Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Danau Singkarak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat dihuni oleh berbagai jenis ikan. Namun, ada salah satu ikan yang berhabitat asli di danau tersebut yaitu ikan bilih, Kamis (4/8/2022).
Ikan Bilih sendiri merupakan ikan endemik khas Danau Singkarak yang terancam punah. Populasinya saat ini sangat terbatas, akibat eksplorasi besar-besaran menggunakan metode yang sangat merugikan masyarakat.
Untuk meningkatkan jumlah penghuni asli Danau Singkarak, PT Semen Padang yang merupakan anak usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) melepas 7.000 ikan bilih hasil pembudidayaan di area konservasi Kehati PT Semen Padang. Pelepasan berlangsung dua tahap, 4.000 ekor ikan dilepas pada Maret dan sisanya pada Sabtu (30/7/2022) lalu.
Pelepasan ikan tersebut dilakukan langsung Wakil Gubernur Sumatra Barat, Audy Joinaldy bersama Direktur Utama SIG, Donny Arsal, Direktur Operasi SIG, Yosviandri, Direktur Bisnis dan Pemasaran SIG, Aulia Mulki Oemar, Komisaris PT Semen Padang, Werry Darta Taifur dan Khairul Jasmi, Direktur Utama PT Semen Padang, Asri Mukhtar serta Rektor Universitas Bung Hatta Tafdil Husni.
Baca juga :
- Setelah Mereklamasi 315,24 Ha Pasca Tambang, SIG: Kerusakan Lingkungan di Tuban Bisa Dikurangi
- Hore!...SIG Ghopo Tuban Buka Kembali Kunjungan Industri Pelajar dan Mahasiswa
- Siap-siap! Vendor SIG Tuban yang Abaikan K3 Terima Skorsing
- Perkuat Sinergi dengan Jurnalis Tuban dan Bojonegoro, SIG Dukung Publikasi Berkulitas
Pengembangbiakan ikan bilih pertama di luar habitat aslinya, sukses dilakukan oleh Semen Padang dengan berbagai metode alami, semi alami, hingga buatan. Budidaya tersebut berlangsung di laboratorium Semen Padang.
Direktur Utama SIG, Donny Arsal mengatakan bahwa Ikan bilih ini merupakan hasil konservasi yang dilakukan oleh PT Semen Padang bekerja sama dengan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Bung Hatta (UBH) di Area Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) milik PT Semen Padang sejak Juli 2018.
“Konservasi ikan bilih ini merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, khususnya ikan bilih Danau Singkarak jenis Mystacoleucus Padangensis dan satu-satunya di dunia yang terancam punah akibat ekploitasi,” kata Donny Arsal.
Pelestarian ikan bilih, lanjut Donny perlu diimbangi dengan pembatasan penggunaan bagan dan sebagainya. Konservasi yang sudah berjalan saat ini harus ditingkatkan dalam skala lebih besar, agar menjadi edukasi baru untuk masyarakat.
Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy mengapresiasi upaya pelestarian ikan Bilih yang dilakukan oleh SIG bersama LPPM UBH. Menurutnya konservasi ikan bilih di luar habitatnya tidak mudah dilakukan, banyak kegagalan dan keberhasilannya sangat kecil. “Bahkan pada tahun 2020, status ikan bilih dinyatakan hampir punah.
"Harusnya, dengan status yang hampir punah, ikan bilih ini harus lebih mahal dibandingkan ikan salmon di restoran Jepang," kata Audy Joinaldy.
Pada kesempatan itu, Rektor UBH, Tafdil Husni menilai ikan bilih Danau Singkarak pada tahun 2020 statusnya menuju kepunahan. Sebuah bentuk kontribusi UBH melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) yang didukung oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Ia menilai tebar ikan bilih efeknya besar bagi nelayan bilih di Danau Singkarak. Sebab, dari 1.500 ekor ikan bilih yang disebar dan didalamnya ada 800 ekor betina, maka masing-masing betina akan mempunyai 3.000 telur. Jika dikalkulasikan, maka jumlahnya akan ada 2,4 juta ekor ikan bilih yang akan berkembang biak. Kemudian, untuk 1 juta ekor ikan bilih, sama dengan 5.000 kg.
"Sekarang ini harga ikan bilih Rp50 ribu. Kalau kita perhitungkan lagi dalam setahun, maka jumlahnya bisa mencapai Rp250 juta. Ini untuk 1 juta ekor ikan yang dihasilkan dari 800 ikan bilih betina yang disebar hari ini. Apalagi kalau hitungan kertasnya 2,4 juta, tentu hasilnya ada sekitar Rp600 juta per tahun," tutupnya. [Ali]
Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS