Semakin Langka, Pengrajin Bambu Terkendala Bahan dan Modal

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Membuat hasil kerajinan dengan bahan dasar bambu, merupakan pekerjaan yang sudah lama digeluti warga Dusun Bendo, Desa Sidokumpul, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban.

Berkat tangan terampil pengrajin, bambu yang dipotong bisa dianyam menjadi berbagai peralatan yang mempunyai nilai guna. Seperti rinjing, cikrak, ataupun sangkar untuk hewan peliharaan.

Hanya saja, pekerjaan sebagai pengrajin bambu mulai kurang peminat. Karena produsen kesulitan mendapatkan bahan bambu jenis apus dan ori. Dulu, dua jenis bambu tersebut masih sangat mudah didapatkan.

"Bambu apus dan ori sangat langka. Kalaupun ada harganya sangat mahal," kata salah satu pengrajin di desa ini, Daminah (63), ketika bloktuban.com mendatangi tempat usahanya, Kamis (31/3/2016).

Daminah menerangkan, harga satu batang bambu jenis apus dan ori mencapai Rp50 ribu. Sementara satu batang bambu, dengan ukuran kecil, hanya bisa diolah menjadi satu kerajinan jenis rinjing (bakul besar terbuat dari bambu).

Mak Mi, sapaan akrabnya, sudah mengolah bambu menjadi bahan kerajinan sejak berusia remaja. Dalam sehari, dia bisa menghasilkan dua produk kerajinan. Untuk satu kerajinan, dia mendapatkan untung sekitar Rp12 ribu. "Sudah ada sendiri pengepulnya, sehingga tidak perlu repot-repot pergi ke pasar," kata Mak Mi.

Pengrajin lain, Tamsinah, mengatakan kalau kerajinan bambu, terutama rinjing, banyak diburu ketika musim penghujan. Sebab ketika hujan, banyak yang membutuhkan rinjing sebagai salah satu alat agar bekerja di sawah.

"Yang dibutuhkan pengrajin ya diperhatikan (pemerintah), syukur-syukur kalau ada bantuan modal untuk orang kecil seperti kami bisa mengembangkan usaha," tandas Tamsinah. [rof/ito]