GILA !

Oleh Sri Wiyono

SAVE ULAMA DAN PESANTREN...!!! KONON SEKARANG BANYAK ORANG GILA...??? WASPADALAH... WASPADALAH...!!!


Begitulah tulis seorang kawan dalam status facebooknya. Entah apa maksudnya. Namun, melihat perkembangan dan kabar di masyarakat akhir-akhir ini, status kawan saya ini kemungkinan untuk mengomentari kejadian yang marak terjadi belakangan ini.

Tulisan itu tidak saya edit, bahkan sampai titik dan tanda bacanya pun tidak. Hanya, tulisan dalam huruf kapital yang saya salin di sini dicetak miring, untuk membedakan saja.

Gila! Begitulah kosakata yang akhir-akhir ini sering didengar. Kejadian yang entah kebetulan atau tidak, terjadi secara beruntun dan kembali melambungkan kosakata ‘gila’ tersebut. Pelaku teror, penganiayaan pada tokoh agama, pembakar tempat ibadah, disebut sebagai orang ‘gila’.

Juga yang terjadi di Tuban Selasa (13/2/2018) dini hari, saat masjid Baitur Rohim di Jalan Sumur Gempol nomor 77, Kelurahan Kingking, Kecamatan/Kabupaten Tuban dipecahi kaca bagian depannya, pelakunya juga diindentifikasi sebagai orang stress alias ‘gila’.

Untuk memastikan para pelaku tersebut benar-benar ‘gila’, harusnya disertai bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Harus ahli kejiwaan atau psikolog yang mestinya memberikan statemen atau pernyataan itu. Atau, setidaknya ada hasil uji atau hasil diagnosis dari dokter ahli jiwa mengenai kondisi seseorang, sehingga bisa dipertanggungjawabkan.

Fenomena atau kejadian-kejadian itu, entah teror atau apalah menyebutnya, yang mengarah pada tokoh agama dan tempat ibadah yang kemudian dinyatakan oleh pihak berwajib dilakukan oleh orang ‘gila’ itu menjadi buah bibir.

Bahkan, di ILC, sebuah program acara di sebuah stasiun televisi swasta juga membahas hal itu dalam edisi Selasa (13/2/2018). Dan, kasus di Tuban yang pelaku pemecah kaca masjid yang diidentifikasi sebagai orang ‘gila’ juga dibahas. Kasus Tuban itu menjadi kasus terbaru dari rentetan sekian kasus yang dulu pernah ada, dengan pola yang hampir serupa.

Selama ini dalam pandangan manusia secara umum, gila diartikan sebagai sebuah gangguan jiwa atau saraf yang parah. Menurut Wikipedia, secara historis konsep ini telah digunakan dalam berbagai cara.

Di lingkungan dunia medis lebih sering digunakan istilah gangguan jiwa. Kata kegilaan sering pula digunakan untuk menyatakan tidak waras, atau perilaku yang sangat aneh. Dalam pengertian tersebut, berarti ketidaknormalan dalam cara berpikir dan berperilaku yang kurang wajar.

Gila yaitu hilangnya keseimbangan pikiran dikarenakan oleh stres atau ada masalah pribadi yang dialami oleh seseorang, sehingga mengakibatkan pikirannya tidak terkendali dan akhirnya menjadikan pikirannya tidak waras, berperilaku aneh (tak wajar layaknya manusia biasa).

Dalam buku Strategi Qur'ani, Abdul Ghafur (2004 : 29) menguraikan, bahwa dalam bahasa Arab, orang gila disebut majnun yang dibentuk dari kata janna yang berarti menutupi atau tertutup. Karena itu pula makhluk halus yang tidak tampak ada yang disebut jin.

Orang gila dalam pengertian asalnya bukanlah orang yang hilang akalnya, tetapi orang yang akalnya tidak mampu menerangi menerangi kegelapannya atau ketertutupannya dari cahaya illahi. Dengan demikian majnun adalah setiap orang yang cenderung menuruti hawa nafsunya, sehingga akalnya tertutup, tidak berfungsi. (https://www.kompasiana.com/ilammaolani/siapa-sesungguhnya-orang-gila-itu_552fd5076ea8341d438b465c)

Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim pernah memberi pelajaran soal orang ‘gila’. Pada suatu hari, Rasulullah melewati sekelompok sahabat yang sedang berkumpul di suatu tempat. Rasul lalu bertanya, ada apa kok ramai-ramai di tempat itu.

‘'Ya Rasul, ini ada orang gila yang sedang mengamuk. Karena itu kami kumpul di sini’’ begitu para sahabat menjawab.

Setelah mendekat dan melihat orang yang dikatakan gila itu, Rasul bersabda : ‘’Orang ini tidak gila. Ia sedang mendapat musibah’'

Rasul lalu bertanya pada para sahabat. ‘’Tahukah kalian siapakah orang gila yang benar-benar gila itu?
Para sahabat hanya menggelengkan kepala. Lalu Rasul menjelaskan: ‘’Orang gila adalah orang yang berjalan dengan sombong, yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan, yang membusungkan dada, berharap akan surga sambil berbuat maksiat kepada-Nya, yang kejelekannya membuat orang lain tidak aman dan kebaikkannya tidak pernah diharapkan."

Semoga kita semua tetap menjadi orang ‘waras’. Artinya, kita masih bisa menggunakan akal dan pikiran untuk kebaikan, dan bertingkah laku seperti layaknya manusia. Tidak berfikiran negatif dan bertindak neko-neko.

Masyarakat Sedulur Sikep yang sering disebut sebagai Kaum Samin, punya salam khas yakni ‘seger waras’. Ucapan yang mengandung doa, bahwa semua sedulur (panggilan warga Sikep pada orang lain) agar selalu seger atau sehat walafiat dan terus waras dalam berfikir, bertindak dan berperilaku.

Jika ada yang menganiaya kiai, pendeta atau tokoh agama lainnya, yang merusak tempat ibadah dinyatakan ‘gila’ semoga ada pertanggungjawabannya, ada bukti otentik yang bisa dipertanggungjawabkan. Dan kasusnya bisa diselesaikan sesuai dengan ketentuan dan regulasi yang ada.

Atau jangan-jangan kita sendiri ikut-ikutan gila karena mengikuti perkembangan yang gila-gilaan itu. Sehingga kita melupakan jati diri, melupakan kewajiban dan melupakan kodrat sebagai manusia, karena terlalu sibuk menggunakan kewenangan Tuhan dengan menghukumi dan menuding orang lain salah, kafir, makar, masuk neraka dan lainnya sebagainya. Gila !!! Wallahua’lam.(*)