Reporter : Sri Wiyono
blokTuban.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jawa Timur melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) butuh simulasi langsung dan kegiatan bersama untuk penanganan keadaan darurat. Selain dengan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) salah satu kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) lapangan minyak dan gas (migas), Pemkab Tuban juga menggandeng pihak lain.
Hanya, keberadaan EMCL sebagai operator lapangan migas sangat diharapkan peran besarnya. Selama ini Pemkab Tuban dan EMCL sering sering kolaborasi untuk berbagai kegiatan terkait dengan keselamatan Lapangan Banyu Urip yang dikelola EMCL. Hanya, sebagian besar kegiatan itu masih terkait penyuluhan, sosialisasi atau lokakarya.
‘’Sebagai daerah yang punya wilayah hulu migas berharap apa yang telah dilakukan oleh EMCL kolaborasi dengan BPBD bisa terjalin terus, ke depannya bisa terlaksana lebih baik lagi,’’ ujar Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Tuban Sudarmaji, Kamis (8/8/2024).
Sudarmaji mengaku sudah menyampaikan pada pimpinan EMCL terkait harapannya itu. Menurut dia, perlu ada simulasi bersama dan kegiatan bersama untuk penanganan keadaan darurat. Butuh disimulasikan berbagai hal yang terkait dengan aset-aset atau hal yang mungkin terjadi di wilayah Tuban.
‘’Sebab, dari Kecamatan Soko sampai Gagak Rimang di perairan wilayah Kecamatan Palang, banyak aset yang tersebar. Hal ini, lanjut dia, bisa ditindaklanjuti secara teknis dan detail. Sehingga kegiatannya bukan hanya lokakarya, kolaborasi administrasi atau indoor saja.
‘’Tapi kami ingin kegiatan simulasi langsung atau berupa riil di lapangan untuk menguji kemampuan personel peralatan yang dimiliki masing-masing pihak Satuan Komando Penanganan Darurat (SKPD) semoga bisa terwujud,’’ harapnya.
Pada 31 Mei sampai 1 Juni lalu memang digelar Lokakarya keselamatan Lapangan Banyu Urip. Lokakarya itu dihadiri perwakilan manajemen EMCL, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Tanjung Pakis, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tuban, dan camat dari enam kecamatan sepanjang jalur pipa Lapangan Banyu Urip di wilayah Kabupaten Tuban.
Perwakilan EMCL sebagai operator Lapangan Banyu Urip dan KSOP Tanjung Pakis yang menyampaikan manajemen kedaruratan lepas pantai. Masing-masing mencari perpaduan multipihak untuk sinergi dan kerjasama berkelanjutan. Kegiatan diskusi terfokus ini membahas kesiapsiagaan kegawatdaruratan di wilayah jalur pipa Lapangan Banyu Urip dan Kapal Alir Muat Terapung FSO Gagak Rimang. Tindakalanjut dari lokakarya inilah yang masih ditunggu, agar tidak hanya diskusi di dalam ruangan.
Sebab, minyak mentah yang dihasilkan dari Lapangan Banyu Urip di Kabupaten Bojonegoro, oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sebagai kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) di Lapangan Blok Cepu dialirkan melalui jalur pipa.
Dari lokasi produksi, pipa sepanjang 72 kilometer (KM) ditanam di dalam tanah untuk mengalirkan minyak mentah itu untuk diolah. Sebelum diangkut ke fasilitas-fasilitas pengolahan minyak mentah, minyak tersebut ditampung di Kapal Fasilitas Penyimpanan dan Alir-Muat Terapung atau Floating Storage and Offloading (FSO) yang berada di tengah laut di wilayah Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Selain 72 kilometer pipa darat, masih ditambah 23 kilometer pipa laut dari darat menuju FSO Gagak Rimang, nama kapal yang penampung minyak mentah itu. Jalur pipa minyak memiliki panjang 72 kilometer dari Bojonegoro sampai Tuban. Untuk pipa darat area Tuban panjangnya 42 kilometer yang melintasi Kecamatan Soko, Rengel, Plumpang, Widang, Semanding, dan Palang.
Sedang di wilayah Kabupaten Bojonegoro, pipa minyak itu ditanam dan melintasi tiga kecamatan, yakni Kecamatan Bojonegoro Kota, Kapas dan Dander. Sebagian wilayah yang dilalui jalur pipa tersebut berada di dekat lahan pertanian milik warga. Sehingga cukup beresiko.
Hal-hal inilah yang menurut Kepala BPBD Tuban Sudarmaji harus diwaspadai. Selain warga di darat yang berdekatan dengan lokasi jalur pipa, Kabupaten Tuban juga ditambah dengan pipa yang berada di dasar laut. Sedangkan laut yang ditanami pipa minyak tersebut sebagai lokasi yang ramai lalu lintas perahu nelayan.
EMCL sudah sering memberikan sosialisasi terkait keselamatan nelayan saat melaut atau bekerja mencari ikan di lokasi yang dekat lokasi pipa minyak. Hal yang sama juga dilakukan di darat, yakni dengan membentuk dan melatih relawan jalur pipa.
Di antara tugas relawan ini adalah memberi informasi, memberikan penyuluhan atau pendidikan warga yang berada di dekat lokasi jalur pipa. Termasuk menjembatani dan mencarikan solusi jika ada persoalan antara warga dengan pihak EMCL terkait dengan jalur pipa tersebut.
Terpisah Field and Public Government Affair atau Juru Bicara EMCL Rexy Mawardijaya membenarkan bahwa telah dilakukan lokakarya kesemalatan Lapangan Banyu Urip di Kabupaten Tuban. Hal yang sama juga sudah dilaksanakan bersama BPBD Bojonegoro dan pemangku kepentingan yang ada di wilayah operasi EMCL di Kabupaten Bojonegoro.
‘’Giat sinergi seperti ini terus diupayakan untuk mewujudkan pengelolaan keselamatan yang berkelanjutan,’’ ujarnya.
Terkait dengan harapan BPBD Kabupaten Tuban, Rexy menyatakan akan terus berkoordinasi dengan BPBD Tuban dan pihak terkait untuk kesiapsiagaan bencana. Pihaknya sangat mendukung dan menyambut baik keinginan itu.
Secara teknis Rexy juga menjelaskan jika di sepanjang 72 kilometer pipa darat di wilayah Kabupaten Tuban itu dipasang dua stasiun katup yang berada di Desa Simo, Kecamatan Soko, dan Leran Kulon, Kecamatan Palang. Stasiun tersebut akan menutup otomatis ketika terjadi darurat atau emergency. Namun segala upaya antisipasi tetap terus dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diingkan.
‘’Kapan nantinya ada latihan bersama dan lain-lain akan ada koordinasi lebih lanjut,’’ tandasnya.[ono]