Keberadaan Gapura Ibrahim Asmara Qandi dan Makna Tawadhu' (bagian 2)

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Menjelajah kompleks makam Syekh Ibrahim Asmara Qandi seakan ditarik kembali pada masa silam. Sebab, beberapa benda peninggalan sang wali cukup banyak ditemui di sekitar lokasi.

Situs makam yang berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya tersebut meyimpan cerita akan adat kebiasaan umat islam terdahulu. Dapat dijumpai, tiga buah gapura masih kokoh berdiri di sekitar cungkup makam wali asal Samarkand, Negara Uzbekistan - Rusia ini.

[Baca juga:  Napak Tilas Makam Penyebar Islam Asal Samarkand (bagian 1) ]

Tiga buah gapura makam Ibrahim Asmara Qandi berjarak relatif dekat. Gapura pertama terletak di serambi atau muka masjid baru, bagian selatan masjid dan di bagian selatan makam utama.

Melihat eksistensi makam para waliyullah menarik untuk diketahui mendalam. Beberapa peninggalan situs makam acap kali memunculkan rasa penasaran akan alasan dibalik keberadaannya, seperti halnya ketiga gapura atau paduraksa tersebut.

"Ketiga gapura tersebut tidak memiliki tinggi yang sama. Pada serambi lebih tinggi, kemudian bagian selatan masjid lebih pendek, dan di sini (selatan makam utam) lebih pendek lagi," kata salah seorang dari tiga Juru Kunci makam, Badrun.

Orang Jawa bilang, thawadhu' berarti andap ashor, yaitu menghargai orang lain lebih utama. Tunduk dan tidak memandang diri berada di atas semua orang.

Sementara itu, pada gapura kedua terdapat tulisan pahatan yang sudah mulai ruak karena aus dan rusak. Tulisan aus tersebut mengggambarkan bahwa pintu gapura terbuat dari pecahan kayu perahu.

"Prasasti tertulis dikayu berbunyi Jung Pecah Kinaryo Lawang, atau jung pecah dipakai penutup," ujar Koordinator Situs Bidang Purbakala, Balai Pelestarian Cagar Budaya, Sarkawi kepada blokTuban.com.

Kalimat Jung Pecah Kinaryo Lawang menurut bebrapa ahli bisa berarti sebuah kronogram (angka tahun). Jung bernilai empat, pecah berarti nol, kinaryo berarti tiga dan rana berarti satu.

Angka itu, lanjut Sarkawi jika dibalik menjadi 1304 tahun saka atau tahun Hijriyah. Tahun tersebut bertepatan dengan 1816 Masehi dan tahun saka berarti berasal dari zaman Kerajaan Majapahit.[dwi/ito]