Skip to main content

Category : Tag: Belanda


Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (12)

Belanda Kuasai Jalan Bojonegoro-Babat

<em><strong>Lubang-lubang dan batang-batang pohon pohon sengaja dipasang malang melintang pada jalan Bojonegoro - Babat, agar tentara Belanda dengan kendaraanya susah melintasi jalan tersebut.</strong></em>

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (9)

100 Ledakan di Kaliketek, Hingga Gugurnya Lettu Suyitno

Sekitar tujuh hari sebelum dilakukan penyerbuan ke Bojonegoro, Belanda telah menyiapkan jembatan darurat di Desa Simo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, tepi Bengawan Solo. Tempat itu juga yang menjadi kontak senjata dengan pasukan Ronggolawe yang bertugas mempertahankan kota. Terbentang Bengawan Solo dengan lebar sungai masih 80 meter saat itu, antara pasukan Ronggolawe dengan Belanda terjadi baku tembak.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (8)

Molor 5 Jam, Jembatan Kaliketek Berhasil Dihancurkan

<em><strong>Untuk menghambat gerak maju pasukan Belanda, salah satunya melewati jembatan Kaliketek, maka pada tanggal 22 Desember 1948 Tentara Genie Pelajar (TGP) mendapat tugas untuk menghancurkan jembatan yang menjadi penghubung antara Kabupaten Bojonegoro dengan Tuban di atas Bengawan Solo.</strong></em>

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (6)

Pasukan Elit Tuban yang Paling Dicari Belanda

Tragedi Kepet dan beberapa pertempuran yang ada di desa-desa di sekitar Semanding, Grabagan, dan juga Jenu, bisa jadi masih melekat di ingatan masyarakat. Tempat itu merupakan titik-titik terjadi pertempuran antara pasukan gerilya dengan pasukan Belanda.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (5)

Caluk Pejuang di Pos Belanda Kepet

Selama pasukan Belanda menduduki wilayah Tuban dan Bojonegoro, mereka tidak hanya menggempur, tapi juga digempur pasukan-pasukan gerilya.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (4)

Gempuran Belanda Memburu Pemerintah Tuban

Belanda mulai merangsek ke pusat kota Tuban pada 20 Desember 1948 tanpa perlawanan berarti. Mereka tidak menemukan satu pejabat pentingpun yang masih tinggal. R.E Soeharto dan staf, orang yang terakhir tinggal di kota Tuban pun sudah mundur ke arah selatan, mengatur komandonya dari Desa Prunggahan Wetan, yang bersebelahan dengan Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, tempat Bupati Tuban KH Mustain.

Komisi B Berharap Produksi Sumur Tua Katrol PAD

Untuk mengetahui kondisi riil aktivitas eksplorasi dan eksploitasi minyak, komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tuban kunjungi lapangan sumur tua Gegunung Belanda (GGNB), di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Tuban, Jawa Timur, Selasa (7/3/2017) kemarin.

Jelajah Tuban

Jembatan Kayu di Selang, Peninggalan Kolonial Belanda

Dusun Selang, Desa Jadi, Kecamatan Semanding,Kabupaten Tuban memiliki pesona alam yang menarik untuk dikunjungi, ditambah lagi dengan adanya bangunan bersejarah yakni, jembatan tua dari kayu yang menjadi daya pikat untuk berkunjung ke tempat tersebut.

Agresi Militer Belanda II dan Perlawanan Heroik Letda Soetjipto* (bagian 3)

Kusuma Bangsa yang Gugur di Medan Juang Tapen

Beberapa sumber menyebut, Letnan Dua (Letda) Soetjipto memimpin operasi wilayah Batalyon 17 untuk mempertahankan Tuban dari cengkeraman penjajah Belanda. Usai mendengar informasi adanya rencana Belanda yang akan menyerang pusat pemerintahan di Montong melalui Cepu, Letda Soetjipto memutuskan untuk melakukan penghadangan di wilayah Kecamatan Senori.

Agresi Militer Belanda dan Perlawanan Heroik Letda Soetjipto* (bag 1)

Sore itu, sekira pukul 15.00 pada 18 Desember 1948, ada yang berbeda di kawasan Pantai Glondong, wilayah Kecamatan Tambakboyo. Nun jauh disana, sekitar 10 mil lepas pantai, terlihat samar tiga kapal perang berbendera Belanda menuju pantai Tuban. Kopral Karmono, anggota Order Distrik Militer (ODM/sekarang Koramil) yang melihat hal itu langsung mengambil sepeda pancal dan mengayuhnya sejauh 5 kilometer menuju markas ODM dan melaporkan ke Komandan ODM, yakni Letnan Dua (Letda) B.K. Nadi.