Sedekah Bumi Kembangbilo, Masyarakat Berduyun Nyawer Pendanyangan

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Kultur adat istiadat sedekah bumi rupanya masih lestari di tengah masyarakat modern. Salah satunya di Desa Kembangbilo, Kecamatan/ Kabupaten Tuban sedekah bumi atau aktifitas dengan niatan bersedekah untuk kesejahteraan bumi tengah berlangsung, Senin (15/5/2017).

Bertempat di Sumur Gede, begitu masyarakat menyebut sumur yang diklaim pertama kali dibuat di desa tersebut, ratusan warga berduyun-duyun datang. Tidak dengan tangan kosong, mereka membawa serta beraneka macam jajanan pasar, mulai dari kue cucur, tape, jenang ketan, rengginang dan  lainnya.

"Kita bawa jajanan di rinjing dan nanti dibagikan menggunakan rencek," kata Sriah (48) merujuk anyaman bambu untuk meletakan jajanan yang mereka bawa.

Tepat di bawah pohon beringin setinggi kurang lebih 100 meter dan merupakan kompleks SDN Kembangbilo 1 ini, utamanya ibu-ibu duduk menunggu hiburan khas sedekah bumi di desa mereka. Sebuah terop didirikan dan dibawahnya ada sekelompok grup karawitan mengalunkan alat musik tradisional Jawa. Lengkap dengan dua sinden, yang kata warga setempat merupakan hiburan wajib di setiap tahun perayaan sedekah bumi.

Ada yang unik dalam tradisi sedekah bumi kali ini, yakni masyarakat beradu cepat memberikan saweran kepada juru kunci yang didampingi sinden. Nampan di atas tangan kiri kunci itupun sekejap penuh dengan lembaran uang dari nominal pecahan Rp2.000 hingga pecahan terbesar Rp Rp100.000.

Inilah yang mereka sebut dengan pendanyangan, setelah sebelumnya sebuah gending Jawa dipersembahkan sebagai pembuka. Kemudian gending berikutnya hingga kesembilan, setiap jedanya, masyarakat berbaur di tengah terop memberikan uang mereka. Tidak kalah uniknya, setelah meletakkan uang mereka meneriakkan nama dan mengucapkan dengan keras apa yang jadi pengharapan mereka.

"Memang harus sembilan gending," kata Juru Kunci Sumur Gede, Priyo Handoyo (38).

Juru kuncen yang merupakan generasi keempat ini menjelaskan pendanyangan dengan melantunkan sembilan gending ini ditujukan leluhur sebelumnya. Sebab, masyarakat meyakini terdapat sembilan leluhur yang dulunya membuat sumur pertama kali di desa tersebut.

"Maksudnya dulu sebelum ada orang-orang​ yang menghuni ya sembilan orang (leluhur, red). Jadi Mereka diberi kesempatan joget semua," tambahnya.

Diketahui sedekah bumi ini dilakukan setiap tahunnya pada hari Senin dan penanggalan Jawa Kliwon atau Senin Kliwon. Sedangkan bulannya disesuaikan setelah masa panen raya selesai.

Ada dua tempat pelaksanaan sedekah bumi, yakni pertama di salah satu sumur tua di Dusun Lidan dan kedua di Dusun Kembangbilokrajan, Desa Kembangbilo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban. Acara dimulai pada malam menjelang hari yang ditentukan dan berlangsung hingga malam hari.[dwi/col]