Reporter : Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Mata malas atau ambliopia merupakan salah satu penyebab utama hilangnya penglihatan, yang jika tidak ditangani sejak dini dapat berdampak buruk pada penglihatan, termasuk kebutaan di usia dewasa.
Hal ini disampaikan oleh Dr. dr. Feti Karfiati Memed, SpM(K), MKes, Dokter Spesialis Mata dari RS Mata Cicendo, dalam sebuah konferensi pers pada Selasa (15/10/2024).
Dr. Feti menjelaskan bahwa ambliopia atau mata malas terjadi karena penurunan perkembangan penglihatan yang disebabkan oleh otak yang tidak menerima rangsangan normal dari mata.
“Hanya anak-anak yang bisa mengalami ambliopia. Jika tidak diterapi pada masa anak-anak, hal ini akan mengakibatkan hilangnya penglihatan secara permanen,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa penyebab umum dari hilangnya penglihatan pada orang dewasa, terutama usia 20 hingga 70 tahun, adalah ambliopia yang tidak diobati dengan baik pada masa anak-anak.
Ambliopia sering kali disebabkan oleh kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, strabismus atau mata juling, serta kelainan di dalam mata seperti katarak.
Menurut Dr. Feti, pemeriksaan penglihatan pada usia sekolah bisa menjadi terlambat, mengingat ambliopia sulit disembuhkan setelah usia 5 tahun. Kehilangan penglihatan permanen dapat terjadi jika terapi dilakukan setelah anak berusia 8 hingga 10 tahun.
Faktor Risiko Ambliopia pada Anak
Anak-anak yang memiliki riwayat keluarga dengan strabismus, mata malas, atau penggunaan kacamata sejak dini berisiko tinggi mengalami ambliopia. Faktor risiko lainnya termasuk kelahiran prematur, keterlambatan perkembangan, dan diabetes. Riwayat masalah mata seperti mata juling, mata berair, ptosis, dan penglihatan kabur juga harus diwaspadai.
Untuk mencegah perkembangan ambliopia, skrining kesehatan mata sangat penting dilakukan sejak bayi. Skrining pertama dianjurkan dilakukan pada usia sekitar 35 bulan atau saat bayi berusia 0 hingga 2 tahun untuk mengetahui adanya potensi masalah mata. "Cek penglihatan, pergerakan mata, posisi bola mata, serta refleks pada kornea perlu dilakukan," ungkap Dr. Feti.
Pentingnya Skrining Rutin
Skrining selanjutnya sebaiknya dilakukan pada usia 3 hingga 4 tahun. Pada usia ini, anak diharapkan dapat mengidentifikasi optotipe pada baris 20/50 di masing-masing mata. Skrining juga dilakukan pada jarak 3 meter, dengan satu mata tertutup. Skrining terakhir dianjurkan pada usia 5 tahun, di mana anak diharapkan mampu mengidentifikasi optotipe pada baris 20/30.
Pemeriksaan rutin setiap tahun juga disarankan untuk mendeteksi masalah penglihatan lebih dini.
Dukungan BPJS untuk Penanganan Ambliopia
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, menegaskan pentingnya deteksi dini ambliopia dan mengingatkan bahwa BPJS Kesehatan akan menanggung sebagian besar biaya pengobatan untuk ambliopia jika pasien terdaftar sebagai peserta BPJS.
“Kami ingin masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan mata anak-anak. Jika anak mengalami kesulitan membaca dari jarak tertentu di sekolah, segera konsultasikan ke dokter mata,” pungkas dr. Nadia. [Rof/Ali]