Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Wayang merupakan pertunjukan seni boneka tradisional yang berasal dari budaya jawa. Biasanya boneka wayang untuk pertunjukkan-pertunjukkan wayang dibuat dari kulit kerbau. Saat ini banyak kreasi-kreasi boneka wayang yang menggunakan bahan-bahan lain, seperti dari plastik, kardus, kayu, ataupun limbah plastik.
Tokoh-tokoh boneka wayang juga bermacam-macam, bisa mengambil dari kartun, cerita rakyat, ataupun menciptakannya sendiri. Salah satu penjual boneka wayang adalah Pak Min. Ia berasal dari Kecamatan Babat, Lamongan. Pak Min biasanya menjual boneka-boneka wayang bergambar karakter kartun terkenal seperti upin ipin, dan spongebob di area-area lampu merah Kabupaten Tuban, seperti di perempatan Jalan Pramuka saat ditemui blokTuban.com pada Senin (1/11/2021).
Pak Min mengaku sudah berjualan boneka wayang karakter tersebut sejak dua bulan lalu, Ia mengambil boneka wayang tersebut dari agen yang berada di Lamongan, kemudian menjualnya di Tuban karena menurutnya lebih menghasilkan sebab di Lamongan sudah banyak yang berjualan.
“Boneka wayangnya saya ambil dari agen, kalau membuat sendiri tidak bisa karena alatnya banyak,” ungkapnya.
Pria berusia 64 tahun tersebut biasa berangkat dari Babat menggunakan bus di jam 6 pagi, kemudian turun di Pasar Baru dan mulai keliling. Jika sedang ada Car Free Day di hari Minggu, Ia terkadang juga berjualan di sana.
Selain itu Pak Min terkadang juga berjualan di perempatan lampu merah Gedung Tri Dharma. Dalam sehari Pak Min biasa membawa 40 biji boneka wayang yang bisa terjual 20-30 biji jika sedang ramai pembeli.
“Alhamdulillah, setiap hari ada yang beli, meskipun nggak selalu habis banyak,” ujarnya.
Boneka wayang yang dijual Pak Min seharga Rp 10.000 yang bahanya berbahan dasar dari plastik. Menurut Pak Min bahannya berasal dari plastik yang bagus dan cukup tebal, sehingga tidak gampang sobek. Pembeli boneka wayang Pak Min memang kebanyakan dari anak-anak kecil. Sebelum menjual boneka wayang, Pak Min bercerita bahwa dirinya merantau ke Jakarta sudah sepuluh tahun lamanya. Di sana Ia berjualan berbagai macam aksesoris, sayangnya karena pandemi ini Ia harus kembali ke tempat asalnya, di Babat.
“Barang saya juga masih ada di kontrakan saya yang di Jakarta, inginnya kembali ke sana tapi situasi belum aman, masih Covid,” paparnya. [din/ono]