Reporter: Edy Purnomo
blokTuban.com - Kemarau basah, atau musim kemarau yang masih disertai hujan di tahun ini ternyata membawa sejumlah dampak positif. Hujan yang diprediksi intens turun sampai beberapa bulan mendatang bisa dimanfaatkan untuk komoditas pertanian ataupun perikanan. Meski begitu, fenomena kemarau ini juga akan membawa dampak negatif bagi sejumlah komoditas yang lain.
Dampak positifnya, kondisi basah cukup bagus untuk komoditas pertanian jenis padi dan jagung. Petani tadah hujan yang ada di Kabupaten Tuban, bisa bercocok tanam jagung atau padi tiga kali di tahun ini. "Kalender tanam jagung dan padi bisa mencapai tiga kali dalam setahun," jelas Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, Joko Ludiyono, Sabtu (18/6/2016).
Meski begitu, kondisi basah perlu diwaspadai untuk petani yang berniat menanam komoditas lain. Yakni untuk petani tembakau yang biasanya menggantungkan diri di musim kemarau. Kemudian kurang bagus juga untuk pertanian bawang, cabe, tebu, dan teh serta tanaman holtikultura karena perlu diantisipasi masa panen.
Sementara di komoditas perikanan, suhu muka laut yang hangat bisa berdampak positif untuk tangkapan ikan tuna. Hanya saja, kondisi basah sangat merugikan bagi petani garam.
Diketahui, kemarau basah diprediksi terjadi sampai bulan September 2016 mendatang. Terjadi karena dampak dari La Nina, yakni mendinginnya suhu muka laut yang membuat pasokan dan suplai uap air pemicu hujan bertambah. Dengan begitu, hujan diprediksi akan tetap turun meskipun musim kemarau. Sesuai prediksi BMKG, La Nina ini akan terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September dengan intensitas lemah hingga sedang.
Selain itu, juga akan muncul fenomena lain yakni Dipole Mode Negatif, atau lebih hangatnya suhu muka laut di bagian barat Sumatera lebih dari suhu muka laut di pantai timur Afrika sehingga pasokan uap air yang dapat menyebabkan bertambahnya curah huja untuk wilayah Indonesia bagian barat, termasuk di pulau Jawa. [pur/ito]