Reporter: Dwi Rahayu/M.A. Qohhar
blokBojonegoro.com - Nekat. Bekal itulah yang dimiliki Miran (27) warga RT 01/RW II, Dusun Kayunan, Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban. Sebab, pilihan untuk keluar dari pabrik Maspion di Sidoarjo tahun 2015 lalu, ternyata menjadi terbaik untuk jalur hidupnya saat ini bersama orang yang dicintainya.
Untuk mendapatkan rumah Miran, sebenarnya tidaklah sulit. Jika dari arah Kecamatan Rengel, ke selatan terdapat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kanan jalan, turut Desa Pekuwon, Kecamatan Rengel. Setelah itu ada pertigaan belok kiri. Sekitar 300 sampai 400 meter, terdapat Pasar Desa Rahayu, Kecamatan Soko dan belok kiri sekitar 100 meter. Terlihatlah banyak sangkar burung di depan rumah.
Saat blokTuban.com berkunjung, tampak seorang karyawan yang ikut bekerja dengan Miran tengah menyemprotkan cat ke rangka sangkar warna hijau. Pelan namun pasti, pegawai itu dengan telaten memoles setiap sudut-sudut terkecil. Dari rumah berdinding kayu warna kuning keputih-putihan dan berlantai warna merah tua, Miran keluar sambil tersenyum.
"Silahkan dilihat, banyak pilihan sangkar burung. Ada untuk lovebird, murai atau jalak," katanya ramah.
Miran bercerita panjang lebar mengenai spesifikasi masing-masing sangkar, termasuk aksesoris khas menggunakan limbah kayu jati. Hasil yang diproduksi tidak kalah dengan pabrikan besar, bahkan lebih halus. Sebab, ia memoles ulang kerangka dari pabrik dengan menambah seni di bagian bawah maupun pegangan atas dengan kayu jati.
"Kalau setor ke toko, satu modifikasi sangkar lovebird seharga Rp250.000. Namun, di pasaran bisa sampai Rp300.000 hingga Rp400.000," jelasnya sambil tersenyum.
Usaha yang ditekuninya sekarang bersama Isdiantoro (35) yang tak lain adalah kakak kandungnya, bisa dikatakan sebagai usaha keluarga. Pelan tapi pasti, ia bisa mempekerjakan empat orang untuk meningkatkan kapasitas produksi. Jika dibuat rata-rata, omzet yang masu dalam satu bulan bisa mencapai Rp10 juta sampai Rp15 juta. Jelas saja, jumlah tersebut jauh dibandingkan pemasukan saat menjadi karyawan Maspion yang hanya menggunakan patokan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).
Pasar Sampai Surabaya
Satu sangkar murai dengan ukuran diameter 60 centimeter (cm) dengan tinggi 70 cm, ia menghargai Rp700.000. Harga itu jauh dibandingkan jika sudah dijual ditoko yang bisa sampai Rp900.000. Yang membedakan adalah kualitas polesan di bagian bawah dan gantungan atas, terdapat motif kayu jati yang khas.
"Dalam satu hari, bisa menyelesaikan satu sangkar ukurang besar, mulai menyiapkan bahan, menghaluskan, sampai merangkainya," sambung suami Trisni (21) tersebut.
Untuk pasar, pengguna nama produksi Miran Sangkar Tuban (MST) itu tidak kesulitan. Sebab, ia telah mempunyai pelanggan, mulai toko di Kabupaten Tuban, Bojonegoro, Lamongan, bahkan sampai Kota Surabaya. Ia bersama sang kakak terus meningkatkan usaha dengan tetap menjaga kualitas bahan dan hasil kerajinan.
Usaha berkembang pesat, karena penggemar burung semakin banyak di masyarakat. Oleh karena itu, Misran bertekat untuk menjaga pemasaran di tingkat Jawa Timur dan bahkan lebih besar lagi. "Semoga saja, karena ini juga melibatkan masyarakat sekitar," tambah Misran. [dwi/mad]