Reporter: Muhammad Nurkholis
blokTuban.com - Membandingkan produksi padi pada tahun 2022 bulan September dan 2023 bulan September, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa sebut, produksi padi di Jawa Timur mengalami surplus sebesar 9,23 persen, namun harga beras baik medium hingga premium masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Kendati demikian menurut Khofifah menilai di wilayah Jawa Timur, harga beras sudah tergolong rendah dibandingkan daerah lain di Pulau Jawa.
"Dua minggu terakhir harga beras di Jawa Timur tergolong terendah se-Jawa, atau tidak gitu ya nomor 2 terbawah," ujarnya.
Sedangkan terkait produksi padi di Jawa Timur yang mengalami surplus, namun harga beras masih di atas HET, menurut Khofifah hal ini ditengarai karena Gabah Kering Giling (GKG) dan Gabah Kering Panen (GKP) saat sampai di tempat penggilingan harganya sudah di atas HET.
Hal ini menjadikan usai proses pengolahan dan ketika produk sudah menjadi beras harganya pun menjadi di atas HET.
"Perlu saya sampaikan bahwa GKG dan GKP ketika sampai di penggilingan sudah di atas HET, otomatis ketika jadi beras harganya pun tinggi," imbuhnya
Dengan adanya nilai tambah ini, Khofifah berharap agar para petani betul-betul menikmati hasil ini. Kemudian Khofifah juga menjelaskan jika, hasil panen Jawa Timur turut didedikasikan kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Sebab biasanya Jawa Timur bisa menyuplai 16 wilayah di Indonesia Timur kecuali provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Namun, pada awal September 2023, Jawa Timur harus mensuplaikan ke Sulsel, Riau dan Bangka Belitung.
Untuk itu, Khofifah juga mengucapkan terima kasihnya kepada para petani di Jawa Timur dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), untuk itu diakuinya, saat ini harus ada upaya komprehensif bagaimana ketahanan pangan dibangun oleh semua lini.
"Setiap jengkal lahan maksimalkan itu, untuk sektor di mana bisa memberikan ketahanan pangan kita," pungkasnya. [Nur/Ali]