Reporter: Khoirul Huda
blokTuban.com - Balai Diklat Keagamaan Surabaya mengadakan kegiatan pelatihan di Wilayah Kerja (PDWK). Kegiatan diklat Teknis penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi pegawai pertama di Jawa Timur itu dilaksanakan di MAN 1 Tuban, Senin (7/2/2022).
Kegiatan itu dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kementrian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Tuban, Munir. Dalam sambutanya, Munir menyampaikan materi terkait moderasi beragama, sekaligus ta'aruf kepada para peserta.
"Sebagai program unggulan Kemenag, moderasi beragama harus disampaikan kepada ASN Kemenag. Apalagi generasi kita lebih cepat memahami agama dari medsos, dari pada dari sumber asli," terang Kepala Kantor Kemenag Tuban itu.
Lebih lanjut, dia menyampaikan pentingnya moderasi beragama, pertama menyadari bahwa perbedaan adalah Sunnatullah. Kedua, keanekaragaman adalah fitrah bangsa dan ketiga pancasila adalah cermin nilai asli bangsa Indonesia yaitu beragama.
"Moderasi beragama mengajarkan hidup beragama yang ramah, toleran, dan menghargai keberagaman," jelas Munir.
Menurutnya, cara seseorang beragama harus selalu didorong ke jalan tengah, Harus senantiasa dimoderasi karena dia bisa berubah menjadi ekstrem, tidak adil, bahkan berlebih-lebihan. "Bukan agama, jika ia mengajarkan perusakan di muka bumi, melakukan kedhaliman serta keangkaramurkaan, dan agama itu tidak perlu dimoderasi lagi," ujarnya
Sementara itu, Kasubag TU Balai Diklat Keagamaan Surabaya, Muslimin, menyampaikan untuk meningkatkan kualitas SDM Aparatur Sipil Negara (ASN), perlu di adakan pelatihan.
"Kita awali dari Tuban dan akan disusul 15 kabupaten di Jawa Timur. Untuk pelatihan ini ini diikuti sebanyak 30 peserta, karena pandemi Covid-19 yang masih berlangsung jadi mohon diikuti dengan sungguh-sungguh," kata Muslimin.
Tujuan diadakan kegiatan ini, agar semua peserta mampu menyusun SOP dengan baik dan benar. Ada enam peningkatan kualitas diklat, yang pertama input yang benar (calon peserta yang benar, sesuai jenis pelatihannya), lalu proses yang baik (Narasumber dan Widyaiswara yang baik).
Ketiga output yang baik (setelah diklat ada perubahan yang lebih baik), lalu ada outcome yang lebih baik di tempat kerjanya, benefit/manfaat bagi umat sesuai tupoksi penyuluh, bisa mengurangi konflik bukan menambah konflik dan yang keenam impact atau dampak yang akan muncul dengan pencitraan yang baik dan positif.
"Jika keenamnya bisa dijalani, maka mutu bisa dicapai dengan sempurna," pungkasnya.[hud/Ali]