Reporter: -
blokTuban.com - Gencarnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi turut menyumbang gambaran ideal tentang kecantikan. Tak terkecuali penampilan organ intim wanita ini. Tren kecantikan terus berkembang seiring waktu.
Tahun 90-an, tren kecantikan berpusat pada wajah. Lima tahun kemudian, berlanjut ke payudara. Lalu memasuki tahun 2000-an, turun ke bokong. Sejak 2007, arahnya mulai ke vagina yang sekaligus paling banyak mendapat sorotan.
Sampai sejauh ini sebenarnya masih banyak orang yang bingung dengan pengertian “peremajaan” ini. Prosedurnya bukan hanya dilakukan pada bagian internal, namun juga area eksternal meliputi labia mayora, labia minora, dan klitoris.
Siapapun boleh melakukannya, selama tidak ada kontraindikasinya. Prosedur peremajaan vagina juga mengalami inovasi yang terus dikembangkan. Tindakannya dapat invasif (operasi), semi invasif hingga non invasif yang nyaman dan dilakukan dalam keadaan sadar.
Tenaga kesehatan yang menangani juga khusus yakni aesthetic gynecology atau cosmetic gynecology. Ada juga yang mengistilahkannya “desainer vagina”. Sebuah istilah yang tidak salah-salah amat, karena memang urusannya terkait masalah bentuk dan fungsi organ intim ini.
Sebagian masyarakat kita belum sepenuhnya menerima karena alasan tabu seakan-akan mengeksplotasi masalah seksual.
Meski sudah mulai marak di Indonesia, masih ada sebagian masyarakat kita memang belum sepenuhnya menerima. Alasannya tabu karena seakan-akan mengeksplotasi masalah seksual. Mungkin tak banyak disadari, seiring perjalanan waktu, organ intim kita juga mengalami perubahan anatomi.
Kehamilan dan proses melahirkan misalnya, banyak berpengaruh pada bentuknya. Selain itu, ada sebagian perempuan yang setelah melahirkan, mengalami perubahan sensasi ketika berhubungan intim.
Sebagaimana diketahui masalah paling umum terutama setelah melahirkan karena jaringan vagina menjadi kendur, menciptakan rasa longgar serta berkurangnya kepekaan di daerah vagina. Kondisi ini bisa diikuti juga kesulitan mengontrol urine akibat berkurangnya kekuatan di uretra karena struktur pendukung panggul yang lemah.
Daerah sekitar vagina mungkin juga terasa renggang dan kering. Terutama pada perempuan yang menopause. Lapisan dinding vagina menjadi kering, elastisitas berkurang dan meradang.
Melalui peremajaan vagina akan tercipta jaringan yang sehat, terutama perbaikan di labia maupun vagina. Kelenturan dinding vagina juga ikut diperbaiki, meningkatakan sensasi saat bersetubuh, hingga memperbaiki kulit labia yang kendur dan kehilangan kekenyalannya. Sama persis seperti kulit pipi yang melorot, maka pipi kita yang dibawah bisa melorot juga.
Sebelum menjalani prosedur peremajaan, pasien harus berkonsultasi dengan dokter ahli untuk mendapatkan informasi serta menyatakan keluhannya. Konsultasi akan membantu dokter dalam menentukan solusi dan tindakan yang tepat.
Biasanya pada tahap awal, beberapa pemeriksaan kesehatan juga perlu dipastikan. Misalnya, apakah ada diabetes mellitus yang bisa memperlambat proses penyembuhan. Tindakan dengan prosedur invasif sama seperti operasi pada umumnya.
Penyembuhan akan memakan waktu sekitar 6-8 minggu sebelum kembali berhubungan intim atau berolahraga. Jika diukur dari tingkat kesulitan, prosedur semi invasif dapat dilakukan dengan cepat dan tidak melukai permukaan kulit dan mukosa vagina. Bahkan pasien bisa tetap sadar selama tindakan berlangsung.
Salah satu contoh prosedur semi invasif ini adalah perbaikan penampilan vagina sehingga terlihat lebih kencang dan berisi (labio mayora augmentation). Prosedur ini dilakukan dengan menambah volume pada bagian bibir vagina maupun labia luar supaya lebih kenyal dan berisi.
Melalui peremajaan vagina akan tercipta jaringan yang sehat, terutama perbaikan di labia maupun vagina. Kelenturan dinding vagina ikut diperbaiki, meningkatakan sensasi saat bersetubuh, hingga memperbaiki kulit labia yang kendur dan kehilangan kekenyalannya.
Kini telah ditemukan untuk tindakan ini dilakukan dengan menggunakan filler atau serum platelet rich plasma (PRP) yang berasal dari darah pasien. Sebelum PRP, darah akan melewati proses sentrifugasi, yaitu pemisahan bagian menggunakan mesin pemutar.
Prosedur semi invasif lain adalah injeksi G Spot yang diniatkan untuk meningkatkan kemampuan orgasme. Prosedur ini dapat membantu perempuan yang tidak dapat menikmati hubungan seks akibat kehilangan titik sensitifnya.
Caranya menginjeksikan PRP pada area sensitif tersebut. Lebih dari itu hanya berdurasi 20 menit, tindakan non invasif bisa dilakukan secara sadar dan nyaman. Pasien hanya akan merasakan kenaikan temperatur yang menimbulkan rasa hangat didaerah vagina maupun labia. Kenaikan ini dibutuhkan untuk memicu pengencangan pada bagian yang dituju.
Malahan setelah tindakan non invasif, pasien diizinkan pulang dan melakukan aktivitas sehari-hari termasuk berhubungan intim. Hanya prosedur ini sebaiknya tidak dilakukan saat masa premenstrual syndrome karena saat itu tubuh sedang sensitive. Untuk tindakan non invasif pengerjaaannya mudah, cepat tanpa rasa nyeri dan tidak perlu anestesi.
Bagian vagina yang dikenai tindakan adalah labia (labia remodeling, labia mayora tightening, lambia mayora brightening). Perawatan dilakukan dengan radiofrequency yakni gel dan alat yang dialiri listrik pada bagian yang diinginkan. Prosedur hanya sekitar 10 menit dan hasil perubahan bisa bertahan antara 6-24 bulan bergantung pola hidup.
Intinya peremajaan vagina memang bisa dilakukan perempuan dewasa dari berbagai tingkat usia. Namun tetap saja ada prioritas, siapa yang boleh menjalani. Karena itu sebelum tindakan pasien akan menjalani konseling agar betul-betul yakin pada tindakannya.
Sesungguhnya setiap perempuan memiliki vagina yang unik dengan ukuran bentuk dan warna yang berbeda-beda. Tidak ada vagina yang ideal. Sekarang yang ideal adalah menurut diri kita sendiri dan menurut suami. Ideal adalah ukuran masing-masing orang.Semoga bermanfaat.
*Sumber: kumparan.com
Peremajaan Vagina, Untuk Apa dan Siapa?
5 Comments
1.230x view