Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Hujan lebat yang mengguyur Kabupaten Tuban pada Selasa (16/11) sore dikabarkan menyebabkan banjir bandang di Kecamatan Soko dan Montong. Selang beberapa hari sebelumnya banjir bandang terjadi di Desa Temandang, Kecamatan Merakurak.
Rilis dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kabupaten Tuban kini berstatus waspada banjir bandang sebagai dampak dari potensi hujan lebat yang terjadi hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.
Meskipun belum ada di puncak musim penghujan, BMKG tetap menghimbau warga masyarakat untuk berhati-hati dan menjaga kewaspadaan.
"Iya tetap waspada. Ini bukan puncak musim hujannya. Puncak musim hujannya terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022," kata Kepala BMKG Tuban, Zem Irianto Padama ketika dikonfirmasi blokTuban.com, Rabu (17/11/2021).
Zem menambahkan, bahwa bulan November 2021 ini perlu tetap waspada karena ada fenomena La Nina yang akan meningkatkan curah hujan sehingga bisa menimbulkan bencana Hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, longsor dan angin kencang.
La Nina sendiri didefinikasi sebagai kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya. Kondisi ini berdurasi beberapa bulan hingga dua tahun, dan berupang setiap beberapa tahun (siklus 2- 8 tahun).
Berdasarkan analisis historis curah hujan, La Nina membawa dampak pada curah hujan dimana pada bulan Oktober 2021, sebagian Jawa Timur telah memasuki musim penghujan dan terus meluas hingga bulan November.
Curah hujan atas normal terjadi pada November hingga Desember mendatang. Ditambah peluang curah hujan tinggi juga akan terjadi pada Desember hingga Maret khususnya Jawa Timur bagian tengah dan timur.
Zem kemudian memberikan beberapa rekomendasi atas kondisi ini, seperti optimalisasi tata kelola air teristegrasi dari hulu hingga hilir, penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debitbair berlebih.
Optimalisasi sektor pertanian terutama lahan tadah hujan, dan sektor energi berbasis PLTA, waspadai curah hujan ekstrim yang dapat merugikan sektor pertanian, infrastruktur dan dampak bencana hidrometeorologis.
"Terakhir peningkatan kerjasama antar daerah untuk pengurangan resiko bencana hidrometrologi lintas kabupaten," tutupnya. [ali/ono]