Video conference (Vicon) adalah sarana efektif komunikasi pimpinan dengan jajaran di daerah. Di Kejaksaan, Vicon baru bisa menghubungkan Kejagung dengan Kejati. Untuk para Kajari, bila ada Vicon harus "ngumpul" di Kejati. Ini jadi kurang efektif. Saatnya diubah. Vicon harus sampai Kejari. Bisakah?
Oleh: Didik Farkhan Alisyahdi, SH., MH.*
Dulu, saat saya jadi Kajari Kutai Timur, Kaltim 2012-2014, bila ada undangan Vicon langsung "pusing". Membayangkan ratusan kelak-kelok jalan darat selama 5 (lima) jam dari Sangatta ke Samarinda.
Dulu, saya pasti berangkat sehari sebelum jadwal Vicon. Berarti saya harus nginap semalam di Samarinda. Itulah sepenggal cerita perjuangan ikut Vicon.
Ternyata perjuangan saya itu tidak ada apa-apanya dibanding teman-teman Kajari lain. Terutama yang dari Kalimantan Utara (Kaltara).
Mereka tidak bisa jalan darat. Harus naik kapal feri dulu dua jam. Baru pesawat dua kali penerbangan. Lalu baru bisa ikut Vicon. Kajari Tanjung Selor misalnya. Pertama harus naik feri ke Berau. Baru terbang ke Balikpapan. Lanjut terbang lagi ke Samarinda.
Baca juga [Entri Data Kejaksaan, Perlukah di Paksa?]
Selanjutnya karena tidak bawa mobil, mereka biasanya sewa. Plus biaya nginap hotel di Samarinda. Perjuangan berat Kajari di Kaltara itu, konon tidak ada apa-apanya lagi dibanding para Kajari di Papua. Karena semua perjalanan antar kota di Papua harus dengan penerbangan pesawat kecil.
Ya, penerbangan dengan pesawat kecil nyawa taruhannya. Cuaca dan kondisi geografis di Papua penuh pegunungan, sering membuat penumpang deg-degan.
Intinya ada sejuta kisah perjuangan dari 463 Kajari se-Indonesia selama ikut Vicon. Ada kisah sedih di tahun 2011. Kajari Sampit, Kalteng Nyoman Gandi meninggal kecelakaan di jalan setelah mengikuti Vicon di Kejati.
Jadi intinya harus ada solusi. Saatnya Vicon harus diubah. Menjadi lebih efektif. Lebih hemat sesuai tujuan diadakannya sebuah Vicon.
Saya sudah tanya ke sana ke mari. Tanya apa "obatnya"? Hampir semua menjawab, solusinya Vicon harus bisa sampai Kejari. "Harus segera diwujudkan mas," saran seorang Jaksa senior.
Maka, di hari pertama saya masuk kerja di Daskrimti, Kamis (2/1/2020), yang teringat dibenak saya masalah Vicon. Maka saya tanya ke beberapa pegawai siapa vendor Vicon selama ini?
Ternyata vendornya PT Telkom. Kolaborasi dengan PT GF. Saya minta bisa ketemu dengan wakil dari kedua vendor itu. Singkat kata, saya hari itu ketemu mereka. To the point saya tanya kepada mereka. "Apa bisa Vicon tersambung sampai ke Kejari di seluruh Indonesia?".
Baca juga [Entri Data: Dipaksa Dulu, Budaya Kemudian]
Mendapat pertanyaan saya, mereka langsung diskusi. Intens. Kayaknya bicara masalah teknis, pilihan aplikasi. Bahasa coding kayaknya. Saya kurang “mudeng” he..he..he..
Sebelum dijawab, saya gurau sama mereka. "Kalau sampeyan tidak bisa, saya akan membuat Vicon sampai ke Kejari dengan cara saya sendiri," guyon saya.
Sambil senyum-senyum saya katakan akan membuat streaming Vicon gratisan via YouTube. Akan membuat channel TV tersendiri. Agar bisa live saat Vicon.
Saya memang berangan-angan Daskrimti mempunyai channel TV di YouTube. Namanya pun sudah ketemu. "DAS-CRIME TV. He..he..he.. keren kan?
Channel TV ini bisa diakses live streaming para Kajari bila ada Vicon. Biayanya murah meriah. Nyaris gratis. Hanya biaya internet.
Hanya masalahnya, kalau pakai YouTube bisa diakses publik. Tidak secure. Yang paling bagus memang tetap harus dengan VPN. Jalur privat. Seperti yang dipakai Telkom saat ini.
Kembali ke pertanyaan saya ke PT Telkom, bisa tidak Vicon sampai ke Kejari? Ternyata mereka menjawab, secara teknis bisa. "Pakai VPN Simkari bisa kok Pak. Nanti kita buat streaming," katanya.
Kaget. Sungguh kaget saya dengar jawaban vendor itu. Berarti mestinya sejak dulu Vicon bisa dibuat streaming dan bisa diakses sampai Kejari. Cuma ternyata belum pernah diuji coba saja.
Langsung saya tantang ayo segera diuji coba. Karena perlu tenaga teknisi dan beberapa alat tambahan. Segera disepakati uji coba.
Singkat cerita, Senin jadi uji coba. Saya menghubungi beberapa Kajari di daerah. Setelah memberi kode akses, Kajari bersama tenaga Simkari membuka Vicon.
"Gambar dan suara sangat jelas di Kejari Karangasem," kata Kajari Joko Darmawan sambil kirim foto dan Video suasana ruang Vicon di Kejari Karangasem.
Memang Vicon ini untuk sementara, kata vendor, para Kajari hanya bisa lihat dan mendengar Vicon saja. Belum bisa interaktif. Agar bisa interaktif perlu tambahan alat dan tambah bandwidth (volume data).
Untuk langkah pertama, bagi saya tidak majalah... eh masalah. Toh, interaktifnya sementara bisa diwakili jajaran di Kejati atau Kejari "pemantapan" ibukota provinsi.
Sebenarnya ada kabar baik. Di beberapa Kejati ternyata sudah ada yang membuat sistem Vicon mandiri. Sebut saja Kaltim, Sumut dan terakhir Bali yang sedang membangun.
Para Kajati di tiga wilayah itu bisa interaktif Vicon dengan para Kajari di jajarannya. Kalau semua Kejati nanti sudah bisa Vicon dengan jajarannya kelak Daskrimti tinggal "menyambungkan" menjadikan satu jaringan. Beres.
Kembali ke uji coba. Kali ini ke daerah Jabar. Dengan Kejari Bandung. Hasilnya Ok. Dapat laporan gambar dan suara Vicon juga diterima jelas.
Uji coba sebenarnya mau lanjut ke Kejari di daerah Papua. Cuma tidak jadi. Maklum sudah jam 16.00 di Jakarta. Berarti di Papua sudah jam 18.00. Petugas Simkari disana pasti sudah pulang.
Uji coba ini ternyata sudah tersiar ke beberapa Kajari. Mereka ada yang japri ke WA saya. Katanya para Kajari menyambut gembira Vicon bisa diakses di Kejari.
"Luar biasa terobosan Pak Kapus. Sangat membantu kami. Jadi mulai kapan Vicon tidak perlu lagi ke Kejati," tanya seorang Kajari itu.
Saya jawab, "Sabar om. Sabar. Ini alat diuji coba dulu. Memang benar sekarang gambar jernih, suara bagus karena baru diakses dua, tiga Kejari," jelas saya.
"Semoga Vicon depan bisa ujicoba, bagaimana kualitas gambar dan suara begitu diakses 463 Kejari. Semoga semua tetap bagus. Doakan ya," tambah saya lagi.
Dari jawaban sang Kajari, saya melihat gestur senang. Bahkan tampak girang. Mereka berharap ada terus gebrakan IT di Kejaksaan. Saya pun sebagai Kapus Daskrimti jadi terus semangat. Terus ingin berinovasi. Bahkan sudah punya angan-angan satu lagi.
Kali ini saya ingin pasword WiFI di seluruh Kejagung diubah jadi satu. Pasword yang seragam. Karena saat ini dibuat masing-masing di unit kerja.
Tujuannya apa? Agar dimanapun pegawai berada sepanjang masih di komplek Kejagung, akan terus tersambung WiFI. Biar paket internet di HP pegawai tidak berkurang bro. Tunggu saja tanggal mainnya.
Salam entri.. entri.. Asyik. [Kang DF]
*Kapus Daskrimti Kejaksaan Agung (Kejagung).