Reporter: Dahrul Mustaqim
blokTuban.com - Praktik politik uang atau money politics tetap menjadi ancaman serius bagi integritas demokrasi di Indonesia. Dalam rangka membahas persoalan ini, Wawan Purwadi, Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PCNU Tuban, menghadirkan buku berjudul Amplop-Amplop Pesta Demokrasi, Kamis (21/11/2024). Buku tersebut mengulas secara mendalam dampak buruk politik uang terhadap proses pemilu dan kehidupan masyarakat, sekaligus menawarkan solusi untuk mewujudkan demokrasi yang lebih bersih.
Wawan mengungkapkan bahwa kepeduliannya terhadap kemurnian demokrasi menjadi dorongan utama dalam menulis buku ini. Ia menilai, politik uang tidak hanya merusak kejujuran dalam pemilu, tetapi juga menggerus nilai moral dalam kehidupan berbangsa. Melalui buku ini, Wawan berharap masyarakat dapat memahami bahwa setiap suara yang diberikan adalah sebuah amanah penting, bukan barang dagangan yang bisa diperjualbelikan.
“Sebagai bagian dari masyarakat yang peduli dengan kemurnian demokrasi, saya merasa perlu mengangkat isu ini. Politik uang tidak hanya merusak proses pemilu, tetapi juga menghancurkan moralitas bangsa. Saya ingin masyarakat lebih sadar bahwa suara mereka adalah amanah, bukan barang dagangan,” ujarnya.
Buku ini tidak hanya membahas praktik politik uang dalam berbagai bentuknya, seperti pemberian uang tunai, janji jabatan, atau bantuan materi lainnya, tetapi juga menguraikan dampak jangka panjang dari fenomena ini. Menurut Wawan, pemimpin yang terpilih karena politik uang cenderung lebih fokus mengembalikan modal politiknya daripada melayani rakyat.
“Pemilu seharusnya menjadi momen bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang berkualitas. Namun, ketika politik uang mendominasi, proses ini kehilangan esensinya. Kita tidak lagi memilih berdasarkan integritas atau visi calon pemimpin, melainkan berdasarkan kepentingan sesaat,” tambahnya.
Dalam buku tersebut, Wawan juga menekankan pentingnya pendidikan politik sebagai solusi. Ia percaya bahwa masyarakat yang sadar akan hak dan tanggung jawabnya sebagai pemilih akan lebih sulit dipengaruhi oleh politik uang.
“Pendidikan politik harus menjadi prioritas. Kita perlu menanamkan pemahaman bahwa setiap suara adalah bagian dari masa depan bangsa,” jelasnya.
Sebagai seorang yang aktif di Lakpesdam PCNU Tuban, Wawan berharap bukunya dapat menjadi bahan refleksi bagi seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda.
“Harapan saya sederhana, yaitu mendorong pemilu yang lebih bersih, adil, dan bermartabat. Jika kita ingin perubahan nyata, maka semuanya harus dimulai dari pemilih itu sendiri,” tegasnya.
Selain itu, Wawan juga menyoroti pentingnya legitimasi dalam pemerintahan. Ia menyebutkan bahwa legitimasi bukan hanya soal dukungan rakyat, tetapi juga integritas moral dari seorang pemimpin.
“Pemimpin yang kehilangan legitimasi moral akan sulit mendapatkan kepercayaan masyarakat. Inilah yang menjadi tantangan besar jika politik uang terus dibiarkan,” katanya.
Buku Amplop-Amplop Pesta Demokrasi diharapkan dapat menjadi pemantik diskusi yang lebih luas tentang masa depan demokrasi Indonesia. Melalui buku ini, Wawan mengajak semua pihak untuk berkomitmen menjaga kemurnian demokrasi dengan menolak politik uang dan memilih dengan hati nurani.[Rul/Rof]