Reporter : Muhammad Nurkholis
blokTuban.com - Gua ngerong yang terletak di Dusun Purboyo Mayang, Desa Rengel, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban merupakan sebuah gua yang memiliki aliran sungai di bawahnya. Sungai tersebut memiliki sumber air yang sangat jernih dan dihuni banyak ikan ait tawar.
Selain memberi makan ribuan ikan, pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut juga dapat melihat keindahan kelelawar yang bergelantungan di atas gua.
Memasuki bulan Ramadan 1443 H, goa ngerong mengalami penurunan pengunjung. Setiap harinya tak lebih dari 15 orang yang datang untuk berwisata. Penyebab merosotnya pengunjung, karena di bulan Ramadan banyak pengunjung yang memilih menghabiskan waktunya di rumah.
Menurut Putri (25) selaku penjaga loket masuk gua, bahwa setiap bulan puasa seperti ini pengunjung yang datang tidak sebanyak hari biasanya. Ia memprediksi, peningkatan kunjungan terjadi saat libur Idul Fitri.
"Setelah lebaran pengunjung akan ramai lagi, karena banyak orang mudik juga berlibur bersama keluarga,” ujar Putri kepada blokTuban.com, Senin (18/4/2022).
Imbas dari sepinya pengunjung, pedagang makanan dan minuman yang merupakan asli desa setempat memilih untuk menutup lapaknya.
Di Gua Ngerong ada sebuah legenda yang tersohor di masyarakat setempat. Penduduk Rengel sering menyebut ikan keramat di goa tersebut sebagai ikan lapar atau rakus. Bukan tanpa sebab penyebutan tersebut, karena apapun yang dilempar ke sungai akan jadi rebutan ribuan ikan baik roti, kacang atau biji kapas.
Larangan untuk mengambil dan membawa pulang ikan dan penyu air tawar yang ada di goa tersebut sangat populer hingga sekarang. Diyakini bila ada yang berani mengambilnya akan kena malapetaka, penyakit bahkan kematian.
“Ikan disini dikeramatkan, ya kalau setiap ada orang ngambil orangnya dipercaya akan meninggal” jelas Eni (56) penduduk lokal mengawali ceritanya.
Dikisahkan Eni, dahulu pernah terjadi ada salah satu wisatawan yang mengambil ikan dan dibawa pulang. Berselang tiga hari setelahnya wisatawan tersebut dikabarkan meninggal dunia. Pihak keluarganya lalu mengadakan ritual dan doa di Ngerong.
Dikuatkan lagi cerita tersebut oleh warga lokal, Supirah (56) bahwa wisatawan tersebut sebelumnya sudah sakit. Saat di Ngerong dia tidak percaya adanya larangan membawa ikan keramat. Setelah pantangan dilanggar datanglah malapetaka.
“Sebelumnya wisatawan itu sakit. Dia itu tidak percaya dan terus mengambil ikan, dan akhirnya meninggal,” sambungnya.
Pada kesempatan lain, juga pernah ada pengunjung yang sengaja membawa pulang ikan di Ngerong. Setibanya di rumah yang mengambil ikan langsung jatuh sakit, dan pada malam harinya ikannya langsung dikembalikan ke habitat asalnya.
“Yang mengambil datang pukul 1 dini hari sambil membawa ikan, lalu minta maaf,” tandasnya. [Nur/Alli]