Ngemblok, Tradisi Mirip Lamaran yang Masih Kental di Desa Sembungrejo Tuban

Oleh : Nurul Mu'affah

blokTuban.com - Desa Sembungrejo merupakan sebuah desa di Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Desa ini memiliki luas 212 Ha yang dihuni penduduk sebanyak 2.311 jiwa (Menurut data Juni 2023).

Desa Sembungrejo sendiri berbatasan dengan Desa Sugihan di sebelah Utara, Desa Pongpongan di sebelah Selatan dan Barat, serta Desa Senori di sebelah Utara. Desa Sembungrejo dahulunya merupakan gabungan dari dua dusun, yakni Dusun Banaran dan Dusun Semampir.

Satu tradisi yang unik di Desa Sembungrejo yakni tradisi “Ngemblok.” Ngemblok merupakan tradisi mirip seperti lamaran, di mana yang unik dari tradisi ini keluarga perempuan yang datang melamar ke keluarga laki-laki dengan membawa olahan atau hidangan untuk diberikan ke keluarga dan saudara sang laki-laki. Tradisi ini dimaksudkan untuk menghargai orang laki-laki karena laki-laki sebagai tulang punggung keluarga.

“Ngemblok itu keluarga perempuan membawa hasil olahan baik mentah maupun matang, menghantarkan ke keluarga yang cowok. Itu bukan hanya keluarganya saja tapi juga saudaranya. Dari pihak ayah dan saudara ibu dan saudara mantennya,” ujar Suryani Kasi Pemerintahan Desa Sembungrejo kepada blokTuban.com, Minggu (8/10/2023).

Diceritakan bahwa dahulu terdapat seorang wali bernama Syekh Abdullah Bersama rombongannya yang melakukan perjalanan untuk menebang pohon jati di Dusun Koro, Desa Pongpongan untuk dijadikan tiang masjid Demak.

Kala itu, mereka berhenti sejenak untuk memastikan apakah arah perjalanan mereka sudah benar, lalu di daerah mereka berhenti dinamakan Dusun Banaran, yakni berasal dari kata “benar”. Lalu mereka berjalan sejenak ke arah selatan dan mampir di daerah yang sekarang dinamakan Dusun Semampir.

“Maka dusun yang utara bernama Dusun Banaran, menunjukkan jalannya sudah benar(arahnya), terus berhenti di kurang-lebih 0,5 Km di sebelah Selatan, berhenti, mampir kalo Bahasa Jawanya, makannya dinamakan Dusun Semampir.” Jelas Suryani.

Lalu kedua dusun ini digabungkan menjadi sebuah desa bernama Desa Sembungrejo. “Sembung” maksudnya menyatukaan atau menyambung. Sedangkan “rejo” artinya ramai, sehingga harapannya setelah disatunkan menjadi rejo atau ramai.

“Dusun Banaran dan Semampir itu kan dulu masih sepi, jadi sama tokoh masyarakat itu biar rame dijadikan satu, maka menjadilah Sembungrejo.” Tambah Suryani.

Adapun mengenai mata pencaharian, masyarakat Desa Sembungrejo mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil pertanian berupa padi, jagung, ketela, kacang dan sebagainya. Selain itu di desa ini juga terkenal akan buah blewah. Masyarakat sekitar memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami blewah sebagai sampingan.

Suryani berharap, selain dikonsumsi buahnya, blewah ini bisa menjadi produk olahan yang lebih awet dan tentunya bisa menjadi Produk UMKM desa yang berpotensi untuk menambah penghasilan warga sekitar.

Adapun mengenai tradisi yang masih dilestarikan, yakni ada tradisi manganan yang merupakan sebuah tradisi untuk menghormati dan mengenang para wali Allah yang dilakukan rutin setiap Bulan Muharram di Makam desa.

Di desa ini terdapat salah satu makam wali yang terkenal yaitu Makam Syekh Ali atau biasa dikenal dengan sebutan Mbah Tongli. Setiap malam jumat, makam ini ramai dikunjungi warga untuk mengirim doa dan membacakan tahlil. Masyarakah desa Sembungrejo juga kerap melakukan bersih makam setiap Jumat Wage di makam tersebut. [Af/Ali]