Reporter : Muhammad Nurkholis
blokTuban.com – Syekh Ibrahim Asmoroqondi merupakan salah satu wali yang yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Tuban. Ia datang dari negeri Samarkand untuk mensyiarkan agama Islam. Sebagai ayah dari Sunan Ampel Surabaya, Asmoroqondi dimakamkan di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.
Selama menyebarkan agama Islam, Syekh Ibrahim Asmoroqondi atau Syekh Ibrahim as-Samarqandi memiliki beberapa peninggalan seperti, 3 gapura, satu sumur dan masjid. Semua peninggalan tersebut masih terjaga dan kondisinya masih sangat bagus.
Menurut Imam masjid Asmoroqondi, Muttaqin(70), bahwa dulunya ia pernah mendapatkan ceritai dari kakeknya yang tak lain juru kunci makam, Syekh Ibrahim Asmoroqondi menetap di Dusun Rembes, karena pada saat itu wilayah tersebut terus mengeluarkan air terus menerus. Kondisi itulah, yang membuat Asmoroqondi pindah ke Desa Gesikharjo.
"Malamnya itu ada ramai-ramai tetapi tidak ada orang, menjelang pagi ternyata sudah ada masjid. Menurut pemaparannya juga dulunya di sebelah baratnya masjid itu terdapat sungai tempat berlabuhnya perahu dan di kepalai oleh Sapu Khong. Entah apa yang di katakan Syekh Ibrahim Asmoro Qondi dan apa yang telah diperbuat Sapu Khong perahu itu pecah semua dan di buat menjadi pintu di gapura," ucap Muttaqin.
Baca berita sebelumnya : 2.620 Orang Ikuti Pawai Tarauf Haul Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi
Ia menambahkan, bahkan sampai saat ini jika orang Gesikharjo memiliki perahu, lebih memilih untuk menyandarkan perahunya di wilayah Rembes atau Klagan. Kepercayaan pemilik perahu secara turun terumur, bahwa jika di taruh di Gesikharjo perahunya akan pecah seperti perahunya Sapu Khong.
Di salah satu gapura makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi, lanjut Muttaqin juga terdapat sebuah tulisan aksara Jawa. Menurutnya, aksara tersebut berbunyi jung bedha kinaryo kori yang memiliki arti perahu pecah bakal dibuat pintu.
Sekedar diketahui, di makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi terdapat silsilah yang disusun oleh Sayyid Muhammad Al Aidrus Al Imarotul Muttahidatul A'robiyyah. Urutan pertama dari Nabi Muhammad SAW, kemudian Fatimah Az-Zahra, Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra, Ali Zainal ‘Abidin, Muhammad Al Baqir, Ja’far As-Sodiq, Ali UUradh, Muhammad An-Naqib, Isa Ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidillah, Alawi Awaliyin, Muhammad, Sayyid Alwi, Ali Khola’Qosam, Sochib Marbath, Alwi, Abdurrahman, Abdullah, Abdul Malik, Abdulloh, Ahmad Jalaluddin, Jamaluddin Al Chusain, dan Ibrohim Asmoro.
Dikutip oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: TUBAN BUMI WALI: The spirit of harmoni, Tuban: Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban, 2013, hlm.183 – 191, bahwa menurut cerita tutur yang berkembang di masyarakat, Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikisahkan tidak lama berdakwah di Gesik.
Sebelum tujuannya ke ibukota Majapahit terwujud, Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikabarkan meninggal dunia. Beliau dimakamkan di Gesik tak jauh dari pantai. Karena dianggap penyebar Islam pertama di Gesik dan juga ayah dari tokoh Sunan Ampel, makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikeramatkan masyarakat dan dikenal dengan sebutan makam Sunan Gagesik atau Sunan Gesik.
Dikisahkan bahwa sepeninggal Syekh Ibrahim Asmoroqondi, putera-puteranya Ali Murtadho dan Ali Rahmatullah beserta kemenakannya, Raden Burereh (Abu Hurairah) beserta beberapa kerabat asal Champa lainnya, melanjutkan perjalanan ke ibukota Majapahit untuk menemui bibi mereka Dewi Darawati yang menikah dengan Raja Majapahit.
Perjalanan ke ibukota Majapahit dilakukan dengan mengikuti jalan darat dari Pelabuhan Tuban ke Kutaraja Majapahit. [Nur/Ali]