Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com- Pengalihan jalur akibat runtuhnya jembatan penghubung Jatirogo-Bojonegoro, Jembatan Ngabungan turut Desa Kedungjambe, Kecamatan Singgahan membuat jalanan desa padat kendaraan.
Pengendara roda empat ataupun truk bermuatan tinggi dari arah Kabupaten Bojonegoro yang sebelumnya melintasi jalanan sekitar Desa Kedungjambe, kini diarahkan dari pertigaan Wirun, Desa Ngawun, Kecamatan Parengan belok kiri melewati wilayah Desa Saringembat, Kecamatan Singgahan untuk kemudian bisa sampai di pertigaan Jalan Raya Kedungjambe.
Alhasil, beberapa titik jalan Desa Saringembat seperti jalan di Dusun Jrambahan, Dusun Krajan, sampai menuju pertigaan Kedungjambe yang sempit dengan lebar jalan sekitar 5 meter dipadati kendaraan. Truk muatan, hingga bus antar wilayah Jatirogo-Bojonegoro harus perlahan merayap bergantian melewati jalanan desa sempit. Tampak juga sejumlah warga setempat yang mengatur jalannya lalu lintas kendaraan dari berbagai arah, supaya tertib bergantian melewati jalan yang sempit tersebut.
"Yang lewat di perempatan sini dari tiga arah. Dari barat itu asal Binangun dan Singgahan, selatan asal Parengan, dan utara asal Kedungjambe. Karena jalan desa sempit, makanya kita atur biar lancar," ujar Fiki, pemuda setempat bersama warga yang bergantian mengatur lalu lintas perempatan Dusun Krajan, Desa Saringembat.
Di tempat terpisah, pemuda dan warga Desa Kedungjambe juga memiliki inisiatif serupa. Semua kendaraan roda empat atau lebih dari arah barat Jatirogo yang hendak lurus ke timur melintasi Jembatan Ngabungan menuju arah Ponco dan Bojonegoro, diarahkan belok ke selatan untuk lewat jalanan Desa Saringembat yang bisa tembus sampai pertigaan Wirun, Desa Ngawun, Kecamatan Parengan.
"Mobil, truk, ataupun bus kita arahkan untuk masuk pertigaan. Walaupun jalannya kecil, ya harus sabar. Soalnya bahaya kalau masih ngotot lewat jembatan, bisa tambah parah rusaknya," kata warga setempat, Sarmani kepada blokTuban.com, Senin (30/7/2018).
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Singgahan, AKP Ali Mas'ud dalam hal itu berpendapat, dialihkannya kendaraan roda empat atau lebih, dengan melewati jalanan kecil desa adalah cara terbaik untuk mengurai persoalan yang dapat menimbulkan kerusakan lebih pada jembatan yang berusia lebih dari 70 tahun namun hanya direhab sekali pada tahun 1995 itu.
"Apa boleh buat, semoga cepat teratasi runtuhan jembatan ini. Sementara kita alihkan ke jalan desa, agar pihak bersangkutan bisa cepat menanggapi bencana ini," paparnya. [feb/col]