Oleh: Nanang Fahrudin
Alkisah, dalam sebuah safarinya, Abdullah bin Ja’far singgah di sebuah kebun kurma. Ia bertemu dengan seorang budak negro. Terlihat budak itu membuka bungkusan yang berisi tiga potong roti. Tiba-tiba datang seekor anjing yang menyalak dan matanya memelototi roti tersebut. Si budak pun melemparkan satu roti dan langsung dilahap oleh anjing.
Tapi, anjing itu masih saja memelototi sisa roti tersebut. Hingga roti ketiga dilemparkan ke anjing tersebut. Lalu bertanyalah Ja’far “Kenapa kau habiskan rotimu untuk anjing itu?”
Si budak menjawab “Di sekitar sini tidak ada anjing.Pasti anjing itu datang dari jauh dan kelaparan. Saya tidak memiliki makanan lain selain tiga potong roti itu.”
“Berapa jatah rotimu setiap hari?” tanya Ja’far.
“Tiga potong.”
“Artinya kamu sudah tidak punya simpanan roti untuk dimakan. Lalu apa yang hendak kau makan hari ini?”
“Saya akan menahan lapar hingga esok hari.”
Ja’far pun heran dan mengatakan bahwa budak tersebut lebih dermawan daripada dirinya. Dan beberapa hari kemudian, Ja’far datang ke kebun kurma itu untuk membeli kebun itu. Si budak lalu dimerdekakan dan diberi hadiah kebun kurma tersebut.
“Begitulah kedermawanan para sahabat Rosulullah, nak. Kau harus mencontoh sifat-sifat mulia tersebut,” kata Kang Tamin mengakhiri kisahnya. Soleh, anaknya mendengarkan dengan seksama.
“Siapa Abdullah bin Ja’far itu Pak?”
“Bapak kurang begitu paham soal asal-usul Ja’far. Bapak mendengar kisah itu dari guru bapak dulu. Tapi seingat bapak, beliau adalah sahabat sekaligus keponakan baginda Rosul. Beliau putra dari Ja’far bin Abi Thalib. Tapi yang terpenting nak, menjadi dermawan adalah belajar menjadi kaya. Tidak ada orang yang dermawan lalu jatuh miskin,” kata Kang Tamin.
“Nggih bapak!”
Bedug adzan sudah berkumandang. Kang Tamin dipanggil istrinya untuk berbuka puasa. Soleh mengikuti langkah bapaknya menuju meja makan. Ada nasi, sayur asem, sambel teri, dan tempe goreng. Hmm...nikmat rasanya.
“Jangan lupa nak, kau harus jadi orang dermawan. Bapak sedang mengajarimu menjadi orang kaya. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Mengajari menjadi orang kaya bukan selalu harus punya harta berlimpah, tapi selalu bersedekah kepada yang kekurangan, itu berarti engkau seorang yang kaya.”
“Sudah sudah, makan dulu. Jangan lupa berdoa dulu ya nak!” kata istri Kang Tamin.