Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Berapa petak kolam penuh berisi ikan lele di samping rumah M Ali Baharudin. Ikan yang memiliki nama latin Clarias ini telah menjadi bagian usaha ia memberdayakan peternak ikan lele ini.
Saat blokTuban mengunjungi kediamannya di Desa Prambonwetan, Kecamatan Rengel ia tengah memberi makan ikan yang beberapa bulan lagi siap untuk dipanen. Menggeluti ternak lele telah ia lakukan sejak 2007 lalu. Awalnya berniat untuk memberikan kesibukan bagi orang tuanya. Namun belakangan ia mulai menemukan alasan untuk serius membudidayakan lele dan memberdayakan sejumlah pertenak lainnya.
"Setelah dua bulan lebih panen, saya kalkulasi biaya bibit dan pakan walau saya bagikan sebagian ke tetangga ternyata ada nilai prospekstif dijadikan usaha," kata pria yang juga berstatus Pegawai Negeri tersebut.
Kemudian ia membentuk kelompok yang pada awal lalu terdiri 16 sesama peternakan lele yang bergabung dengannya. Dari kelompok kecil tersebut mereka mulai menemukan formula untuk budidaya lele, memenuhi kebutuhan pakan hingga pemasaran.
Saat itu, ujarnya kepada blokTuban.com dari bibit ikan lele sebanyak 500 ekor. Pada beberapa bulan kemudian, tiba musim panen ia mendapat keuntungan bersih Rp 600.000. Lantas ia berfikir bagaimana kalau bibit 100.000 ekor untuk kemudian dikembangmbangkan dalam usaha. Namun berkaitan dengan hasil besar juga butuh modal besar.
"Dari satu kali panen saya belajar membudidayakan lele dalam kolam agak besar ukuran 3x6 meter," lanjutnya.
Bersama kelompok yang kemudian di bawah wadah Pokdakan Ragajati, ia mempelajari sifat dan menghafalkan fenomena beternak ikan air tawar tersebut. Beberapa buku teori dan penyuluhan yang diterima dari dinas terkait bahkan menurutnya masih belum cukup.
"Budidaya lele butuh pengalaman, setidaknya untuk bisa memprediksi barus dipelajari kurang lebih dua tahun menghafalkan fenomena yang terjadi pada alam," tambahnya.
Kini hampir 10 tahun berjalan, dari 16 anggota kelompok peternak lele bertahan 7 orang. Sebab persaingan di lapangan dan naik turun permintaan ikan lele menjadi alasan sebagian dari mereka gulung tikar.
Katanya, untuk menjadi peternak kelas besar setidaknya harus memiliki dana cadangan sewaktu-waktu harga di pasaran turun drastis. Sehingga tidak ada pilihan lain menjual ikan dengan harga rendah dan terkadang tidak kembali modal.
"Jika ditotal sekarang dari 7 orang jika ditarik kebawah ada 40 anggota yang tergabung dengan kami," pungkasnya.[dwi/ito]