Reporter: --
blokTuban.com - Banyak orang akan berpikir keras untuk membaca tulisan tangan dokter di resep obat. Ya, barangkali jika ada kompetisi menulis tangan paling sulit dibaca, profesi dokter pemenangnya. Untuk satu hal, dokter memang harus menulis lebih sering dari mereka yang memiliki profesi lainnya. Menurut Celine Thum, direktur medis di ParaDocs Worldwide, semua hal di dunia medis harus didokumentasikan.
"Apa pun yang Anda bicarakan di ruang dokter perlu bukti tertulis untuk riwayat kesehatan," ucapnya.
Banyaknya pasien yang membutuhkan resep darinya pasti sangat melelahkan. "Jika Anda benar-benar menulis selama 10 hingga 12 jam sehari dengan tangan, tangan Anda tidak akan bisa melakukannya," kata Ruth Brocato, dokter perawatan medis.
Menurut Asher Goldstein, dokter manajemen nyeri di Genesis Pain Centers, AS, kebanyakan tulisan tangan dokter memburuk sepanjang hari karena otot-otot kecil di tangan terlalu banyak bekerja. Jika rata-rata dokter melayani satu pasien selama satu jam, mereka mungkin bisa bekerja sedikit lambat dan memberi istirahat untuk tangannya.
Nyatanya, sebagian besar dokter harus bergegas menangani pasien berikutnya. Misalnya, satu pasien mungkin hanya memiliki waktu 15 menit untuk membahas masalah medis dan mengajukan pertanyaan tentang resep.
Jadi, mereka lebih peduli memberikan informasi daripada menyempurnakan tulisan tangan mereka. Selain itu, ada banyak istilah medis yang sangat sulit untuk ditulis dengan tangan. Misalnya, jika kita menulis istilah "epidimitis" di komputer maka akan ada fitur koreksi ejaan yang membantu membenarkan kesalahan dalam penulisan. "Kami memiliki begitu banyak istilah teknis yang tidak mungkin ditulis," kata Thum. Apalagi, ada beberapa istilah medis yang membingungkan. Misalnya, QD yang adalah singkatan dalam frasa latin dengan makna "satu hari" dan TID yang berarti "tiga kali sehari". Apoteker akan tahu persis apa yang dimaksud oleh sang dokter. Namun, kita sebagai orang awam pasti hanya mengira itu sekadar tulisan "cakar ayam" yang sulit dibaca.
Brocato mengatakan, dokter harus ekstra hati-hati dalam memberi resep karena kesalahan kecil membaca dapat memiliki konsekuensi besar. Misalnya, alih-alih menulis "mg" atau "mcg," dokter dianjurkan untuk menulis "miligram" atau "mikrogram". "Jika dosis 100 kali lipat dari yang Anda tulis, Anda harus sangat berhati-hati tentang itu,” katanya.
Kesalahan kecil dalam tulisan tangan bisa menjadi berita buruk untuk pasien. Sebuah laporan tahun 2006 menemukan, lebih dari 7.000 orang meninggal dalam setahun karena kesalahan medis yang disebabkan oleh tulisan tangan yang tidak terbaca. Sekarang, dokter sedang bergerak menuju catatan medis elektronik untuk mengurangi kesalahan pembacaan tulisan. Beberapa negara bahkan secara hukum mengharuskan dokter untuk mengirim resep secara elektronik. Belum ada riset yang meneliti apakah tingkat kematian tahunan dari resep yang salah telah menurun. Tapi, para dokter setuju saat ini kesalahan dalam membaca resep telah menurun. [lis]
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Tulisan Tangan Dokter Sulit Dibaca?", https://lifestyle.kompas.com/read/2019/03/08/090000420/mengapa-tulisan-tangan-dokter-sulit-dibaca.