Kisah Pelabuhan Widang Tuban, Pusat Peradaban Era Majapahit Kini Padat Penduduk

Reporter : Leonita Ferdyana Harris

blokTuban.com – Desa Widang terletak di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. Wilayahnya sendiri berbatasan Desa Banjar di sebelah timur, Desa Compreng di sebelah utara, Desa Ngadirejo di sebelah barat, dan Bengawan solo di sebelah Selatan.

Berdasar data kependudukan desa tahun 2021, desa yang terbagi menjadi 5 dusun ini dihuni oleh kurang lebih 8900-an penduduk dengan mayoritas pekerjaan ialah sebagai petani. Kelima dusun tersebut adalah Dusun Kuwu, Dusun Kemampel, Dusun Widang, Dusun Pencong, dan Dusun Kemanduran, Senin (30/10/2023).

Selain unggul di sektor pertanian, Desa Widang juga terbilang unggul di sektor perikanan. Kewilayahannya sendiri terbagi menjadi 2 kubu. Kubu pemanen ikan dan kubu pemanen padi. Produk unggulan yang dimiliki desa juga merupakan bahan pangan (padi) sekaligus beberapa produk olahan dari padi.

Widang sendiri merupakan salah satu desa yang telah ada sejak lama. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, Widang merupakan lokasi berdirinya sebuah pelabuhan besar yang menjadi pusat perekonomian dan peradaban. Pelabuhan widang merupakan jalan utama yang digunakan oleh masyarakat pada zaman itu untuk bepergian, berniaga, dan sebagainya.

Kisah tentang pelabuhan ini tertuang dalam salah satu prasasti peninggalan Majapahit yang kini dipamerkan di museum Trowulan Mojokerto. Prasasti tersebut ialah prasasti Canggu yang diterbitkan oleh Maharaja Hayam Wuruk disekitar tahun 135

Prasasti tersebut menceritakan tentang aturan di beragam pelintasan pada wilayah sekitar sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas, yang saat itu menjadi tempat pelintasan orang, hewan ternak, alat transportasi dan lain sebagainya. Awalnya prasarti ini ditemukan dalam bentuk 5 tembaga, namun saat ini hanya tersisa 1 tembaga saja.

Sejarah dibuatnya prasasti ini ialah ketika saat itu sang raja Hayam Wuruk Melihat besarnya potensi pelabuhan sekitar Sungai Brantas. 

Para tokoh besar Kerajaan Majapahit dengan cepat diperintahkan untuk menata sedemikian rupa pelabuhan-pelabuhan tersebut. Hal ini juga berhubungan wilayah kekuasaan Majapahit yang terletak di Selatan pesisir Utara Jawa itu. Dengan kemampuan maritim, maka kerajaan pada akhirnya turut memanfaatkan aliran Sungai Brantas menjadi media pengembang perekonomian.

Memahami kepesatan perkembangan Pelabuhan Canggu di sekitar wilayah aliran Sungai Brantas dan Bengawan Solo yang memiliki potensi besar dalam pembangunan negerinya, Raja Hayam Wuruk kemudian mengeluarkan Prasasti Canggu. Tujuan dikeluarkannya Prasasti Canggu adalah untuk memperkuat serta memberikan hak istimewa pada Pelabuhan Canggu.

Ari (46) selaku Sekertaris Desa Widang juga menceritakan secara ringkas sejarah awal terbentuknya nama Widang. Meskipun belum memiliki bukti kuat selain dari cerita turun temurun, kisah ini telah tercatat dalam buku RPJM Widang. 

Di buku RPJM Widang 2021, nama widang diambil dari 2 tanaman yang banyak tumbuh di wilayah ini pada zaman itu yaitu buah uwi dan gedang (pisang). Versi lainnya juga disampaikan bahwa nama tersebut diambil dari kebiasaan penduduk yang suka mengkonsumsi “wedang” atau kopi.

Di Desa Widang juga terdapat makam-makam ulama pendiri Pondok Pesantren Langitan. Biasanya, banyak peziarah yang menyempatkan diri untuk hadir dan mampir ke makam tersebut sehingga memunculkan gagasan untuk menyediakan fasilitas publik.

“Kita nanti akan membuka sejenis wisata religi. Jadi para peziarah yang mau berkunjung, berziarah, atau mampir sudah memiliki sarana fasilitas yang baik. Karena selama ini yang ada hanya alakadarnya saja. Proses pembangunannya sendiri sedang berjalan. Dan PR paling besar bagi desa itu lahan parkir. Kita belum punya cukup lahan untuk menampung para peziarah," pungkasnya. [Leo/Ali]