan ringan.

Camilan dari desa ini, tidak hanya diminati di desa sekitar Kecamatan Jatirogo saja. Namun sudah mempunyai konsumen dari kecamatan-kecamatan yang ada di Tuban. Bahkan, sampai ke kota-kota yang dekat dengan Tuban, termasuk Kabupaten Bojegoro dan Kabupaten Rembang. Selain itu, kita bisa menemui marning Jatirogo terpajang di hampir semua pusat oleh-oleh yang ada di bumi wali.

"Marning terkenal dari Tuban ya Jatirogo, rasa jagungnya lebih gurih dan lebih krispi dibanding buatan dari desa lain," kata Wignyo (33), peminat marning Jatirogo.

Belum diketahui sejak kapan desa ini menjadi sentral penghasil Marning. Hanya saja, kita bisa menemui dengan mudah rumah-rumah warga yang dijadikan usaha pengolahan marning. Tak jarang, setiap orang di satu keluarga mempunyai tugas sendiri-sendiri, mulai dari pengolahan sampai penjualan marning.

Kholip (33), salah satu pembuat marning, mengatakan keluarganya sudah menggeluti usaha ini sejak 7 tahun silam. Setiap hari, dia memproses bahan dasar jagung menjadi camilan yang enak dan mempunyai daya jual.

Kholip mengawali aktivitasnya sejak pukul 06.30 WIB setiap harinya. Pada jam itu, dia mulai proses penggorengan marning sampai waktu shalat Dzuhur. Aktivitas menggoreng dia lakukan kembali setelah berisitirahat sampai pukul 21.00 WIB.

"Kalau saya bagian di dapur, yang menjual adalah istri saya," terang Kholip, sembari menjaga nyala api agar tetap stabil.

Omset home industri miliknya tergolong lumayan. Bisa menghasilkan antara Rp2 juta sampai Rp3 juta perbulannya. Pemasarannya pun, tembus tidak hanya di Kecamatan Jatirogo dan wilayah lain di Tuban, tetapi sampai di wilayah Kabupaten Bojonegoro dan kabupaten tetangga yang lain.

“Untuk pemasaran sehari-hari Istri saya menjajakan marning buatan saya di pasar Jenu Tuban. Selain dijual sendiri juga di ambil oleh tengkulak untuk dijual lagi diwilayah Tuban,” imbuhnya.

Harga jual marning tergolong murah, yaitu konsumen bisa mendapatkan dengan harga dari tempat produksi langsung dengan harga Rp13.000 perkilogram. Menjadikannya semakin laris manis di pasaran. Tetapi harga ini bisa berubah ditingkat pedagang, apalagi ketika marning tersebut sudah dilakukan pengemasan.

Bahan yang melimpah membuatnya masih mempertahankan usahanya hingga saat ini. Semua bahan bisa ia dapatkan di pasar Jatirogo dekat rumahnya. "Bahan-bahannya bisa dibilang simpel, cukup menyediakan jagung putih sebagai bahan dasar pembuatan serta bawang, penyedap rasa, garam, minyak goreng dan yang terpenting batu kapur gamping," tutur bapak satu anak ini menjelaskan.

Saat ini, di Sadang produsen sudah bisa membuat aneka rasa jenis marning. Tapi bahan dasarnya tetap sama, yakni jagung yang sudah benar-benar kering. Disebutkan kalau rasa dasar marning ini tetaplah gurih, karena hanya menggunakan perasa garam.

Dwi Puji (27), mengatakan kalau proses pembuatan dan pengolahan menjadi pembeda kualitas dibandingkan produk lain. Sebenarnya cara membuat jagung marning itu cukup mudah bila sudah terbiasa.

"Jika baru melihat memang rumit karena prosesnya juga cukup lama," ujar Dwi Puji (27), salah satu pembuat marning Jatirogo, kepada blokTuban.com.

Beberapa bahan harus dipersiapkan, diantaranya bulir jagung, garam, air, dan air kapur. Rebus jagung hingga betul-betul melepuh. Jika sudah melepuh, beri sedikit air kapur agar ketika digoreng lebih garing. Dan jangan lupa beri sedikit garam sebagai perasa alami.

Jika garam sudah meresap, angkat, tiriskan lalu jemur. Menjemur marning sebaiknya dalam keadaan betul-betul terik. Karena jika tidak kering dalam sekali jemur, marning menjadi keras atau biker. Setelah itu baru digoreng.

"Jika ingin marning tampilannya bagus, api tidak boleh mati dalam perebusan," tandas Pengusaha yang tinggal di RT.06/RW.08, Sadang, Jatirogo ini.

Hal senada juga disampaikan Rastin (51), menurutnya cara pembuatan mudah, namun ada yang berbeda dari bahannya, yaitu jagung putih.

"Cuci jagung putih terlebih dahulu lalu campur dengan gamping, beri air secukupnya untuk selanjutnya direbus sampai mendidih kemudian angkat dan direndam dengan air selama dua hari sebelum digoreng," beber Rastin.

Ia juga menjelaskan, Sebelum digoreng, jagung yang sudah direbus diberi bumbu penyedap rasa, garam dan bawang putih yang sudah dihaluskan. Serta jangan lupa irisan bawang kecil-kecil sebagai penambah rasa sedap pada marning. Lalu marning digoreng dengan kapasitas minyak goreng dan jagung satu banding setengah. Marning siap dimakan dan dikemas untuk kemudian pasarkan.

"Pembeda utama antara marning Jatirogo dengan marning pada umumnya terletak pada teknik pembuatan. Jagung putih dan perendaman selama dua hari, dengan sedikit batu gamping (agar marning empuk) saat dimakan. Kemudian juga pada banyaknya minyak goreng, agar hasil penggorengan merata," pungkasnya. [rof/pur/ito] (Bersambung).