Reporter : Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Masjid Cheng Ho tidak hanya mengagumkan mata dengan keindahan bangunan, tapi juga menjadi penggugah memori Cheng Ho saat menyebarkan agama Islam di Nusantara. Masjid Cheng Ho adalah tempat ideal bagi wisatawan yang ingin mengombinasikan wisata arsitektur Tionghoa dan budaya islami.
Warna merah umumnya menjadi warna dominan ornamen di klenteng atau tempat ibadah umat Tri Dharma. Tetapi di Kabupaten Tuban, ternyata ada masjid yang menggunakan arsitektur Tionghoa. Masjid itu juga cukup unik karena bentuk bangunannya yang khas ala bangunan klenteng. Warnanya juga didominasi oleh warna merah, hijau muda dan kuning ala warna bangunan kelenteng. Keberadaan masjid itu menjadi masjid kembaran dengan bangunan serupa Masjid Cheng Ho yang ada di kota Surabaya dan Pandaan.
Masjid Baitul Jalil namanya. Masjid yang beralamatkan di Blok Agung, Dusun Bamban, Desa Sidodadi, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban. Bangunannya persis dengan masjid Ceng Ho, karena struktur bangunannya seperti pagoda. Masjid yang berada di dalam area pondok pesantren Salafiyah, Syifaul Qulub, ini menggunakan arsitektur Tionghoa, sehingga bangunannya mirip dengan klenteng.
Pembangunan Masjid Cheng Ho Tuban, pertama kali diprakarsai oleh Kyai Masruh, sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Syifaul Qulub. “Awalmula berdirinya masjid ini pada tahun 1997, kemudian direnovasi sedemikian rupa pada tahun 2004,” jelas kiyai Masruh kepada blokTuban.com, Rabu (22/6/2016).
Bangunan masjid bernuansa muslim Tionghoa ini terinspirasi, karena kedekatan Kiyai Masruh dengan komunitas Tionghoa di Kecamatan Bangilan, kemudian berfikir akan mendirikan masjid dengan arsitektur Tionghoa. Maka tak heran, Masjid Cheng Ho Tuban ini sangat mirip dengan klenteng, tempat ibadah Tri Dharma.
Bentuknya juga mirip dengan bentuk bangunan pagoda. Di bagian atas atau atapnya, terdapat empat tumpukan, untuk atap paling atas atau kubah masjid adalah tulisan Allah, yang menandakan bahwa bangunan ini adalah masjid.
Begitu memasuki kompleks Masjid Cheng Ho Tuban, pengunjung langsung bisa merasakan keunikan masjid yang dibangun di komplek Pondok Pesantren tersebut. Ukuran masjid itu tidak didesain secara sembarangan, karena setiap angkanya menyiratkan makna yang mendalam.
“Masjid yang berdiri kokoh dengan luas 25X25 Meter ini memiliki tiang yang terbuat dari beton dan sebagian alasnya masih menggunakan kayu jenis mahoni. Keunikan yang lain terdapat pada sisi dan sudut masjid dibagi menjadi sembilan bagian. Hal ini dimaksudkan sebagai simbol Wali Songo, penyebar agama Islam di pulau Jawa. Sementara tiang penyangga di setiap sudut masjid berjumlah sembilan puluh sembilan tiang, yang menggambarkan Asmaul Husna,” jelasnya saat ditemui di komplek masjid tersebut.
Pada perkembangannya, Masjid ini juga memiliki menara yang berbentuk prisma segi lima yang menggambarkan rukun islam. Masjid ini juga menjadi sarana beribadah dan pendidikan bagi santri yang menuntut ilmu. Sehingga secara bertahap juga dibangun asrama santri di sekitar masjid.[rof/ito]