Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Raden Makhdum Ibrahim atau yang kebih dikenal dengan nama Sunan Bonang, ialah putra keempat dari Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel bersama dengan Nyi Ageng Manila, putri Adipati Arya Teja atau Syekh Abdurrahman, yang merupakan Bupati muslim pertama yang ada di Kabupaten Tuban.
Sunan Bonang yang lahir sekitar Tahun 1465 Masehi di Surabaya. Sejak kecil belajar agama pada ayahnya dan dikenal sebagai pribadi memiliki kecerdasan dan keuletan yang luar biasa dalam menuntut ilmu.
Hal itulah yang membuat Sunan Bonang menguasai banyak keilmuan, mulai dari tasawuf, fiqih, ushuluddin, sastra, seni, arsitektur, hingga menguasiai ilmu bela diri.
“Setelah dewasa ia berdakwah, dakwahnya ini lebih di pesisir daerah Tuban. Karena tiap pelabuhan itu ada yang berdakwah. Beliau dakwahnya di sekitaran Tuban, beliau mengambil tempat di Lasem yang dulunya termasuk wilayah Tuban,” ujar Ketua Yayasan Mubarot Sunan Bonang, Hidayaturohman saat ditemui, Sabtu (29/7/2023).
Baca Juga:
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Bulan Muharram 1445 H, Ini Bacaan Niat dan Berbuka
Selain Kabupaten Tuban dan Lasem, lanjutnya, Sunan Bonang juga menyebarkan ajaran Islam ke Kabupaten Blora, Bojonegoro, Pati, dan pernah merantau sampai ke Kabupaten Kediri.
Dalam menyebarkan agama Islam tersebut, Sunan Bonang berdakwah dengan menggunakan metode hati. Artinya, beliau mendekati masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
“Jadi kalau memang kebutuhannya ekonomi, ya beliau adalah ekonomi handal, dalam bidang politik beliau juga sangat membantu dalam kerajaan demak untuk berdiri sebagai dewan penasihat. Dalam bidang sastra, beliau juga mengarang suluk atau syair bahasa jawa,” jelasnya.
Dalam bidang sastra inilah, Sunan Bonang menciptakan alat musik tradisinal gamelan yang disebut dengan bonang. Sehinngga dari situlah Putra dari Sunan Ampel ini dijuluki sebagai Sunan Bonang.
Baca Juga:
Kalpataru, Bukti Peninggalan Sunan Bonang Tuban Harmonisasi Antar Umat Beragama
Di samping itu, Sunan Bonang juga banyak menyadur cerita-cerita perwayangan dan mengubahnya dalam bentuk cerita islami.
“Untuk Syiir ini masih menjadi kontrovesi, jadi antara Sunan Giri atau Sunan Bonang yang mencipatakan syiir Lir Ilir. Kalau suluk itu banyak sekali, ada suluk wujil dan macam-macam,” sambungnya.
Diketahui, suluk wujil ini sendiri dibuat sekitar abad ke 1-5 hingga 16. Di mana, karya sastra ini diakui menjadi salah satu karya sastra besar yang ada di Indonesia, yang mengandung banyak pesan kehidupan antar manusia. Baik itu kehidupan budaya yang ada di jawa dan Indonesia, ataupun kehidupan beragama. [Sav/Ali]