Masyarakat Yakin Pemandian Bektiharjo Dilindungi Roh Baik

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Masyarakat Desa Bektiharjo mempercayai bahwasannya ada hal yang mengendalikan tiap peristiwa yang terjadi di kawasan Pemandian Bektiharjo.

Beberapa waktu lalu, terjadi peristiwa robohnya sebuah pohon tepat di dekat lokasi sumber pemandian. Beberapa kali pohon roboh kerap terjadi, namun kesekian kalinya tersebut, tidak ada korban jiwa maupun kerusakan fisik bangunan.

Seperti diketahui, pada awal 2016 lalu sebatang pohon beringin roboh berdekatan dengan kolam. Tepatnya kejadian terjadi di dekat sendang wedok (perempuan) begitu masyarakat setempat menyebutnya. Tidak ada korban luka maupun korban jiwa, pada kejadian tersebut.

Juru kunci lokasi wisata yang dikenal akan monyetnya ini, Hartono (62) mengatakan, peristiwa robohnya pohon pada waktu petang tersebut, jatuhnya batang pohon seolah diarahkan. Bahkan lokasi punden, salah satu tepat sakral di kawasan pemandian, tepat bersebelahan hanya terpisah jalan setapak, dapat dibilang tidak rusak sama sekali.

Tinggi pohon yang diperkirakan lima belas meter lebih itu, dengan diameter kurang lebih 3,5 meter tidak merusak area punden. Bahkan mesin pompa PDAM yang berada tidak jauh dari lokasi robohnya pohon, aman tidak tertimpa satu pun ranting beringin.

"Setiap pohon, ruang, pasti ada roh halus penunggu. Tetapi roh yang ada di kawasan pemandian sini dapat dikatakan roh baik. Setahu saya dua kali pohon roboh, pertama dulu sebelum saya jadi juru kunci," ungkap pria yang menjadi juru kunci sejak 2010 lalu ini.

Batang pohon begitu besar, lanjut Hartono bisa-bisanya roboh, dengan sama sekali tidak merusak bangunan di sekitarnya. Meski mengarah ke punden, tapi pagar tidak rusak sama sekali, hanya lecet pada bagian pojok pagar.

Hal itu, masih kata Hartono, persis seperti kejadian sebelum ia menjadi juru kunci. Ia tidak ingat tepatnya kapan, namun ia ingat pohon roboh pada waktu tidak ada orang yang berada di lokasi sekitar.

"Pada waktu itu, pohon yang tidak jauh dari makam Janur Wendo (bertempat di tengah-tengah kawasan pemandian Bektiharjo seluas kurang lebih 1.500 meter persegi) roboh pada tengah malam. Seharusnya, diperkirakan arah jatuh tepat di atas bangunan makam. Tapi arah roboh menyamping dari makam," ungkap suami Warsirum (56) tersebut.

Diketahui sebelumnya, kompleks makam Janur Wendo sendiri terletak tepat di tengah lokasi pemandian Bektiharjo. Dimana terdapat dua makam dengan pusara tanpa keterangan dan dikelilingi berpagar beton.

"Kalau pagar makam berkuruan empat kali empat meter persegi, bisa jadi panjang tubuh tersebut kurang lebih lima meter," ungkap Mbah Har sapaan akrabnya kepada blokTuban.com.

Hartono menuturkan, Si Empunya makam tersebut bernama Sultan Rodro Satrio Dua. Ia rupanya seorang yang masih memiliki keturunan Raja Majapahit. Sementara makam satunya, ternyata tidak menunjukkan adanya sinar.

Sultan Rodro Satrio Dua tersebut, lanjut Hartono, tidak diketahui pasti tahun berapa tiba di Bektiharjo. yang ia tahu, sang Sultan tidak berkehendak melakukan peperangan. Akan tetapi maksud dan tujuan ia adalah untuk menyebarkan agama Islam.

Dari dua kejadian yang berlainan waktu inilah, yang dipercayai Hartono dan warga lainnya. Bahwasannya, setiap pohon maupun ruang berudara ada roh penunggunya. Namun, roh yang berada di pemandian Bektiharjo, dipercayai sebagai roh yang menjaga lokasi tersebut.

"Buktinya dari dua kejadian itu, sama-sama terjadi pada waktu pemandian sudah sepi. Juga tidak ada korban jiwa, maupun material bangunan yang rusak," pungkasnya. [dwi/rom