Sejak dulu, nama Pemandian Nganget di Desa Sidorejo, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban, cukup masyur. Bukan hanya sekitar kecamatan setempat, namun telah sampai di Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, Gresik, bahkan hingga Surabaya. Terkadang, pengunjung dari Jawa Tengah juga menyempatkan diri ke sendang yang berada di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jatirogo.
Reporter: Moch. Sudarsono, M. A. Qohhar
blokTuban.com - Lokasinya dipetak 33a RPH Kejuron, BKPH Bangilan, KPH Jatirogo. Jika mau menuju ke pemandian air panas yang menurut warga sekitar terpanas dibandingkan sumber lain di Tuban dan lainnya, paling mudah dari Jalan Raya Bojonegoro-Jatirogo, melewati Desa Kedungjambangan, Kecamatan Bangilan. Persoalan utama tinggal jembatan kecil setelah masuk Desa Kedungjambangan yang masih sempit dan sedikit berlobang.
Akses lain bisa ditempuh dari sekitar Kecamatan Bangilan, mengikuti sekitar sungai hingga menuju ke arah Desa Kedungajambangan. Jalan berliuk dengan pemandangan di kanan dan kiri hamparan sawah. Terkadang bentuknya bertingkat, karena berada di jalur perbukitan, walupun tidak tinggi. Jika pagi dan sore hari, bisa dipastikan pendatang yang melintas akan berpapasan dengan warga setempat.
Sebelumnya, jalan dari Kedungjambangan menuju Pemandian Nganget masih terjal. Bahkan saat musim penghujan kendaraan roda empat bisa dipastikan seperti mengikuti offroad, karena jalan bercampur lumpur berwarna cokelat pekat. Tetapi, sejak akhir tahun 2015 lalu telah beraspal hingga dekat parkiran.
Sesampainya di parkiran yang luasnya sekitar 50-an meter persegi, tidak tampak ada pemandian. Maklum, pengunjung akan melihat ada warung dan toko penjual baju, makanan atau sovenir, berjajar di bagian timur menghadap ke barat. Sedangkan, tidak jauh dari warung tersebut bangunan yang difungsikan sebagai surau atau musala. Beberapa pengunjung ada yang salat, ganti baju atau tampak pula yang sekadar merebahkan diri.
Ketika melewati musala tersebut akan tersaju satu genangan air berbentuk melingkar dengan di bibirnya penuh orang duduk sambil kaki dicelupkan ke air. Itulah pemandian utama air "berkhasiat" Nganget. Juadi (55) asal Kabupaten Kudus salah satunya. Ia beserta rombongan sebanyak 13 orang menumpang elf ke Kabupaten Tuban.
"Saya sudah rutin kesini setiap satu Minggu sekali. Tujuannya cuma satu, untuk terapi penyakit stroke yang saya derita," katanya sambil menjeburkan diri ke kolam yang dalamnya sekitar 1 meter tersebut.
Juadi bercerita, kalau stroke yang ia derita telah berlangsung dua tahun belakangan ini. Secara media, ia telah berkali-kali masuk dan keluar rumah sakit. Namun tidak ada perkembangan signifikan. Akhirnya dirinya menuruti saran tetangga untuk pergi usaha ke Tuban, tepatnya kungkum atau berendam air hangat.
"Kalau disini bukan hangat, tapi panas banget. Lebih panas dibandingkan di wisata air hangat yang ada di Pacet, Mojokerto," lanjutnya.
Hal senada diamini Sulkhan (35) warga Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya. Ia datang bersama istri dan anaknya ke Tuban, hanya ingin mencoba mandi di air "belerang" Nganget. Sebab, ia dan anak laki-lakinya menderita gatal-gatal sejak tiga bulan lalu. Ternyata disini tempat enak, walaupun jauh dari jantung kota.
"Butuh waktu hampir 1,5 jam jika dari Kota Tuban, sebab perlu untuk bertanya dan mencari titik lokasinya. Setelah sampai di Nganget, terbayar sudah capek-capeknya," sambung Sulkhan sambil tersenyum.
Panas yang Begitu Menusuk
Jika tidak terbiasa mendi air hangat, jangan mencoba memaksa langsung menjebur ke lubang utama Pemandian Nganget. Sebab, menurut kebanyakan yang datang, air sumber alami yang terkadang menyengat bau belerangnya itu cukup panas. Lebih baik memulai dari tandon air yang berada di sebelah selatan dengan menggunakan gayung atau timba.
"Ini namanya bukan hangat, tapi panas yang menusuk. Saya tidak kuat tadi. Baru bagian kaki yang bisa dimasukkan air," jelas seorang warga asal Kabupaten Bojonegoro, Rohmah (55).
Warga asal Kecamatan Temayang tersebut mengaku telah belasan kali ke Nganget untuk mengobati sakit linu dan gatal-gatal. Ia bersyukur karena setelah rutin ke nganget, kondisinya berangsur membaik. Ia mempunyai tips bagi yang baru ke Nganget untuk menuju ke jamban besar atau tampungan air hangat di sebelah selatan.
"Dengan gayung yang disediakan, kita bisa mencoba air hangat ke seluruh tubuh. Setelah mulai adaptasi, bisa berpindah ke kolam utama. Jangan memaksa untuk langsung menceburkan diri ke kolam, melainkan pelan-pelan atau bertahap," lanjutnya.
Dirinya pernah melihat seorang pengunjung yang sedikit sombong dan ingin memperlihatkan ke temannya. Saat masuk ke air, ia langsung tidak sadarkan diri dan digotong warga beramai-ramai. "Karena panasnya begitu menyengat, jadi hati-hati dan sebentar saja di dalam air. Kami harapkan pengunjung juga siap-siap bawa air minum cukup banyak, sebab ditakutkan kalau dehidrasi atau kekurangan cairan," sambung salah seorang warga setempat, Yulianti (41).
Terapis Refleksi Tradisional
Selain tiga kolam di Pemandian Nganget yang berada di Desa Sidorejo, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban, ternyata wisata di dalam kawasan hutan tersebut juga memberikan servis lain bagi penunjung. Yakni, pijat refleksi bagi warga yang rasa pegal dan otot kaku. Sebab, semakin nikmat rasanya di badan, jika setelah mandi air panas dipijat.
Salah seorang terapis, panggilan untuk pemijat, Huri mengatakan, jika dia sudah lama menjadi pemijat di Pemandian Nganget. Sejauh ini ia telah mempunyai pelanggan yang menggunakan jasanya. Menurutnya, berendam air panas di wisata Nganget akan lebih lengkap jika ditutup dengan relaksasi melalui pijitan tanhan.
"Ya biasanya yang pijat itu pengunjung yang baru saja berendam di Nganget. Sebab, waktu yang tepat untuk pijat usai merendam tubuh," terang pria asal Kabupaten Ponorogo tersebut.
Huri menambahkan, jasa pelayanan pijat darinya tidak mematok tarif khusus bagi pengunjung yang ingin merasakan urutan dari tangan gemulainya. Sehingga pengunjung tidak perlu takut ataupun berfikir untuk membayar dengan mahal. "Saya tidak memberlakukan tarif khusus bagi pengunjung yang ingin menikmati pijatan saya, seikhlasnya saja akan diterima," jelasnya.
Salah seorang pelanggan, Basir, mengaku puas dengan pijatan Pak Huri, karena sangat terasa enak sekali. Usai dipijat, tubuh terasa ringan dan ototpun lemas. "Sangat lengkap berwisata sambil terapi di Pemadian Nganget. Capek-capek langsung hilang, setelah berendam air hangat, dilanjutkan pijitan tangan," tegas laki-laki asal Pati, Jawa Tengah itu.
Setiap hari, apalagi saat liburan ada 10 lebih pelanggan. Pernah juga sepi dan hanya dikisaran lima orang rata-ratanya yang minta dipijit. "Kalau hari besar, ya bisa hingga 15 ke atas," pungkasnya. [nok/mad]