Penulis : Nurul Mu’affah
blokTuban.com - Salah satu yang menjadi daya tarik Kabupaten Tuban adalah daerahnya yang dilalui garis pantai yang cukup panjang, dengan lautan seluas 22.608 Km² yang membentang dari Barat ke Timur, yakni dari Kecamatan Bancar hingga ke Kecamatan Palang. Hal itu merupakan suatu kekayaan alam yang luar biasa dengan segala potensi yang ada, baik dari segi pariwisata maupun dari segi kekayaan hasil lautnya.
Di Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, tepatnya di Desa Gadon merupakan sebuah daerah yang terkenal akan produksi terasi. Diketahui di desa yang terletak di pesisir Laut Jawa ini memiliki kurang lebih 30 home industri produksi terasi. Hal ini sesuai keterangan yang diberikan Rifail Ulum, Sekdes Gadon kepada blokTuban.com.
“Di sini ada sekitar 30-an UMKM yang legal formal dari dinas, itu penghasil terasi kemudian hasil laut yang lain, dan beberapa kelompok-kelompok pengolahan itu ada banyak, tapi yang paling menonjol itu adalah pengolahan terasi,” jelas Rifail, Sabtu (21/10/2023). .
Salah satunya adalah UMKM produksi Terasi Rebon milik Ibu Ida yang berada di Dusun Gadon, Desa Gadon, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban. Pemilik home industri terasi rebon tersebut mengaku telah melakoni usahanya sejak 2010 silam.
Dengan dibantu sang suami dan saudaranya, Ida mengaku per harinya bisa mengolah hingga dua kwintal rebon basah yang mana merupakan bahan utama pembuatan terasi rebon.
“Produksinya kalo sehari itu bisa banyak, tergantung kekuatan tenaganya, mau minta berapa kalo kita mau ya banyak, tapi kekuatan kita sehari ya cuma dua kwintal lah, dua kwintal basah itu kalo dijemur bisa sampek 50 Kg,” terangnya.
Adapun mengenai proses pembuatannya yakni diawali dengan menjemur rebon basah, setelah kering kemudian ditumbuk atau digiling menggunakan mesin, kemudian difermentasi dan dijemur lagi selama tiga hari hingga kering lalu ditumbuk atau digiling untuk menghaluskan rebonnya, setelah itu terasi rebon siap dicetak dan dikemas menjadi terasi siap pakai.
“Ya awal dari bapaknya yang cari (rebon), suami saya kan nelayan, penghasilannya rebon itu dijemur, jadi dateng langsung dijemur nanti sore ditumbuk, setelah ditumbuk pagi difermentasi, dijemur lagi selama 3 hari sampek kering, sudah jadi bahan baku digiling, kalo dulu masih manual masih ditumbuk, sekarang kan sudah dibelikan selep, terus baru nanti dicetakkin sama saudara saya. Jadi ada pencetakannya sendiri, yang nyetak orang 3, saya yang giling sendiri, bapaknya yang cari bahan baku,” jelas Ida saat diwawancarai bloktuban di rumahnya.
Terasi rebon milik Ida tersebut dijual per kilo dengan harga bervariasi mulai dari Rp30.000, Rp40.000 hingga Rp60.000 per kilogramnya. Tak hanya itu, ia juga menjual terasi kemasan satu ons yang dijual seharga mulai Rp3.000 an saja. Perbedaan harga tersebut dikarenakan kualitas terasi rebon. Terasi yang dihasilkan dari bahan langsung lebih murah daripada terasi yang menggunakan bahan yang difermentasi.
“Sesuai kualitas, perbedaannya cuma dari bahan langsung sama ada yang fermentasi, kalo fermentasi emang mahal 60, kalo langsung tu ya rebon dijemur kering disimpan, udah gitu aja nggak ada fermentasinya,” tambahnya.
Diketahui terasi rebon milik Ibu Ida ini dijual tak hanya di Kota Tuban saja tetapi juga ke luar kota, bahkan hingga ke Jakarta.
“Kita di rumah tinggal telfon, ada yang jual sendiri, Tuban juga ada, nyampe Jakarta sana,” jelas Ida. [Rul/Ali]
baca Juga:
Pernah Gagal 5 Kali, Darmaun Pembudidaya Jamur Tiram di Tuban Kini Beromset Puluhan Juta