Padi Roboh Diterjang Banjir Sampai 3 Kali, Petani di Tuban Terancam Merugi

Reporter: Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Sebagian petani di Kabupaten Tuban, saat ini terpantau dirundung kedukaan. Pasalnya, padi yang telah di tanam selama kurang lebih 90 hari, roboh akibat diterjang banjir sebanyak tiga kali dalam satu bulan. Akibatnya, petani terancam merugi.

Salah seorang petani di Desa Sumurgung, Kecamatan/ Kabupaten Tuban, Kasmuji mengaku miris melihat keadaan padinya yang roboh. Namun  jadwal masa panennya masih kurang beberapa hari lagi. 

“Banjirnya sampai tiga kali bulan ini, banjir kedua yang paling besar. Sebenarnya kalau nggak ada mobil besar-besar lewat ya aman nggak roboh, tapi kemarin banyak mobil lewat jadi airnya besar ke sawah semua,” ujarnya kepada blokTuban.com, Rabu (26/10/2022).

Menurutnya, kondisi padi yang roboh  tidak hanya dirasakan olehnya, tetapi juga turut dialami oleh petani lainnya. Bahkan, kondisi sawah yang berada tak jauh dari lahannya diakui lebih parah dari sawah miliknya. Karena lebih cepat terendam air jika hujan deras mengguyur.

Untuk meminimalisir kerugiannya, maka ia berusaha memperbaiki tanamannya yang roboh, dengan cara mengikatnya agar bisa kembali berdiri seperti sedia kala. Pasalnya, kondisi tanah yang lembab membuat mesin combi tidak dapat mengambil bulir-bulir padi yang telah jatuh. Sehingga hasil produktivitas padi menjadi menurun, saat di panen.

“Tanahnya lembab, jadi kalau nggak diberdirikan lagi combi nggak bisa nguletm tapi kalau misal tanahnya kering walaupun padinya roboh masih bisa di combi. Sebenarnya ini sudah masuk waktu panen, tapi ini masih belum saya panen paling besok atau dua hari lagi, masih nunggu dulu,” sambungnya.

Selain itu, pria ramah ini menambahkan dampak dari lain terjangan banjir ini, rupanya juga berpengaruh terdahap kualitas gabah yang dipanen. Karena warnanya berubah menjadi merah dan tidak lagi menguning. Akibatnya, harga gabah padi menjadi turun dan bahkan tengkulak enggan untuk membelinya.

Oleh karena itu, ia berencana untuk menjual hasil panen yang didapatkannya pada tahun ini, dalam bentuk beras, sehinga harganya masih sedikit terangkat jika dibandingkan pada saat dijual dalam bentuk butiran padi.

“Kualitasnya juga berpengaruh mbak, warnanya jadi merah berasnya dijual juga nggak laku kalau udah terendam banjir seperti ini. Tapi ini rencananya nggak saya jual, saya bawa pulang sendiri terus saya jual dalam bentuk berasnya,” imbuhnya. [Sav/Dwi]

 

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS