Belum lengkap jika berkunjung ke Kabupaten Tuban, terutama jika mengambil akses jalan nasional Tuban-Babat, untuk sekadar mampir di wisata legenda Joko Tarub. Tempatnya berada di Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang. Sebab, lokasinya dekat dengan jalan raya dan hanya beberapa menit dari pertigaan Pakah, atau kurang lebih 14 kilometer dari Kota Tuban. Yang menarik lagi, di sekitar petilasan Joko Tarub cukup terkenal tape yang khas, manis dan menggoyang lidah.
Reporter: Dwi Rahayu, M.A. Qohhar
blokTuban.com - Untuk mencapai Desa Sumberagung tidaklah sulit. Dari arah pertigaan Pakah, cukup mengambil jalan yang menuju ke Kabupaten Tuban. Tidak sampai 5 kilometer, di sebelah kanan terdapat lapangan sepakbola dengan tribun yang baru dibangun, disitulah desa asal tape khas Tuban tersebut. Tepat di samping lapangan, ada jalan masuk ke sekitar hutan yang dibawahi Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tuban. Lokasi tersebut adalah petilasan Joko Tarub yang begitu terkenal tersebut.
Tidak jauh dari petilasan yang berisi sendang, bebatuan dan bekas tinggal Joko Tarub yang diyakini warga sampai sekarang ini, ada satu dusun yang rata-rata warganya memproduksi tape. Tepatnya Dusun Dempel, Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang. Selain Dempel, di Sumberagung juga ada empat dusun lain, masing-masing Dusun Ngayung, Sundulan, Morosmo dan Ngembes.
Saat masuk Dusun Dempel, pengunjung akan melihat di kanan dan kiri jalan, warga tengah mengupas singkong atau ketela pohon. Tampak juga ibu-ibu sedang memotong singkong sepanjang 3 hingga empat centimeter. Hal itu rutin dilakukan saat siang hari, tepatnya setelah salat Duhur. Warga dengan cekatan memproses singkong untuk dijadikan tape unggulan desa setempat.
Kartini (60) salah satunya. Nenek dua anak dan dua cucu tersebut telah menjalani usaha tersebut puluhan tahun. Karena, mulai remaja, dirinya telah dikenalkan orang tua dengan legitnya tape Sumberagung. Ketika blokTuban.com berkunjung ke rumahnya yang sederhana, Kartini dibantu anak, menantu dan tiga tetangga sedang memproduksi tape. Jika tidak mengetahui langsung, maka seakan mengolah singkong menjadi tapi sangat. Ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Cukup rumit dan membutuhkan ketelatenan dan juga proses hingga beberapa tahapan.
"Bisa dilihat sendiri, ada lima sampai tujuh tahap pembuatan tape hingga bisa dijual ke pasaran," kata Kartini mulai menerangkan.
Ketika bahan baku utama telah tiba di rumahnya, yakni singkong atau bisa disebut juga ketela pohon, atau daerah lain memberi nama menyok dengan kualitas terbaik, Kartini segera mengupas kulitnya. Dibantu dua tetangga, dengan cekatan kulit singkong telah hilang dan berganti warna putih, tanda sudah sampai isinya. Setelah itu, tahap pemotongan dilakukan dengan ukuran sama, sekitar 4 centimeter. Tidak perlu memakai penggaris atau alat ukur, kebiasaan memotong membuat ukuran hampir serasi. Tuntas mengupas dan memotong ukuran kecil, giliran singkong tersebut dicuci sampai bersih.
"Baru setelah itu direbus dengan air sampai matang. Bedanya disini dengan tape Situbondo, diproses memasaknya. Kalau di Situbondo dikukus, sehingga bisa tahan lama, tapi tidak bisa merasuk dan empuk rasanya ketika dimakan," jelasnya.
Tahap berikutnya adalah mendinginkan beberapa saat dan baru diberi ragi untuk disimpan ke tempat yang rapat. Agar bagus dan menjadi tape kualitas terbaik, maka saat menyimpan tidak diperbolehkan sering-sering dibuka. Diperlukan waktu sekitar semalam untuk siap dipasarkan setengah matang. "Siang seperti ini membuat, besok siang sudah bisa dibungkus untuk siap dipasarkan. Kalau benar-benar masak dan enak dimakan, maka besoknya," lanjut warga lainnya, Karsitun (30).
Supiah (40), pembuat tape lainnya mengatakan jika sebelum ia lahir atau sejak zaman eyang buyut telah ada tape Sumberagung. "Disini telah turun-temurun produksi tape. Makanya sangat dikenal tape khas Tuban asal Sumberagung," tegasnya.
Perempuan "Perkasa" Naik Pikup
Setiap pukul 01.00 WIB dinihari, puluhan warga Dusun Dempel, Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, tidak tidur di rumah. Namun, perempuan-perempuan "perkasa" desa itu telah berangkat untuk turut menyambung ekonomi warga. Dengan menumpang mobil L300 atau pikup yang telah disewa, empat warga untuk masing-masing pikup dengan tape sebagai barang utama yang dibawa, meluncur di kegelapan malam. Hawa dingin yang menusuk tulang, seperti menjadi teman setiap malam.
Tujuan pikup tersebut langsung ke pasar tradisional Kota Tuban. Sebab, kebanyakan warga Dusun Dempel membawa tape ke pasar-pasar untuk disebar ke pedagang hingga ke desa, bahkan sampai luar kota. Khusus untuk laki-laki, kebanyakan membawa tape khas Bumi Wali, sebutan akrab Tuban tersebut ke Pasar Agro Babat, Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro. "Kalau suami biasanya pagi berangkat dan pulangnya sore. Kalau perempuan tengah malam berangkat dan pagi telah kembali ke rumah," jelas Kartini (60) penjual tape.
Saat sampai di pasar, pelanggan telah menunggu tapenya. Setiap hari, ia membawa dua kwintal tape masak dan telah dibungkus di plastik. Ada dua ukuran, yakni satu bundel atau tali berisi lima plastik kecil dijual Rp3.000, sedangkan yang sedang dihargai Rp5.000. "Berapapun tape akan habis. Sebab, pelanggan telah mengenal tape asal Dempel ini," lanjutnya.
Darimana asal bahan baku? Menurut rata-rata produsen tape di Dusun Dempel, Desa Sumberagung, singkong hasil menanam warga setempat. Yakni di Dusun Morosmo yang terkenal dengan petilasan Joko Tarub tersebut. Jika sudah habis, karena memang tidak mudah menanam singkong kualitas bagus, maka ketika di pasar akan sekalian membeli singkong dari Kecamatan Bancar atau Kenduruhan, Kabupaten Tuban.
"Bahan baku sudah ada yang menyetor, sehingga kami tenang. Namun, tape akan manis dan enak di mulut kalau singkong berasal dari Morosmo sendiri," tambah pembuat tape yang lain, Sudarsono (39) warga Dusun Dempel.
Dikatakan, pernah ada penjual singkong asal Malang menyetor ke Dempel, namun hasil tape yang dibuat kurang manis. Bahkan, saat penghujan rasanya cenderung ada kecutnya. Belum lagi kondisi tape sedikit berlendir dan tidak tahan lama. Sehingga untuk bahan, warga lebih cenderung ke singkong Morosmo atau dari wilayah Tuban sendiri.
Untung Besar Saat Puasa
Sudah menjadi kebiasaan warga yang beragama Islam jika bulan puasa Ramadan untuk menu berbuka terdapat minuan kolak. Tape salah satu isi kolak, selain ada juga pisang dan kacang hijau. Jika tidak puasa, pebuat tape di Dusun Dempel, Desa Suberagung, terbanyak membuat dua kwintal singkong. Itupun bisa kurang, jika kondisi bahan baku sulit dicari.
"Tapi saat puasa, kami pernah memproduksi hingga lima kwintal lebih. Jadi, keuntungan juga berlipat," terang salah seorang pembuat tape, Karsitun (30).
Dikatakan, harga singkong perkilonya Rp3.000 dan ketika telah diolah menjadi tape bisa menjadi Rp10.000 atau bahkan Rp12.500 untuk tiap kilo. Untuk memproses singkong menjadi tape tersebut, setiap dua kwintal diperlukan tiga orang pekerja, mulai bagian mengupas dan memotong, mencuci, hingga merebus dan menyimpan setelah diberi ragi. "Namun, kalau sudah terbiasa, 5 kwintal akan bisa dikerjakan tiga hingga empat orang saja," tambahnya.
Selama ini pembuat tape di Dusun Dempel masih menggunakan pemrosesan tradisional, termasuk bungkus ada yang menggunakan daun pisang atau jati. Terutama ketika ada pesanan dari orang yang memiliki hajatan. Sebab, yang disukai warga selain dari tapi murni juga air ikutan yang dinamakan badek. Untuk bungkus yang modern dan diberi merek, sejauh ini belum dilakukan. Sehingga tape asal Tuban yang sebenarnya lebih enak, kalah terkenalnya dengan Situbondo atau kota lain. "Harusnya itu tugas Pemerintah Daerah membantu atau mengusahaknnya," sambung Sudarsono.
Upaya Promosi Lewat Wisata Joko Tarub
Selain produksi unggulan masyarakat berupa tape, Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, mempunyai sumber daya alam (SDA) yang cukup komplet. Terutama dari segi destinasi wisatanya. Di desa tersebut terdapat petilasan Joko Tarub yang terletak di lahan desa kurang lebih 4 hektare. Selain itu wisata pendukung ada di wilayah Perhutani KPH Tuban.
Sebut saja di kompleks Jaka Tarub terdapat batuan alam peninggalam zaman dulu, sendang alami yang airnya sangat jernih dan dipercayai masyarakat setempat untuk mandi puteri kayangan. Belum lagi di sekitarnya ada sumber air hangat, tebing untuk panjat tebing, bumi perkemahan, beberapa goa alami, sampai embung Ngayung yang bisa mengairi puluhan hektare sawah.
Sekretaris Desa (Sekdes) Sumberagung, Trisno menjelaskan, selama ini pihak desa masih terbentur pengembangan wisata Joko Tarub. Padahal, Bupati Tuban, Fathul Huda saat berada di sekitar Joko Tarub pernah sepakat untuk turut serta mengembangkannya. "Namun, kami diminta mencari pihak ketika untuk diajak mendanai. Padahal, keinginan kita Pemkab Tuban turut serta sharing anggaran dengan desa," katanya.
Hingga kini, Pemdes masih menunggu petunjuk Pemkab Tuban untuk mengembangkannya. Sebab, jika wisata Joko Tarub bisa ramai, secara otomatis ekonomi warga juga ikut terdongkrak. Termasuk industri kreatif pembuatan tape yang sudah cukup merakyat di Dusun Dempel.
Hal senada dijelaskan Kepala Dusun Morosemo Nahrul Ulum. Dikatakan, jika kawasan Joko Tarup sempat dikunjungi dua kali oleh Bupati Tuban. Pemdes juga telah mengupayakan perbaikan gazibo yang melindungi mata air alami dengan anggaran cukup besar. "Kami memiliki rencana yang memerlukan uluran tangan beberapa pihak, seperti Pemkab ataupun investor," lanjutnya.
Sementara itu Camat Plumpang, Sudarmaji, mengakui jika wisata Joko Tarub jika bisa kembali ramai akan memajukan warga Desa Sumberagung. Selain itu, warga desa lain juga akan ikut terangkat. Sebab, lokasi Joko Tarub sangat mendukung untuk cepat dikenal masyarakat, apalagi untuk tujuan wisata warga Bojonegoro, Tuban, Lamongan atupun dari Provinsi Jawa Tengah.
"Bisa dijadikan satu paket wisata relegi dengan ke Tuban kota. Atau, bagi warga yang ingin ke Lamongan bisa singgah terlebih dahulu di Joko Tarub,," tambahnya.
Selain pengolahan bahan galian C yang cukup banyak di Plumpang, pihak kecamatan tengah mendorong semakin berkembangnya industri kerakyatan. Seperti tape Dempel yang begitu manis dan cukup berpotensi besar. Termasuk pendampingan untuk dilakukan modernisasi pengepakan dan pemasaran. [dwi/mad]
SEKILAS DESA SUMBERAGUNG
- Nama Desa: Sumberagung
- Kecamatan: Plumpang
- Kabupaten: Tuban
- Luas wilayah: 1.310 Ha dan 450 Ha/Hutan
- Batas Desa:
- Sebelah Utara: Desa Gesing
- Sebelah Selatan: Desa Ngrayung
- Sebelah Barat: Desa Ngino
- Sebelah Timur: Desa Magersari
- Ekonomi Warga: Industri tape dan pertanian
- Potensi Desa: Wisata Joko Tarub dan alam