Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Langkah konkrit Komunitas Kali Kening (K3) semakin tak diragukan lagi. Cita-cita para penggagas untuk melahirkan para pembaca dan penulis di wilayah Tuban Selatan semakin bermunculan.
Meski baru dideklarasikan tiga bulan yang lalu tepatnya bulan Agustus, rupanya karya-karya anggota K3 sudah mewarnai dunia literasi di Tuban khususnya di wilayah belahan selatan Bumi Wali, sebutan kota Tuban.
Ngaji literasi #5 misalnya, sebuah agenda dua mingguan ini sebagai bukti komitmen anggota K3 untuk menghidupkan lagi kesusastraan di Bumi Wali.
Ikal Hidayat Noor, penyaji yang juga anggota Komunitas Kali Kening aktif dan penulis buku patung di kepala itu menjelaskan, kegiatan ngaji literasi #5 untuk menghadirkan sosok perempuan di balik sajak Chairil Anwar kala itu, sebagai penambah wawasan di bidang sastra.
"Istilahnya kita diskusi bareng baca puisi-puisi Chairil yang di dalmnya ada sosok wanita," ucap Ikal, sapaan penulis puisi dan cerpen asal Bangilan itu.
Sementara, menurut pengakuan anggota lain, Linda Tria Sumarno mengatakan, ngaji literasi yang digelar di Gedung Serbaguna, Bangilan, Sabtu Sore (5/11/2016) bahasan yang menarik tentang goresan-goresan pena berbentuk sajak yang indah.
"Semoga akan banyak lahir puisi-puisi sedahsyat karya Chairil dari teman-teman K3," imbuhnya.
Lebih jauh, dengan kajian-kajian untuk melahirkan para pembaca dan penulis di wilayah Tuban Selatan, sangatlah penting bagi K3. Sejumlah pemuda yang hadir dari berbagai daerah di aliran sungai kali kening, pada ngaji literasi merupakan komitmen untuk menjadikan Tuban sebagai kota literasi.
Anggota lain K3 Joyo Juwoto mengungkapkan, yang terpenting menulis itu tidak takut. Penulis harus tidak takut dicap jelek, tidak takut salah, dan tidak takut bukunya tidak laku.
"Buang semua rasa takut, menirukan Pram, Menulis adalah Keberanian," tandas seorang penulis buku dan bloger itu.
Ia juga mempunyai keinginan bisa mebuat sajak yang banyak seperti Chairil. Kata dia, dirinya sedang berusaha membuang ketakutan-ketakutan itu. "Dua buku sudah saya lahirkan, saya mensyukurinya, walau masih banyak kekurangan-kekurangan di tulisannya," ungkapnya merendah.
Rencananya, ia juga akan mulai menyusun puisi-puisi untuk dijadikan kumpulan puisi dan esai pendek. Menurutnya, jika ide mandeg (berhenti) dalam membuat cerpen misalnya, bisa menulis lain.
"Untuk berkarya kita bisa menulis esai atau yang ringan-ringan, sperti ngresensi, catatan perjalanan, dan apalah yang penting nulis," pungkasnya dengan senyum. [rof/rom]
Ngaji Literasi, Hidupkan Semangat Manulis dan Membaca
5 Comments
1.230x view