Mengenal Ketokohan Syekh Amad Mizan Sunan Penambangan (Bagian 2)

*Suantoko

Asal-Usul Dusun Cungkup

Setiap tokoh desa biasanya berpengaruh terhadap kehidupan sosial, budaya, dan agama suatu daerah atau wilayah yang pernah dijadikan sebagai tempat pengasingan, menyebarkan agama, atau daerah sekadar disinggahi beberapa waktu. Hal yang sama dapat ditemui di Desa Penambangan. Kehadiran tokoh Syekh Ahmad Mizan di Desa Penambangan memunculkan nama Dusun Cungkup. Asal usul Cungkup tidak terlepas dari kisah Syekh Mizan dengan Kyai Karang Pacar. Syekh Mizan adalah pangon (pembantu mengurus ternak) milik Kyai Karang Pacar (Makam Dawa).

“Mbah Mizan diajak betah-betahan karo Mbah Kamdawa. Ceritane diajak betah-betahan mangan lan turu. Mbah Mizan disuruh betah mangan. Mbah Kamdawa memilih betah turu,” ungkap Saban. Dia menambahkan bahwa Mbah Mizan menang dalam betah-betahan tersebut.

Kemenangan Syekh Mizan dalam betah-betahan tersebut dikarenakan nasi yang dimakan bercampur dengan pasir. “Mbah Mizan saat makam ya, mesti lama. Lha yang dimakan bercampur pasir. Jadi harus memilih satu persatu butir nasi itu,” ungkap Saban.

Perjanjian sebelumnya, mengungkapkan bahwa yang betah, makam tempat bersemayam nantinya dibangun cungkup di atasnya. Saban menambahkan, Mbah Mizan menang lantas makamnya didirikan cungkup (bangunan peneduh).

Pembangunan cungkup di atas makam Mbah Mizan memunculkan nama Cungkup. Nama tersebut sampai sekarang dijadikan sebagai nama Makam Cungkup. Selain itu, wilayah atau dusun di mana makam Syekh Mizan disemayamkan dinamakan Dusun Cungkup.

“Kyai Karang Pacar ora betah akhire kalah, makam tetep terbuka,” ungkap Saban. Dia menambahkan, awalnya, Cungkup tersebut berasal dari welit (daun rembulung).
Makam Syekh Mizan tidak hanya didirikan Cungkup di atasnya, juga ditembok bata. Nisan pun bertuliskan huruf jawa kuna. Namun pada saat renovasi 32 tahun yang lalu, nisan tersebut dipendam akhirnya tidak terlihat. Tembok bata pun ditebalkan saat renovasi. “Atap Cungkup diganti genteng,” tambah Saban.

Di dalam cungkup terdapat tiga pasang nisan, nisan di tengah merupakan pesarean Syekh Mizan, di sebelah timur merupakan tempat surban, dan sebelah barat tempat tasbih.

Mulai Dilirik Para Peziarah

Meskipun akses menuju makam Syekh Mizan mudah dijangkau, nampak berseberangan dengan keberadaan makam waliyullah lain yang ada di Semanding, seperti: makam Bejagung, Maulana Ishak, Syekh Siti Jenar, Brawijaya, dan Sunan Geseng yang lebih ramai diziarahi. Hal ini, membuat pengelola makam getol mempromosikan ketokohan Syekh Mizan ke masyarakat luas.

Untuk mengenalkan ke masyarakat luas, pihak pengelola makam melakukan beberapa kegiatan supaya ketokohan dan keberadaan Syekh Mizan di Penambangan dikenal. Salah satunya dengan revitalisasi tradisi manganan dengan memasukkan unsur-unsur keagamaan, seperti: tahlilan, hataman, dan ditutup pengajian akbar.

“Mulai tahun 1995, manganan tidak sekadar manganan, tetapi dimasuki unsur keagamaan,” ungkap Khasan. Saban menambahkan, pada saat haul atau manganan Mbah Mizan, pihak panitia biasanya mengundang masyarakat yang ada di Desa Penambangan dan sekitarnya. Haul juga semakin semarak, tidak hanya sebatas berkumpul, tapi juga ngaji. Setelah mengadakan haul ke-10 yang berlangsung bulan Rajab kemarin, nampak masyarakat Semanding dan sekitarnya mulai mengenal ketokohan Syekh Mizan. Selain itu, untuk meningkatkan spiritual dan keagamaan masyarakat setempat, di sebelah selatan makam dibangun Musala Al Mizan.

Pihak Pemerintah Desa Penambangan turut mendukung sistem pengelolaan dan pengembangan makam. Hal ini merupakan udara segar bagi para pengelola untuk memberikan kenyamanan kepada para peziarah. selesai

*Penulis adalah pegiat budaya dan literasi di Kabupaten Tuban.