Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan
blokTuban.com - Desa Dahor merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban. Desa yang dahulunya merupakan salah satu desa di Kecamatan Ragel ini yang kemudian masuk ke Kecamatan Grabagan yang terbentuk karena penggabungan beberapa desa.
Desa Dahor ini terbagi menjadi dua dusun yakni Dusun Sumberagung dan Dusun Sambungrejo dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.000 jiwa dengan KK yang terdaftar sebanyak 590. Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Menyunyur di sebelah Timur, Desa Dermawuharjo di sebelah Utara, Desa Ngandong di sebelah Barat, dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rengel. Desa ini sekarang dipimpin oleh Mulyono (54) yang menjabat sejak tahun 2019.
Sejarah serta asal usul sebuah desa tidak akan jauh dengan cerita dan juga perjalanan panjang di belakangnya begitupun dengan Desa Dahor. Mulyono (54) selaku Kepala Desa Dahor menceritakan mengenai asal – usul Desa Dahor pada zaman dahulu desa ini masih berupa hutan belantara dan yang tinggal di sini itu bernama Mbah Mangkudeso.
Mbah Mangkudeso ini mempunyai seorang anak perempuan bernama Mbah Ringin Kuning pada waktu itu Mbah Ringin kuning akan dijodohkan dengan salah satu pemuda yang bernama Joko Kakarean, namun pada kesempatan itu datanglah salah satu pelarian prajurit dari Singosari yang bernama Joko Andoro (yang sekarang disebut Mbah Maling Gentilo).
Yang mana pada suatu hari Mbah Mengkudeso menyetujui pernikahan antara Joko Andoro dengan Mbah Ringin Kuning yang kemudian dilaksanakannya pesta budaya yang menjadi asal mula terciptanya asal – usul nama desa. Dari pertemuan itu akan diberikan nama desa yang disebut Desa Sukodahar yang mana lama – kelamaan warga tidak bisa menyebut nama “Sukodahar” dan memilih menyebut dengan sebutan yang mudah yakni “Dahar” yang mana berkembang menjadi nama Dahor.
Dan pada saat itu Joko Andoro mempunyai niat untuk memiliki anak yang kemudian dikaruniai dua anak putri yang kemudian anaknya kembali ke Singosari yang sekarang Pasuruan.
“Di suatu hari Mbah Mengkudeso menyetujui pernikahanya dengan Joko Andoro sama Mbah Ringin Kuning, Terus dilaksanakan pesta budaya yang menciptakan asal – usul nama desa dari pertemuan itu akan diberikan nama desa yang disebut dengan “Sukodahar” berhubung lama kelamaan warga desa tidak bisa menyebut nama “Sukodahar” maka menyebut dengan sebutan paling mudah “Dahar” dan berkembang menjadi Dahor,” tutur pria 3 anak tersebut saat menceritakan asal – usul Desa Dahor kepada blokTuban.com, Jumat (13/10/2023).
Di samping itu, mengenai tradisinya sendiri Desa Dahor masih melaksanakan tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan tiga kali dalam setahun yang mana pelaksanaannya harus dilakukan setelah tradisi yang dilaksanakan di Desa Ngandong. Tradisi di Desa Dahor ini dilakukan di 3 sumur yakni Sumur Beji yang dilakukan pada Kamis Pahing malam Jumat Pon dengan menggelar acara manganan dan wayang tengul yakni wayang yang dimainkan dalang dengan satu cerita marmoyo marmodi dan wayangnya seperti wayang golek tetapi agak kecil,
Kemudian di Sumur Cublikan yang dilaksanakan pada Kamis Kliwon Malam Jumat Legi dengan melakukan acara manganan dan Tayuban yang siangnya digelar di sumur tersebut dan malamnya digelar di rumah salah satu perangkat yang ada di Dusun Sambungrejo.
Ada satu sumur lagi yang paling dikeramatkan yakni Sumur Bandung yang dilaksanakan pada hari Kamis Kliwon malam Jumat Legi dengan acara manganan dan juga tayuban.
Mengenai hal itu Sumur Bandung memiliki sejarahnya tersendiri, Mulyono juga menceritakan bahwa Sumur Bandung memiliki sebuah sejarah dibaliknya yakni konon pada zaman dahulu Mbah Maling Gentilo (Joko Andoro) menginginkan pusaka yang dimiliki oleh Eyang Empu Supo kemudian Mbah Maling Gentilo mendatangi sebuah hajatan di Daerah Palang,.
Tapi sayangnya Mbah Maling Gentilo di sana tidak dianggap dan tidak dihormati maka dari itu Mbah Maling Gentilo menculik seorang pengantin putri dengan cara membuat terowongan bawah tanah atau nama lainnya membuat Gangsir (Semacam menggali tanah menjadi sebuah terowongan) yang mana awal dari terowongan tersebut yang sekarang berada di Desa Grabagan.
Kemudian pengantin putri ini dijadikan istri keduanya dan diberi nama Mbah Ringin Anom tetapi Mbah Ringin Kuning dan Mbah Ringin Anom ini tidak akur. Yang kemudian Mbah Ringin Kuning dan Mbah Ringin Anom menginginkan sebuah sumur maka dengan itu Mbah Maling Gentilo membuatkan satu sumur yang lubang atasnya dibagi menjadi dua dan itu sekarang disebut Sumur Bandung.
Pada saat itu Mbah Ringin Kuning tidak terima dan memberikan sebuah racun dilubang sumur milik Mbah Ringin Anom, tetapi ia tidak menyadari kalau sebenarnya sumur itu adalah satu sumur yang dibuat 2 lubang, dan tanpa sengaja keduanya meminum air dari sumur tersebut dan kemudian keduanya meninggal secara bersamaan dan dikuburkan tidak jauh dengan sumur tersebut
Adapun makam tersebut sampai sekarang masih dilakukan seperti pengajian yang dilaksanakan semalam sebelum acara sedekah bumi yang dilaksanakan di Sumur Bandung. Di Sumur Bandung tersebut juga terdapat sebuah mitos konon kalau ada orang luar desa yang masuk menggunakan pakaian dinas akan mendapat kecelakaan dan sugestinya bahwa tempat itu tidak bisa dikunjungi orang – orang yang berpakaian dinas.
Mengenai potensinya sendiri, Kepala Desa menuturkan bahwa dia mempunyai rencana dalam mengembangkan wisata dan juga wisata religi yang ada di desa tersebut. Rencananya akan dibuat semacam bumi perkemahan yang terletak di dekat Sumur Beji.
“Rencana saya yang di Sumur Beji itu saya bangun untuk wisata bumi perkemahan dan nantinya bisa membuat warga masyarakat untuk menambah asset perekonomian mereka,” Tutur Mulyono selaku Kepala Desa Dahor.
Adapun mengenai perekonomiannya, warga Desa Dahor 100% berprofesi sebagai petani dengan istilah petani tadah hujan yang mana pada musim kemarau hanya membersihkan lahan saja dan hanya mulai menanam pada musim hujan.
Proses penanamannya pun mempunyai istilah yakni tumpang sari, yang mana pada saat menanam 2 tanaman sekaligus yang mana saat panen satu tanaman misalnya jagung maka tanaman lain seperti lombok sudah mulai tumbuh. [Naw/Ali]