Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Perkembangann teknologi yang begitu pesat saat ini, membawa pengaruh besar terhadap masyarakat, terutama cara berpikir para kaum milenial. Seperti halnya, mindet anak muda yang lebih tertarik bekerja disuatu perusahaan daripada menjadi seorang petani.
Pasalnya, sebagian besar dari mereka menganggap jika petani identik dengan kemiskinan. Di samping itu, banyak pemuda yang merasa gengsi untuk terjun ke sawah dan berkotor-kotoran.
Bahkan, dari data yang dihimpun blokTuban.com, dari 223.971 petani yang ada di Kabupaten Tuban, hanya ada 40 persen petani dengan usia muda. Sementara 60 persen lainnya masih didominasi dengan petani yang sudah lanjut usia (lansia).
Kepala Seksi (Kasi) Kelembagaan dan Penyuluhan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kabupaten Tuban, Suyanto, mengatakan jika ada beberapa alasan yang menyebabkan petani muda masih sangat minim di Bumi Ronggolawe.
“Petani milenial ini memang masih kurang di Kabupaten Tuban, karena banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satunya, mereka belum tertarik dengan dunia pertanian,” paparnya Jumat (23/12/2022).
Baca juga:
Miris, 223.971 Petani Tuban Didominasi Lansia
Menurutnya, ketidaktertarikan generasi milenial terhadap sektor pertanian, juga disebabkan oleh persepsi yang menganggap bahwa menjadi seorang petani merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan.
Selain itu, petani juga identik dengan kotor, sehingga mereka beranggapan jika menjadi petani bukanlah pekerjaan menjanjikan karena hasilnya lama dan memiliki potensi besar untuk gagal panen.
“Jadi intinya menjadi petani tidak keren, untuk anak sekarang. Sehingga dia memilih untuk bekerja di kota. Kemudian juga mindset orangtua, karena kalau memiliki anak yang sudah kuliah, ini harapannya bisa menjadi pegawai baik di pemerintahan atau swasta yang punya nama,” jelasnya.
Dari faktor tersebut, lanjutnya, menjadikan generasi milenial enggan untuk menjadi petani, sehingga petani muda di Kabupaten Tuban cenderung masih sangat minim.
Sementara salah seorang petani milenial asal Desa Tuwiri, Kecamatan Merakurak, Yoga mengatakan hal yang senada. Menurutnya, minimnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian dilatarbelakangi banyak faktor.
“Bertani problemnya sangat kompleks, mulai dari krisis iklim, hama, pupuk, harga jual hasil panen, dan tentunya buruh tani yang masih ada. Dibandingkan dengan karyawan pabrik, bertani dianggap tidak menjanjikan, terlebih ancaman inflasi yang kita hadapi sekarang ini,” katanya.
Lebih lanjut, Yoga menambahkan jika rendahnya minat petani muda juga dikarenakan resiko tinggi yang harus dihadapi oleh petani, mulai dari musim tanam hingga musim panen yang hasilnya tidak bisa ditebak. [Sav/Ali]
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS