Tekuni Welit untuk Ekonomi Keluarga

Reporter: Khoirul Huda

blokTuban.com - Ketika memasuki Dusun Pelang, Desa Tahulu, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, kita akan disuguhkan oleh aktivitas warga di depan rumah yang tengah merajut daun atau membuat Welit. Welit sendiri adalah atap yang terbuat dari daun yang biasa digunakan oleh orang zaman sekarang untuk atap gazebo atau atap rumah makan dengan nuansa tempo dulu.

Para pengrajin sendiri tidak hanya para kaum hawa usia 35 tahun, bahkan tidak jarang pengrajin welit tersebut usia 60 tahun dengan tangan cekatannya menyulap lembaran daun yang bisa menjadi bernilai ekonomis.

Salah satunya, Wasirah (60), yang melakukan aktivitas membuat welit sejak usia muda, sampai saat ini sudah sekitar 30 tahun setiap hari ia menjadi pengrajin welit.

"Saya menggeluti kerajinan welit ini sudah sejak muda, mungkin sekitar 30 tahun lebih," terangnya, kepada blokTuban.com, Rabu (13/4/2016).

Berhubung Wasirah tidak mempunyai lahan pertanian, ia mengandalkan ekonomi keluarganya dengan membuat welit. Selain itu, saat musim tanam terkadang ia juga menjadi buruh tani.

Saat ini Wasirah mempunyai dua anak laki-laki yang sudah dewasa, dan sekarang dirinya hanya tinggal di rumah yang terbuat dari kayu yang sederhana, bersama suaminya seorang.

"Saat ini di rumah tinggal bersama suami," jawab Wasirah kepada bT sapaan akrab blokTuban.com.

Dalam sehari, Wasirah bisa menghasilkan antara 100 sampai 150 lembar welit. Sedangkan setiap 100 lembar welit bisa terjual antara Rp20.000 hingga Rp25.000.

"Dalam sehari saya bisa membuat hingga 100 sampai 150 lembar welit, alhamdilillah pemesan welit selalu ada," tambahnya. [hud/rom]