Bupati: Ngaji Sejarah Hukumnya Wajib
Bupati Tuban, Fathul Huda mengatakan, ngaji sejarah hukumnya wajib. Hal itu disampaikan di depan ribuan warga Kabupaten Tuban di Pendopo Kridho Manunggal Tuban, Kamis malam (26/10/2017).
Bupati Tuban, Fathul Huda mengatakan, ngaji sejarah hukumnya wajib. Hal itu disampaikan di depan ribuan warga Kabupaten Tuban di Pendopo Kridho Manunggal Tuban, Kamis malam (26/10/2017).
Setelah menyelesaikan misi penghadangan Belanda di Mondokan, sisi barat kota Tuban, 9 Januari 1949, Letda Soetjipto langsung mengungsikan dua pasukannya yang terluka ke tempat perawatan kesehatan milik pejuang di Desa Tlogonongko, Kecamatan Semanding. Sementara dia sendiri, setelah memperkuat pasukan gerilya di wilayah Merakurak dan Montong kembali lagi ke pos pertahanan di Desa Saringembat, Kecamatan Singgahan.
Dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-72, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bidang Study Sejarah, Universitas Negeri Malang (UM) menggelar olimpiade tingkat SMA/Sedrajat, Sabtu (19/8/2017).
Usai terjadi pertempuran perjumpaan pada 11 Februari 1949 yang mengakibatkan gugurnya Letmuda Suwolo, selanjutnya, pada hari Minggu 20 Februari 1949 pagi, pasukan Belanda melakukan gerakan. Sasarannya ada Dander, dengan menggunakan tiga poros berkekuatan sekitar satu kompi.
Pusat Kecamatan Montong berhasil dikuasai kompeni sejak serbuannya pada 21 April 1949 silam. Sejak itulah, serdadu Belanda membuat pos militer di salah satu bangunan (sekarang Polsek Montong) untuk memperkuat kekuasaannya.
Agresi Militer ke II yang dilakukan pasukan Belanda di Indonesia, termasuk di Tuban-Bojonegoro, memuat banyak kisah. Berbeda dengan serdadu Belanda yang bertempur dengan persenjataan lengkap, tenaga profesional, dan logistik yang cukup, tentara dan barisan rakyat pejuang justru sebaliknya, bertempur dengan persenjataan yang terbatas.
Perlahan namun pasti, Belanda mengetahui orang-orang yang diburunya memusatkan kekuatan berada di Montong. Daerah ini menjadi tempat penting kepemerintahan militer sejak 10 Januari 1949, saat Komandan KDM, R.E Soeharto berpindah dari Tlogo Nongko sampai 21 April 1949, ketika kepemerintahan dipindah lagi ke Jatirogo.
Kabar pendaratan pasukan Belanda di Pantai Glondonggede, Tambakboyo, sampai ke telinga Bupati Tuban, KH. Mustain, melalui sambungan telepon dari Asisten Wedono Tambakboyo Dwidjosoemarto pada 18 Desember 1948 sore.
Pantai Glondonggede berjarak sekitar 30 kilometer di sisi barat pusat pemerintahan Kabupaten Tuban, dan masuk wilayah administratif Wedana Tambakboyo (sekarang Kecamatan Tambakboyo). Bentang pantai yang cukup panjang dengan kondisi yang relatif sepi dibanding pantai yang berada di pusat kota, lebih memungkinkan pasukan marinir Belanda mendarat tanpa mendapat gangguan dari pasukan gerilya.
Perjuangan sebelum dan sesudah teks proklamasi kemerdekaan dibacakan selalu menarik diceritakan ulang. Setiap daerah, termasuk Kabupaten Tuban dan Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, mempunyai tokoh-tokoh lokal dengan cerita heroisme sendiri-sendiri.