Lubang-lubang dan batang-batang pohon pohon sengaja dipasang malang melintang pada jalan Bojonegoro - Babat, agar tentara Belanda dengan kendaraanya susah melintasi jalan tersebut.
Reporter: Parto Sasmito, Tim Investigasi
blokTuban.com - Belanda berhasil menguasai kota-kota penting, selanjutnya, jalan besar yang mengubungkan Gresik-Lamongan-Bojonegoro-Cepu juga dikuasai. Pada tanggal 27 Januari 1949, tentara negeri Kincir Angin tersebut mendirikan pos tetap di Kecamatan Sukodadi yang berada di 12 km barat Lamongan.
Keingingan Belanda untuk mengusasai jalan Bojonegoro-Babat sepanjang 38 km, dilakukan dengan menggerakkan sepasukan dari Babat menuju ke barat pada 2 Februari 1949. Namun, di bagian timur Baureno, kompi Atrum telah membuat pertahanan pada tempat yang tinggi di kanan dan kiri jalan besar.. Pertempuran terjadi dan membawa korban dari lawan. Akan tetapi, kekuatan musuh terlalu besar sehingga mereka bisa terus maju hingga berhasil merebut jembatan Semarmendem yang sudah hancur diledakkan di 1 km timur Baureno.
[Baca juga: Pos Pertahanan Koro dan Ranjau Pejuang di Jatigembol ]
"Halang rintang telah kita siapkan. Pohon-pohon besar malang-melintang di jalan. Lubang-lubang lebar pada jalan sebagai rintangan terhadap kendaraan bermotor sudah dibuat dan jembatan-jembatan sampai yang pendek pun sudah berantakan jatuh di dasar sungai," Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe, Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe 1984: 278.
Setelah Belanda melewati Sumberrejo dan tiba di jembatan Besuki yang sudah rusah, terjadi pertempuran sekitar setengah jam. Seksi Supandi yang menghadang bersama Serma Suharto yang memimpin regu Sanyoto dan regu Pakrus, memberikan perlawanan di tempat datar dan terbuka.
Akhirnya Suharto terpaksa mundur bersama pasukannya ke utara jalan dengan meninggalkan Pratu Kaswin yang telah gugur jenazahnya tak sempat diselamatkan.
Sejak saat itu, tanggal 2 Februari 1949 jalan besar Babat-Bojonegoro berhasil direbut dan dikuasai oleh Belanda. Kemudian mereka mendirikan pos-pos tetap mulai dari Baureno, Sumberrejo, Kapas, juga di jalan Cepu-Bojonegoro dengan pos-pos di tepi jembatan Purwosari, Kalitidu, Kalipang dan Jetak. Kota Padangan juga dijadikan sebagai tempat komando pleton.
Selanjutnya, Belanda mulai membersihkan batang-batang pohon yang ada di jalan, serta menutup lobang-lobang di sepanjang jalan yang sebelumnya dibuat oleh pasukan gerliya.
Belanda Menduduki Dander
Meski sudah mengasai jalan Bojonegoro-Babat, Belanda masih merasa belum aman. Sehingga masih mereka berupaya menambah pos lagi menuju pedalaman. Tujuannya, agar mempersempit gerak pasukan gerliya
pribumi.
Sisa kekuatan batalyon Basuki Rakhmat ditambah pasukan gabungan beekekuatan satu kompi lebih mengambil posisi pertahanan di desa-desa selatan dari Desa Wedi, Sembung, Pacul, Ngumpakdalem sampai Somodikaran untuk melawan pasukan Belanda yang telah menguasai jalur utama Surabaya-Lamongan hingga Cepu. Komando brigade mengambil kedudukan di Desa Mojoranu dan Komando Batalyon di Desa Bendo.
Belanda telah melakukan patroli-patroli pertempuran ke desa-desa selatan Bojonegoro, mulai dari kalianyar, Wedi, Kendal dan lainnya. Pada saat patroli, terjadi 'Pertempuran Perjumpaan' dengan pasukan gerliya, yakni Seksi Suwolo di Desa Kendal yang ada di utara Desa Ngumpakdalem, tepatnya 11 Februari 1949 pagi hari. Pada peristiwa tersebut, Letmuda Suwolo gugur.
Bersambung....
Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe.