Opi, Bocah Penderita Ginjal Bocor Asal Kenduruan

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Ris Rizki Opiyanto (16), putra kedua pasangan Ngatemi (53) dan almarhum Suratmin, warga Dusun Karanganyar, RT 01 / RW 05, Desa Sidomukti, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur mengalami ginjal bocor. Pelajar kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini terpaksa tertunduk lesu di rumahnya karena menahan sakit yang dideritanya.

Sakit yang menimpa Opi, panggilan akrabnya, bermula saat usianya memasuki 15 tahun. Waktu itu, orang tua Opi hanya mengira sakit perut biasa. Kemudian dia dibawa ibunya ke pengobatan dekat ia tinggal. Sakit yang diderita opi tidak kunjung sembuh, justru dia merasa sakit yang begitu hebat di area perut hingga punggung.

"Waktu itu Opi masih kelas dua SMP sambat sakit, setelah saya periksakan ke tempat pengobatan dekat rumah katanya sakit mag dan diberi obat penyakit mag," terang Ngatemi kepada blokTuban.com, Jum'at (23/12/2016).

Lanjut Ngatemi, setelah mengkonsumsi obat pemberian dari klinik kesehatan setempat, Opi tidak sembuh justru badannya tambah bengkak. Akhirnya, dia memutuskan untuk membawa Opi ke Puskesmas Kenduruan. Setelah menjalani pemeriksaan, kata dia, anaknya harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. R. Koesma Tuban.

"Saya bertambah khawatir, Opi harus dirujuk ke rumah sakit. Setelah diperiksa dokter, positif anak saya didiagnosa mengalami ginjal bocor," Ngatemi menjelaskan.

Sejak itulah Opi harus berburu berobat secara rutin. Minimnya biaya, membuat orang tua Opi tidak sanggup membayar biaya opname di rumah sakit. Selama beberapa bulan, dia harus diantar kerabat pulang pergi Kenduruan - Tuban kota, yang berjarak lebih dari 50 kilometer dengan naik motor.

Tidak adanya biaya membuat Opi hingga kini belum dirawat di rumah sakit secara maksimal. Ibunya seorang janda salama ini bekerja serabutan. Belum lagi Opi harus berobat rutin dua minggu sekali, tidak sedikit biaya yang yang harus dikeluarkan oleh Ngatemi yang merawat dua anak yatim (Opi dan adiknya, red)

"Pengobatan pernah terhenti selama 4 bulan, kemudian baru ada bantuan dari Puskesmas Kenduruan rawat jalan gratis tiga bulan belakangan ini," ucap Ngatemi dengan raut muka sedihnya.

Akan tetapi, imbuh Ngatemi, jatah pengobatan jalan gratis itu telah berhenti. Tak pelak, dirinya bersedih, karena mulai tanggal 28/12/2016 yang akan datang dirinya harus membawa Opi ke rumah sakit dengan biaya sendiri.

"Sedih rasanya, untuk makan dan beli air mineral khusus Opi saja saya harus ngutang tetangga dulu, kedepan harus mengobatkan anak saya ke rumah sakit lagi," tukas ibu yang menjadi buruh ternak domba itu.

Sementara Opi saat ditemui blokTuban.com mengaku, jika penyakit yang diderita kambuh, dirinya sulit bernafas dan harus menahan sakit di perut hingga punggung. Karena sakit itulah, Opi harus bisa istirahat full di rumah dengan terpaksa meninggalkan kegiatan belajar di sekolah.

"Kalau kambuh sesak sekali bernafas dan perut saya sakitnya luar biasa," papar siswa kelas tiga di SMP Negeri 1 Kenduruan itu.

Sehingga semenjak kenaikan kelas tiga Opi tidak bisa ke sekolah. Kata dia, dirinya kesulitan ketika jalan. "Saat ini libur total ke sekolah soalnya saya buat duduk saja, kalau terlalu lama tidak kuat dan harus berbaring," pungkasnya.[rof/ito]