Simulasi Bencana dan Kolaborasi yang Lahirkan Solusi : Berkaca pada Kasus Bocornya Tangki TBBM Tuban

Reporter : Sri Wiyono

blokTuban.com – Dini hari sekitar pukul 02.00 WIB tanggal 10 Juni 2024 warga Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur berlarian keluar rumah. Rerata mereka menutupi hidung, sebagian besar memakai masker sisa persediaan saat Covid-19 dulu.

Mereka berlarian menuju tanah lapang yang menyediakan udara segar untuk dihirup. Sebab, warga merasa sesak, susah bernafas, bahkan sebagian merasakan pusing dan mual karena mencium bau  bahan bakar minyak (BBM) yang menyengat. Dini hari itu, ketenangan warga benar-benar terusik.

Kondisi gelap, dari speaker masjid kampung terdengar suara instruksi agar warga meninggalkan rumah dan berkumpul di tanah lapang di luar desa. Ada kendaraan bak terbuka dari pemerintah desa yang menjemput warga.

Meski sebagian sudah keburu meninggalkan rumah dengan motor atau kendaraan lain yang mereka punya. Tujuan satu, segera menjauh dari bau menyengat tersebut. Peristiwa ini mungkin akan selalu diingat oleh warga sepanjang hidupnya. Semoga tidak menyisakan trauma.

Tangki TBBM Bocor

Itu adalah salah satu peristiwa yang terjadi di lingkungan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) milik Pertamina di Desa Remen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Ada kebocoran di salah satu tangki penyimpan BBM tersebut. Ratusan kepala keluarga (KK) dari dua desa sekitar harus mengungsi selama sekitar dua hari.

Sampai siang hari perempuan dan lelaki dewasa serta anak-anak masih bertahan di lapangan terbuka dan di sepanjang jalan Purworejo-Tasikharjo, sampai kemudian tenda pengungsian milik BPBD Tuban didirikan.

Kejadian mulai dirasakan warga dinihari sekitar pukul 02.00 WIB. Saat itu warga mencium bau premium yang menyengat. Bau tersebut makin lama  makin kuat, sehingga mengakibatkan pusing, sesak nafas bahkan sebagian warga ada yang muntah-muntah.

Hal itu membuat warga langsung meninggalkan rumahnya menuju ke lapangan terbuka. Seluruh warga memakai masker. Warga banyak yang berkumpul di lapangan di Desa Purworejo sekitar 2-3 kilometer dari permukiman.

Sekretaris Desa (Sekdes) Tasikharjo Lamundri menyebut, ada dua desa yang terdampak atas dugaan bobornya tangki BBM di TBBM Tuban itu. Selain desanya sendiri Tasikharjo, desa lain yang terdampak adalah Desa Remen.

Di Desa Tasikharjo, lanjut Lamundri yang terdampak sangat parah ada dua dusun, yakni Dusun Boro dan Plaosan. Sehingga, seluruh warga di dua dusun ini mengungsi, termasuk Lamundri dan keluargana dri berasal dari dusun itu.

Perempuan yang juga kader literasi dari program Pertamina Peduli Literasi (Pertalit) ini menceritakan, dini hari itu dia dan keluarganya mencium bau bahan bakar yang menyengat. Dikira bau tersebut berasal dari bahan bakar motor yang bocor. Sehingga suami Lamundri mengecek motor yang ada di rumah.

Namun, tidak ditemukan kebocoran seperti yang diduga. Tak lama kemudian warga sekitar heboh, banyak yang mengaku sesak nafas, pusing dan ada yang muntah-muntah.

‘’Lalu saya mengajak keluarga saya dan warga untuk meninggalkan rumah. Sekitar pukul 02.20 WIB kami mengungsi,’’ ujar Lamundri.

Selain bau yang menyengat, lanjut dia, di permukiman dua dusun itu juga muncul kabut pekat, sehingga mengganggu jarak pandang, padahal hari-hari biasa tidak ada. Hal itu menambah pergerakan warga agak terbatas.

‘’Kondisinya berkabut dan gelap itu lho, jarak pandang sangat terbatas,’’ tambahnya.

Yang ada di pikiran warga, kata dia, hanya segera menjauh dari lokasi. Sebab, bau BBM menyengat itu membuat warga tersiksa. Sejumlah warga menyebut radius setengah kilometer (500 meter) bau menyengat masih terasa.

Lamundri mengapresiasi kesigapan petugas TBBM Pertamina. Setelah warga mengungsi ada petugas dari Pertamina yang menyisir ke rumah-rumah warga untuk memastikan semua warga sudah meninggalkan rumahnya.

Hal yang sama disampaikan Lazib perangkat Desa Remen. Dia menyebut, yang terdampak atas kebocoran tangki BBM itu warga Desa Remen di bagian barat. Meski lokasi TBBM ada di Desa Remen, namun yang banyak terdampak adalah warga Desa Tasikharjo, karena arah angin mengarah ke desa  tersebut.

‘’Sekitar jam 02.00 sudah mulai ramai dan mengungsi, kami masih mendata warga kami yang terdapak,’’ ungkapnya.

Hingga pukul 10.00 WIB, kebocoran tangki belum teratasi. Sehingga warga yang berada di sekitar lokasi belum bisa kembali ke rumahnya masing-masing. Tercatat sedikitnya 1.900 an warga yang berasal dari Dusun Boro dan Plaosan Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu masih bertahan di lokasi pengungsian. Mereka meninggal rumahnya sejak pukul 02.30 dinihari.

Untuk menampung mereka Badan Penanggunglangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban mendirikan tenda darurat di lokasi. Tercatat tiga lokasi lokasi yang menjadi tempat pengungsian. Yani di Desa Purworejo, Sumurgeneng dan Remen semuanya di Kecamatan Jenu.

Kobalorasi Lahirkan Solusi

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, jumlah pengungsi di Dusun Brangkal, Desa Purworejo sebanyak 1.500 orang, 300 orang di Desa Sumurgeneng, dan 100-an orang mengungsi di Desa Remen.

‘’Sesuai pendataan, ada 1.900 warga yang mengungsi. Mereka dilarang kembali ke rumah sampai benar-benar aman, ujar Kalaksa BPBD Tuban, Sudarmaji pada wartawan di lokasi pengungsian. Untuk logistik makanan dan minuman, masker, dan minyak kayu putih dan kebutuhan lainnya disediakan kerjasama perusahaan dan pemerintah

Bocornya tangki penampungan bahan bakar minyak (BBM) di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Tuban membuat banyak pihak prihatin. Termasuk Bupati Tuban  Aditya Halindra Faridzky. Bupati Tuban bersama Forkopimda juga mengunjungi tempat pengungsian warga di Lapangan Desa Purworejo, Jenu.

Mas Lindra mengungkapkan, kejadian bocornya gas di TBBM tersebut harus menjadi bahan evaluasi bersama. Peningkatan keamanan dan keselamatan di sekitar proyek vital nasional, terutama warga sekitar harus menjadi prioritas.

“Saya harap ini menjadi evaluasi bersama, agar kejadian ini tidak terulang lagi,” ungkapnya.

Pertamina langsung melakukan investigasi terkait penyebab tumpahnya BBM tersebut. Petugas juga melakukan penyisiran wilayah menggunakan Gas Detektor dengan radius 200 meter untuk Lower Explosive Limit (LEL).

Hasilnya telah mencapai 0 pmm, dengan artian tidak ada rilis gas H2S dan Hydro Carbon yang membahayakan. Warga juga telah meninggalkan area pengungsian sejak pukul 10.00 wib. “Saat ini warga telah kembali beraktivitas di rumah masing-masing,” tegasnya.

PT Pertamina lewat Manager TBBM Adriansyah mengatakan, bau yang menyengat berasal dari kebocoran tangki TBBM.

“Bau tersebut nggak bahaya, namun memang beberapa orang yang menghirup bisa pusing atau mual,” jelasnya di lokasi.

Menurut Adriansyah range paparan vapor rilis di luar perusahaan sekitar 200 meter akibat kebocoran BBM tersebut. Sehingga, sesuai kesepakatan rapat bersama dengan BPBD dan pihak terkait, seluruh area dikosongkan, dan tidak ada aktivitas warga serta sekolah di liburkan.

Taufiq Kurniawan Section Head Communication & Relation Pertamina Patra Niaga Jatim Balinus pemilik TBBM Tuban dalam keterangannya menyampaikan, bahwa pihaknya fokus pada penanganan warga yang berdampak dari luberan BBM pada tangki Pertamax.

"Sampai dengan siang ini fokusnya masih ke penanganan, sehingga akan menyelidiki lebih lanjut terkait kejadian ini harapannya tidak menjadi sesuatu yang terlalu berdampak. Penyaluran pun kami pastikan normal," ujar Taufiq dalam jumpa pers di TBBM Tuban kala itu.

Hasil investigasipun disampaikan. Taufiq melanjutkan, bahwa insiden itu berada di internal Pertamina sehingga tidak menimbulkan kerugian di manapun. Akan tetapi, penyaluran BBM baik yang lewat mobil tangki maupun pipanisasi ke Surabaya berjalan normal.

"Nanti soal volume dan lain sebagainya ada penyaluran lanjutan. Dipastikan kejadian ini tidak ada kegiatan alih suplai. Suplai tetap dilakukan Terminal Tuban artinya kondisinya tidak parah," imbuhnya.

Hasil investigasi, insiden ini merupakan imbas dari luberan sedikit dari tangki Pertamax di TBBM. Peristiwa ini terdeteksi sekitar pukul 02.00 Wib dini hari. Dengan sistem yang memadai, luberan langsung bisa terlokalisir di area tangki.

Namun luberan tersebut menimbulkan uap BBM yang terlepas di udara sehingga warga sekitar harus dievakuasi supaya tidak merembet kejadian yang lebih serius.

"Evakuasi untuk mengurangi paparan uap BBM di udara yang menimbulkan sesak nafas dan sebagainya. Beruntung di sekitar TBBM ada sedikit pemukiman yang padat karena berada di perbatasan Desa Tasikharjo dan Remen," bebernya.

Setelah itu, penanganan terus dilakukan dan di area sekitar tangki sendiri sudah tidak ada luberan karena sudah ditangani dua unit truk Pertamina.

Sekitar pukul 08.00 WIB kondisi sudah dipastikan aman, setelah dilakukan gas detector keliling. Hasilnya status uap BBM nol sehingga warga diperkenankan untuk pulang.

Taufiq memastikan, insiden tumpahan BBM di tangki Pertamax tidak mengganggu suplai dan stok. Pertamina Patra Niaga Jatim Balinus masih memiliki stok yang masih mengapung di laut.

Kurang dari pukul 10.00 WIB di hari yang sama penyaluran BBM lewat pipa ke Surabaya juga sudah berjalan.

"Secara insiden ini sudah selesai dan sudah dilakukan penyaluran lagi. BBM tidak terganggu baik yang pakai tangki maupun pipanisasi ke Surabaya," ujarnya.

Cepatnya penanganan keadaan darurat dan korban menjadi kunci. Menilik kasus kebocoran tangki TBBM itu, koordinasi dan kolaborasi yang baik, mempu dengan cepat memunculkan solusi dan menyelesaikan persoalan. Pertamina yang sigap, pemerintah desa yang tanggap serta BPBD yang mendukung penuh kegiatan operasi di lapangan menjadikan peristiwa tersebut diselesaikan.

Perbanyak Simulasi

Kolaborasi dan simulasi menjadi salah satu hal yang sangat penting dilakukan. Karena itu BPBD Tuban sangat menaruh perhatian dalam kegiatan tersebut. Yang terbaru, pada Kamis (19/9/2024) kembali mengingatkan bahwa bencana akibat kegagalan teknologi dalam industri di Kabupaten Tuban harus diwaspadai.

Kebocoran tangki bahan bakar minyak (BBM) di TBBM Tuban itu adalah salah satu faktanya. Karena itu, masyarakat perlu terus diberi edukasi termasuk simulasi penanggulangan bencana saat peristiwa benar-benar terjadi.

Sehingga BPBD menggelar apel simulasi penanggulangan bencana, khsususnya bencana akibat kegagalan teknologi industri. Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Tuban, Dr. Drs. Sudarmaji, MM., menjelaskan sebanyak 500 personil gabungan dikerahkan dalam simulasi ini. Selain itu, sejumlah armada seperti truk pemadam kebakaran, mobil evakuasi, dan ambulans juga turut dikerahkan.

Sudarmaji menambahkan bahwa simulasi ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang kebencanaan, sekaligus memberikan pedoman dalam pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat bencana, khususnya yang berkaitan dengan kegagalan teknologi industri.

"Di antaranya adalah pengarahan masyarakat ke Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA) di Desa Remen dan Tasikharjo," jelasnya.

Kegiatan ini juga melibatkan perusahan yang punya kegiatan industri di Tuban. Seperti PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI) dan Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Fuel Tuban. Simulasi dipusatkan di Kecamatan Jenu, sebagai wilayah dengan lokasi industri besar berada.

Simulasi ini dilaksanakan di tiga lokasi berbeda, yaitu pintu masuk utama PT TPPI, serta area pemukiman di Desa Remen dan Desa Tasikharjo. Kedua desa tersebut merupakan wilayah ring 1 dari PT TPPI dan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Tuban.

Menurutnya, kesiapsiagaan kebencanaan kegagalan teknologi perlu terus ditingkatkan. Mengingat kegagalan desain teknologi biasanya berawal kesalahan prosedur hingga human error dalam pengoperasian sebuah teknologi.

Selain itu, minimnya kajian potensi maupun dampak dari kegagalan teknologi memunculkan bencana seperti kerusakan komponen, kebocoran minyak dan gas, kebocoran reaktor nuklir dan lainnya.

"Sebab itu, penanganan kegagalan teknologi tidak hanya tanggungjawab internal perusahan. Namun, bila dampaknya meluas maka semua unsur pentahelix yang melebur didalam relawan penanggulangan bencana untuk menanggulangi risiko dampak tersebut," jelasnya.

Kegiatan tersebut bertujuan memberi pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat dan perusahaan dalam memahami prosedur keadaan darurat kebencanaan kegagalan teknologi. Tujuan lainya, meningkatkan kredibilitas tim siaga bencana desa lewat relawan desa tangguh bencana (Destana) di kawasan rawan bencana.

Darmaji berharap, dengan adanya apel simulasi Penanggulangan Keadaan Darurat Bencana Kegagalan Teknologi Industri melibatkan semua yang terlibat bisa meminimalisir dampak bencana yang ditimbulkannya teknologi.

"Semoga kita semua maupun masyarakat akan semakin menyadari dan siap untuk hidup berdampingan dengan bencana. Tak boleh takut, tapi waspada dan harus siap hidup dengan bencana," katanya.

Sementara, Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky yang membuka apel simulasi mengungkapkan bahwa berdasarkan kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2023, Kabupaten Tuban memiliki Indeks Risiko Bencana dengan skor 131,91, yang masuk dalam kategori Kelas Risiko Bencana Sedang.

Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan kolaborasi bersama seluruh pihak terkait dalam upaya penanggulangan bencana.

"Tujuannya adalah untuk secara bertahap menurunkan Indeks Risiko Bencana," ujarnya.

Bupati Tuban juga menegaskan bahwa tanggung jawab terkait penanggulangan bencana bukan hanya berada di pundak pemerintah, tetapi merupakan kewajiban semua pihak. Hal ini sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Pemkab Tuban memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terus meningkatkan kepedulian dan kepekaan terhadap isu kebencanaan.

Pemkab Tuban bersama stakeholder terkait terus mendorong peningkatan kualitas penanggulangan dan pengurangan risiko bencana. Upaya ini dilakukan dengan mengintegrasikan penanggulangan bencana sebagai prioritas dalam rencana pembangunan jangka menengah.

Selain itu, penetapan regulasi mengenai penanggulangan dan pengurangan risiko bencana juga dilakukan melalui peraturan daerah. Langkah lain yang ditempuh adalah meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) dan Keluarga Tangguh Bencana.

Mas Lindra berpesan agar seluruh peserta simulasi mengikuti kegiatan dengan penuh tanggung jawab dan serius, seolah-olah sedang menghadapi bencana nyata. Pelatihan ini, menurutnya, adalah bekal yang sangat berharga bagi masyarakat untuk mengurangi risiko bencana.

"Kami ucapkan terima kasih kepada PT TPPI dan Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Tuban atas kolaborasinya dalam kegiatan ini," ungkapnya.

Hal yang sama sebenarnya juga penah dilakukan Pertamina Hulu Energi Tuban East Java (PHE TEJ) satu bulan usai kasus kebocoran tangki TBBM terjadi, yakni pada Juli 2024. Kegiatan ini bertujuan melatih kesiapsiagaan dan penanggulangan keadaan darurat, dengan menggandeng BPBD Kabupaten Tuban serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Simulasi tersebut dihadiri oleh Pemerintah Desa Sumber, Pemerintah Desa Sambonggede, Camat Merakurak, Koramil Merakurak, Polsek Merakurak, Puskesmas Merakurak, Polres Tuban, Kodim 0811 Tuban, PT Sumber Aneka Gas (SAG), dan perwakilan warga Desa Sumber serta Desa Sambonggede. Total peserta yang terlibat dalam simulasi ini mencapai 138 orang.

Kalaksa BPBD Sudarmaji juga mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban sangat  butuh simulasi langsung dan kegiatan bersama untuk penanganan keadaan darurat.

‘’Sebagai daerah yang punya wilayah hulu dan hilir migas berharap kolaborasi antara perusahaan mihas dengan BPBD bisa terjalin terus, ke depannya bisa terlaksana lebih baik lagi,’’ ujarnya.

Skenario yang diusung dalam simulasi adalah terjadinya semburan gas dan kebakaran dari pipeline wellhead di Lapangan Sumber 1A. Kondisi angin yang mengarah ke pemukiman mengakibatkan radiasi panas yang mengganggu warga. Tactical Response Team (TRT) yang bertugas tidak mampu mengatasi kebakaran, sehingga memerlukan bantuan dari Damkar dan BPBD Tuban untuk pemadaman api dan evakuasi warga.

Dalam waktu dua jam, kebocoran gas berhasil dikendalikan, api dipadamkan, dan warga dievakuasi ke Tempat Evakuasi Sementara (TES). Ari Setiawan, Pjs. Manager TEJR Field yang bertindak sebagai on scene commander, memimpin koordinasi dan pengendalian unsur-unsur SAR di lapangan.

Ari Setiawan menyatakan bahwa latihan ini merupakan komitmen PHE TEJ untuk beroperasi dengan mengedepankan keselamatan dan kesiapsiagaan, serta berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan demi kelancaran operasi.

"Tujuan dari latihan penanggulangan kedaruratan bersama ini adalah mempersiapkan kita semua dalam penanggulangan anomali yang mungkin terjadi dalam operasi di PHE TEJ, terutama di lapangan Sumber. Sesuai dengan persentase penyelesaian proyek, dalam waktu dekat gas plant Sumber akan segera on stream sehingga kegiatan yang berhubungan dengan hidrokarbon/gas bumi menjadi lebih intens," jelas Ari.

Ia menambahkan, "Dukungan dari seluruh stakeholder di wilayah Tuban sangat diperlukan untuk menjaga agar operasional di lapangan Sumber berjalan aman dan lancar. Oleh karena itu, menjadi sangat penting latihan semacam ini diadakan bersama BPBD, Kepolisian, Kodim, dan masyarakat baik dari Desa Sambonggede maupun Desa Sumber, karena kecelakaan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja,’’ katanya.

Dalam kesempatan yang sama, General Manager Pertamina EP Cepu Regional Indonesia Timur Zona 11, Zulfikar Akbar, menekankan bahwa Field Training Exercise (FTX) berkala ini merupakan wujud komitmen perusahaan terhadap aspek HSSE yang menjadi salah satu faktor utama penunjang kehandalan operasi.[ono]