Pesisiran
Apa Kabar Banjir
Kabupaten Tuban masuk daerah rawan bencana ! Itulah pernyataan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur (Jatim) Sudarmawan.
Kabupaten Tuban masuk daerah rawan bencana ! Itulah pernyataan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur (Jatim) Sudarmawan.
‘’Benar kata orang. Lambang Kabupaten Tuban adalah kuda. Kuda itu harus dicambuk dulu baru berlari kencang. Mau bekerja keras dan menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya,’’
Judul di atas adalah pepatah Jawa. Tentang kehormatan dan harga diri. Sehingga jika dua hal itu diusik bakal ‘ditohi pati’ atau dibela sampai mati.
Menjadi pengurus masjid zaman now, saling mempertanyakan kemana para remaja hingga absen sama sekali dari masjid patut menjadi kajian bersama. Pertanyaan itu cukuplah beralasan, sebab kebanyakan takmir masjid kebingungan kala masjid ada kegiatan. Karena yang tampak adalah generasi tua. Padahal secara kodrati, bertambahnya umur manusia pasti juga menyurutkan kekuatan secara fisik yang tak seideal tenaga, semangat dan pikiran saat muda.
SAVE ULAMA DAN PESANTREN...!!! KONON SEKARANG BANYAK ORANG GILA...??? WASPADALAH... WASPADALAH...!!! Begitulah tulis seorang kawan dalam status facebooknya. Entah apa maksudnya. Namun, melihat perkembangan dan kabar di masyarakat akhir-akhir ini, status kawan saya ini kemungkinan untuk mengomentari kejadian yang marak terjadi belakangan ini.
Teriknya matahari di Kota Tuban ditambah hujan yang terkadang turun secara tiba-tiba tak membuat kakek Slamet (65) kehilangan semangat untuk terus berkerja menjadi tukang tambal ban di jalan Ronggolawe Kota Bumi Wali.
Pasar adalah tempat pedagang dan pembeli bertemu. Di sana bermacam-macam pedagang menjual dagangannya, tak terkecuali dengan Sri. Seorang nenek janda yang berasal dari Solo, Jawa Tengah.
Manusia wajib berusaha. Tuhan yang menentukan dari segala usaha yang dilakukan manusia. Mengabulkan atau tidak usaha itu, adalah hak prerogatif Tuhan. Namun kebaikan niat dan kesungguhan berusaha bakal mendekatkan pada keberhasilan. Selama mau berusaha, selalu ada jalan. Tidak ada yang tak mungkin.
Kentrung Bate adalah satu-satunya seni pertunjukan yang lahir di Desa Bate, Bangilan, Tuban. Kesenian yang lahir sebagai alat penyebar dakwah islam di zaman dahulu. Menurut Lilis Indah SSP (2015), Awalnya, kentrung ini dipopulerkan oleh Kiai Basiman, salah satu tokoh agama di Desa Bate pada zaman kolonial Belanda sekitar tahun 1930-an. Kesenian ini diciptakan untuk menyebarkan agama Islam dan menyindir penjajah yang selalu bertindak sewenang-wenang. Namun, seiring berjalannya waktu Kentrung Bate menjadi hiburan bagi masyarakat. Hingga saat ini Kentrung masih eksis menghibur warga Tuban dengan ciri khasnya. Meskipun hingar-bingarnya tak seramai dahulu.
Malam yang dingin ditemani rintik air hujan tak menghalangi senyuman indah yang muncul dari bibir ibu 29 tahun itu. Raut wajahnya sedikit mengisyaratkan akan kelelahan usai melakukan aktifitas dari pagi hingga sore hari, namun ia tak menggubrisnya. Dari teras rumah yang sangat nyaman, Lian Entika Arief bercerita tentang manis pahitnya memulai sebuah usaha.