Reporter: Edy Purnomo
blokTuban.com - Pengembangan bonsai panorama sempat dipertanyakan para pecinta lingkungan. Mereka takut, budidaya bonsai jenis ini justru dilakukan dengan merusak atau mengeksploitasi alam.
Wajar. Karena material bonsai jenis ini berupa tumbuhan yang hidup alami di atas bebatuan. Sehingga, untuk mendapatkan harus melakukan penggalian dan mencongkel bebatuan. Terkadang, ukuran batu yang dicongkel juga relatif besar. Material jenis ini memang banyak tumbuh di perbukitan kapur di Tuban.
"Ada yang takut kalau bonsai panorama dibuat dengan mengeksplotasi alam," kata seniman bonsai panorama, Weni Andri Atmoko, Senin (11/4/2016).
Pria asal Desa/kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, mengaku sering mendapatkan pertanyaan serupa. Tak jarang, mereka langsung mendatangi rumahnya untuk bertanya dan meminta klarifikasi. Dia kemudian menjelaskan, apa yang dilakukan pebonsai Tuban justru untuk menyelamatkan tanaman ini.
"Ada yang dari pengurus pusat Persatuan Penggemar Bonsai Indonesia meminta klarifikasi, saya jelaskan kalau hal ini justru upaya kami melakukan penyelamatan," kata Weni, yang juga juri nasional bonsai di Indonesia menjelaskan.
Lebih lanjut dia katakan, material jenis batu dengan tumbuhan di atasnya banyak ditemukan di wilayah perbukitan kapur. Sementara perbukitan kapur di Tuban, terancam dengan adanya penambangan legal ataupun ilegal. Ancaman lain, adalah cara pembukaan hutan untuk lahan yang dilakukan dengan cara pembakaran.
"Saya ajak keliling Tuban. Melihat bagaimana gunung di tambang dan bagaimana lahan dibuka dengan cara dibakar. Sebelum itu (penambangan dan pembakaran) dilakukan, kami berusaha untuk menyelamatkan dulu tanamannya," kata Weni.
Bonsai panorama, saat ini menjadi salah satu ciri khas di Kabupaten Tuban. Selain material yang hanya ada di Tuban, juga pada teknik pembentukan tanaman yang mengandalkan pertumbuhan cabang secara alami. Bukan menggunakan kawat seperti yang banyak dikenal selama ini. [pur/ito]