Teksur Padat, Ciri Gerabah Ngadirejo

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Berada di bantaran sungai Bengawan Solo, Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel menjadi sentra kerjainan gerabah unggulan di Kabupaten Tuban. Lebih dari itu, gerabah Ngadirejo dikenal memiliki kepadatan yang menjadikannya kuat tidak mudah pecah.

Bermukim di bantaran sungai terpanjang di Pulau Jawa, menjadi dilema warga setempat. Namun sebagian besar bahan baku didapat dari bengawan, seperti pasir dan tanah liat.

Ketua kelompok pengerajin setempat, Agus Arfianto mengatakan, bahan baku diambil dari bengawan. Selain itu, ada satu bahan yang menjadi kunci kepadatan hasil gerbah, yakni tanah dari Kecamatan Grabagan.

"Harga tanah dari Grabagan tiap satu dum truk mencapai Rp 750 ribu hingga Rp800 ribu," kata Arif kepada blokTuban.com.

Tanah asal daerah di dataran tinggi tersebut, menurut Arif kalau dibuat campuran pembuatan gerabah seperti cobek dan guci tidak mudah pecah. Terlebih, ketika terjadi pengikisan air pun tidak mudah ada pergerakan pada tekstur gerabah.

Untuk bahan baku tanah liat dan pasir, kata Arif tidak semua orang memiliki tanah di pingiran bengawan. Biasanya, pemilik tanah, lanjut Arif minta semacam upeti pajak untuk ganti rugi tanah yang diambil.

"Sekali bakar rata-rata kasih gula kopi," ujar Arif lantas tertawa.

Sementara itu, Kepala Desa setempat Kasturi mengatakan hal serupa saat ditanya terkait karakteristik utama gerabah Ngadirejo. Perpaduan bahan pembuatan gerabah sudah turun temurun dipraktekan di kalangan pengerajin gerabah. Sejak dulu hingga kini masih laku karena tanah bagus dan kuat.

Dari data yang dihimpun blokTuban menyebut terdapat 104 pengerajin gerabah yang terdaftar dalam kelompok. Sebagian besar, yakni 80 pengerajin yang aktif yang berasal dari tiga dusun yakni Dusun Jetis, Gemblo dan Tawangsari.

"Bahkan beberapa kali diadakan pelatihan dari Pemerintah Kabupaten Tuban mendatangkan pengerajin gerabah Kasongan dari Jogja," ujar Kasturi.

Di lain pihak, Camat Rengel, M Mahmud menuturkan kerajinan gerabah asal Ngadirejo cukup merata. Produk gerabah yang dihasilkan tidak melulu peralatan dapur.

Tidak hanya gerabah sederhana, lanjut Mahmud tapi juga membuat kerajinan menarik lainnya. Beberapa gerabah seperti guci mendapat sentuhan ornamen dan sentuhan seni lainnya.

"Sudah berjalan lama (kerajinan gerabah, red), tidak hanya satu orang dalam satu desa. Tapi tetap ada istilah pengerajin besar ataupun kecil," kata Mahmud menambahkan. [dwi/ito]