Reporter : Dwi Rahayu
blokTuban.com - Sebagian orang menganggap buah gayam kurang dikenal. Buah ini memang jarang ditemukan dan hanya tumbuh di daerah tertentu. Pohon gayam merupakan tanaman tropis yang tumbuh hingga ketinggian 400 meter di atas permukaan laut.
Di Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, gayam menjadi salah satu buah yang dicari para produsen keripik. Berbeda dengan buah lainnya, gayam kurang populer karena tidak bisa dimakan langsung.
Kulit dan daging buahnya yang keras membuat proses pengolahan untuk dikonsumsi memerlukan usaha ekstra. Setelah dipetik, buah gayam dikupas, dicuci bersih, direbus, diiris kecil-kecil, dan kemudian digoreng menjadi keripik.
Salah satu produsen keripik gayam adalah Maliki, 46 tahun, seorang penduduk setempat. Di tengah kesibukannya sebagai guru, Maliki juga menekuni usaha keripik gayam untuk menambah penghasilan.
Maliki memilih usaha keripik gayam karena keunikannya dan tidak semua orang bisa membuatnya, terutama karena kesulitan dalam proses pengirisan dan penggorengan.
"Dulu belajar dari orang tua. Keripik gayam ini unik dan tidak banyak yang bisa memproduksinya. Kesulitannya ada pada cara mengiris dan menggorengnya," ungkapnya.
Keripik gayam produksi Maliki kini sudah dipasarkan di beberapa swalayan, hotel, pusat oleh-oleh, dan bahkan ke luar kota seperti Sidoarjo. Dengan bantuan istrinya, Maliki mampu memproduksi hingga 500 bungkus keripik gayam setiap minggu.
"Dalam satu minggu memproduksi 300 sampai 500 pcs. Pengirimannya ke supermarket dan luar kota juga, seperti di daerah Sidoarjo," tambahnya.
Rasanya yang gurih dan lezat membuat keripik gayam banyak dicari masyarakat sebagai camilan di rumah. Satu bungkus keripik gayam dijual seharga 20 ribu rupiah.
Maliki telah menjalankan usaha keripik gayam ini sejak tahun 2012, meneruskan usaha yang diwariskan dari orang tuanya.