Pemandian air panas di Nganget,, turut Desa Sidorejo, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban, sebenarnya ada tiga titik yang bisa dikunjungi warga. Namun, satu sendang berada cukup jauh dan jarang disambangi pengunjung. Tepatnya Sendang Lanang atau Sendang Pancuran.
Reporter: Moch. Sudarsono, M.A. Qohhar
blokTuban.com - Selama ini hanya dua sendang yang cukup ramai dipakai terapi oleh pengunujung. Tepatnya di sendang utama, yakni sebelah selatan musala yang juga bisa dipakai untuk istirahat dan penampung air panas untuk mandi memakai gayung atau timba. Selebihnya tidak banyak yang mengetahui ada satu sendang lagi yang airnya lebih jernih.
Sendang Lanang berada di tepi barat musala yang berjarak sekitar 100 meter. Lokasinya tertutup oleh warung dan juga ponten untuk pengunjung. Namun, jika bertanya akan langsung diberitahu posisi sendang yang tidak seberapa panas, jika dibanding dua sendang besar Nganget.
"Di barat terus ada satu sendang lagi, airnya lebih jernih dan ada pancurannya," kata seorang warga setempat, Umi, kepada blokTuban.com.
Jalan setapak dilalui dan harus sedikit hati-hati. Sebab, jika terkena air menjadi licin. Tidak lama, sampailah di Nganget Lanang. Ada belasan pengunjung bergantian mengambil air dengan botol bekas. Memang, untuk Nganget Lanang banyak yang meminum airnya karena dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dari dalam.
"Airnya seperti rasa belerang, tapi segar dan bersih. Sebab, sebelum sampai di kolam ada ceruk untuk menyaringnya," jelas seorang pengunjung, Darmaji (60) asal Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Setelah sampai dekat, air jernih dengan mengeluarkan asap dan bau belerang, mengalir cukup lancar. Ada dua pipa yang mendorongnya keluar ke ceruk, sebelum sampai di sendang kecil. Ukurannya sekitar 2x2 meter dan hanya cukup untuk sekitar 10 orang bersantai.
"Jarang yang mengetahui Nganget Lanang ini, padahal setelah pintu masuk sudah ada petunjuk mengerah kesini," sambungnya.
Sejarah yang Masih Lestari
Keberadaan Pemandian Nganget yang diambilkan dari bahasa Jawa ngangeti atau hangat, terletak di petak 33 A dan B, RPH Kejuron, BKPH Bangilan, KPH Jatirogo. Lokasinya berada di Desa Sidorejo dan dipercaya dapat menjadi terapi untuk segala macam penyakit.
Luas lokasi mata air Nganget sekitar 0,33 hektare (Ha), dengan suasana hutan yang ditumbuhi vegetasi rimba campur, antara lain didominasi Mindi, Panggang, Asem, Lumpit, Sawo Kecik, Mahoni, Flamboyan, Kesambi, Pleso, dan berbagai jenis buah buahan. Sedangkan fauna yang masih ada sekitar lokasi tampak terdapat burung Kutilang, Kadalan, Derkuku, dan burung kecil lainnya. Sedangkan jenis mamalia yang pernah ada di Nganget semisal monyet ekor panjang, walaupun sekarang sudah tidak pernah ditemukan.
Berdasar legenda masyarakat Desa Sidorejo, sejarah Nganget dimulai saat penyebaran Agama Islam oleh Wali Songo. Ada seorang bromocorah atau penjahat tersohor dari daerah Jawa Tengah, tepaynya Kadipaten Demak bernama Blancak Ngilo. Ia mengembara di wilayah Jawa Timur hingga memasuki Kadipaten Tuban. Blancak Ngilo menganut ajaran yang bertentangan dengan syariat agama dan ia diburu seorang Wali Songo, Sunan Bonang.
Suatu ketika, Sunan Bonang yang mempunyai nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim itu mengadakan pengejaran Blancak Ngilo. Tetapi sang Sunan sempat kehilangan jejak dan beristirahat lokasi petak 33a KPH kejuron. Di tempat tersebut tidak ada air, sehingga untuk mengambil air wudhu, Sunan Bonang menancapkan tongkat. Ajaib, menyemburlah air dari dalam tanah dan terasa hangat. Untuk mengingat dan memberi tanda bagi anak cucu, diberi nama oleh Sunan Bonang sebagai Sumber Nganget.
Selesai salat, Sunan Bonang meneruskan pengejarannya hingga menemukan bekas minuman kesukaan Blancak Ngilo, yaitu wedang kopi yang telah dingin. Lokasi tersebut sampai sekarang disebut Dukuh Ngadem atau dalam Bahasa Jawa berarti dingin. Dukuh itu ada di Sesa Sidotentrem, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban. [nok/mad]