Oleh: Dwi Rahayu
blokTuban.com – Arah pendidikan saat ini oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berorientasi pada merdeka belajar melalui terobosan Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang kemudian semakin diperparah karena pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.
Menurut penjelasan di pengantar buku Kajian Akademik Kemendikbudristek, krisis tersebut ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan dalam hal yang mendasar seperti literasi membaca.
Selain itu, krisis belajar juga ditandai oleh ketimpangan kualitas belajar antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi. Hal ini pun berkaitan dengan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengajar, dari guru hingga kepala sekolah.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah transformasi sistem pendidikan guna mengakselerasi kualitas SDM secara merata dari Sabang sampai Merauke.
Kurikulum Merdeka dirancang guna memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.
Dalam penerapannya, Kurikulum Merdeka memiliki tiga karakteristik. Dilansir dari laman Kemdikbud.go.id, berikut penjelasan terkait tiga karakteristik tersebut:
1. Pengembangan soft skills dan karakteristik Pengembangan soft skills dan karakter melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila.
2. Fokus pada materi esensial Fokus pada materi esensial, relevan, dan mendalam sehingga ada waktu cukup untuk membangun kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Pembelajaran yang fleksibel Keleluasaan bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS