Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Dimas Asta, Ketua umum TRC membagikan pengalamannya setelah kurang lebih delapan tahun berkecimpung dalam komunitas TRC. Tuban Reptile Community (TRC) adalah sebuah komunitas yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang suka memelihara reptile dan melestarikan satwa liar.
Ia bercerita, di tahun 2014 adalah tahun pertamanya tergigit ular, yakni jenis kobra. Meskipun ketika tergigit ular berbisa orang cenderung panik, ia mengatakan bagaimanapun harus tenang, karena semakin berontak maka gigitan ular akan semakin kuat.
Kemudian penanganan selanjutnya adalah dengan imobilisasi, tidak boleh bergerak seperti tangan patah, apabila gigitan di tangan, dan posisi tangan tidak boleh di atas kepala. Selanjutnya segera ke rumah sakit untuk tindakan lanjutan.
“Dulu saat pertama kali tergigit, saya sobek bagian yang terkena gigitan terus keluarin darahnya, tapi menurut anjuran dokter, bekas snack bite itu nggak boleh disobek karena bisa ular ini masuknya ke sel darah putih, bukan sel darah merahnya,” jelasnya pada Kamis (2/12/2021).
Pemuda 26 tahun tersebut melanjutkan bahwa bekas gigitan ular kobra setelah ditangani mengalami pembusukan karena jenis bisa yang terkandung dalam ular tersebut adalah hemotoksin.
“Seharusnya ya kudu diamputasi, tapi saya nggak mau jadi minta diambil saja bagian sel yang matinya lewat operasi. Ini sembuh tiga bulanan,” ceritanya.
Ia menambahkan cepat tidaknya penyebaran bisa ular bisa berbeda pada setiap orang. “Pertama tergantung kondisi tubuh seseorang, kedua posisi penanganan pertamanya bagaimana, dan jangan terlalu banyak gerak,” lanjutnya.
Meskipun tidak semua ular memiliki bisa, Dimas menegaskan bahwa semua gigitan ular berbahaya.
“Piton misalnya, kalau taringnya nancep kita tarik, ya robek, tetep harus dijahit,” ujarnya.
Dimas mengatakan apabila tergigit ular piton, penanganan pertama adalah diamkan dulu posisinya dan semprot air atau masukkan ke dalam air karena ular tersebut tidak tahan dengan air jadi nantinya akan terlepas. Sebelum itu harus mengamankan ekornya agar tidak melilit karena hal tersebut berbahaya.
Ketua umum TRC tersebut juga berpesan, khususnya untuk masyarakat Kabupaten Tuban sendiri disarankan menggunakan sepatu boots apabila berada di sawah ataupun di tegal karena seringkali terdapat ular tanah (rhodostoma) yang warnanya tidak terlalu terlihat.
Ular tersebut juga termasuk ke dalam jenis yang berbahaya karena bisanya mengandung racun hemotoksin.
“Untuk safety seharusnya pakai sepatu boots, meskipun kalau tergigit mungkin masih bisa tembus, setidaknya bukan kulit langsung. Kalau tergigit bisa terjadi pembusukan apabila tidak cepat ditangani,” jelasnya.
Ia menambahkan lagi, untuk jenis ular paling berbahaya adalah King Cobra karena mengandung empat jenis bisa yang bisa menyerang sel darah, sel saraf, jantung, dan otak. “Kalau kegigit, tinggal nunggu waktu karena kemungkinan selamatnya kecil. Tapi di Tuban Insyaallah nggak ada King Cobra,” tambahnya.
TRC pada kisaran tahun 2019 juga bekerja sama dengan Rumah Sakit NU untuk rujukan snack bite. Dimas menjelaskan, meskipun kerja sama tersebut bukan hitam di atas putih, namun RS NU akan membackup apabila ada anggota TRC yang ketika melakukan rescue terkena gigitan ular.
“Asal ada tanda tangan dari yang kita bantu dan kronologisnya, kita berobat di sana gratis. Kalau yang kena gigitan masyarakat, kita bantu juga arahkan ke sana,” terangnya.
Ia menambahkan, rumah sakit di Tuban yang mempunyai serum antibisa ular (SABU) hanya RS NU dan RSUD.[dina/ono]