Penulis: Sri Wiyono
blokTuban.com - Ini masih kisah tentang Zaid, tokoh santri kita yang bandel, namun pintar. Para santri yang harus bangun setiap menjelang Subuh, tak dihiraukan oleh Zaid. Untuk menghindari hukuman dari pengurus pondok, dia sembunyi di kompleks lain. Dan sejauh itu dia masih aman.
Hanya, Zaid tidak tahu kalau diam-diam pengurus pondok menyediki. Sebab, catatan pengurus pondok, Zaid berhari-hari absen tidak ikut jamaah salat Subuh. Hanya, pengurus tidak menemukan dia di sekitar kompleks pondok yang dihuni Zaid. Namun, saat ngaji habis Subuh, Zaid selalu ada.
Penyelidikan pun berhasil. Pengurus akhirnya bisa menemukan tempat persembunyian Zaid. Suatu malam, ada pengurus yang sengaja mengawasi dia. Sebab, setiap tengah malam, Zaid sudah tidak ada di kamarnya. Karena penasaran, pengurus mengawasi dan mengikuti ke mana Zaid pergi.
Malam itu, Zaid keluar dari kamar pondok seperti bisa. Dia berjalan dengan berjingkat, karena tidak ingin santri lain bangun. Zaid berjalan pelan-pelan menuju masjid, ke tempat wudhu, lalu masuk masjid setelah ambil wudhu.
Zaid menunaikan salat malam. Cukup lama pengurus pondok yang mengawasi Zaid menunggu dari kejauhan. Usai salat, Zaid keluar masjid, namun dia tidak kembali ke kamarnya. Tapi, menuju ke kompleks pondok yang lain.
Dia lalu masuk ke kompleks itu dan ikut tidur bersama santri di kamar kompleks tersebut. Pengurus pondok manggut-manggut. Sekarang ketahuan di mana Zaid sembunyi. Kompleks tempat Zaid nunut tidur itu memang dikenal ramah. Pengurus dan bahkan Mbah Kiai pengasuhnya juga dikenal sangat sabar. Sehingga, sangat jarang menghukum santrinya.
Saat membangunkan para santri untuk jamaah salat Subuh pun sangat sabar. Karena itulah, Zaid memilih nunut tidur di sana. Setelah tahu di mana Zaid sembunyi, pengurus pondok itu kemudian membahas bersama pengurus lainnya.
Lalu pengurus pondok yang ditinggali Zaid koordinasi dengan pengurus pondok yang tempat Zaid biasa nunut tidur. Setelah pengurus dua pondok ketemu, lahir kesepakatan untuk mengerjai atau memberi hukuman pada Zaid.
Pengurus pondoknya Zaid akan memberi hukuman dengan mengguyur Zaid pakai air comberan. Pengurus pondok tempat Zaid biasa nunut tidur mengizinkan, karena dijamin nanti kamarnya dibersihkan seperti semula.
Maka, hari yang ditunggu tiba. Malam itu seperti biasa Zaid keluar kamar. Namun tak kembali sampai azan Subuh. Pengurus pondoknya sejak malam sudah menyiapkan satu timba air comberan.
Maka saat subuh itu, beberapa pengurus langsung mendatangi kamar di pondok tempat Zaid nunut tidur. Benar, Zaid masih ngorok di sana. Sementara santri lainnya sudah bersiap salat Subuh.
Tanpa ba bi bu, air comberan itu diguyurkan ke tubuh Zaid. Sehingga pakaian Zaid jadi basah kuyup, baunya juga sangat tidak enak. Karena itu Zaid kaget bukan main. Terlebih, dia kemudian melihat beberapa pengurus pondoknya.
‘’Ayo cepat mandi, salat jamaah Subuh. Nanti setelah Subuhan, kamu harus membersihkan kamar ini,’’ bentak salah satu pengurus pondoknya.
‘’Iya Kang,’’ jawab Zaid pendek, sambil beringsut keluar kamar. Sementara santri-santri yang lain pada menertawainya.
Selama jamaah Subuh, hati Zaid tidak tenang. Dia kepikiran siapa yang memberitahu kalau dia nunut tidur itu di sana. Dia juga membayangkan harus ngepel kamar pondok yang cukup luas itu. Juga, harus mencuci karpetnya.
Usai salat Subuh, Zaid dikawal pengurus pondoknya untuk membersihkan kamar yang kotor akibat air comberan itu. Cukup lama waktu yang dibutuhkan. Sebab, dia sendirian. Nampaknya, pengurus pondoknya tak sabar menunggui, lalu meninggalkan Zaid.
Begitu sudah tidak ada pengurus yang mengawal, beberapa santri lain di pondok itu ikut membantu Zaid, hingga akhirnya pekerjaannya cepat selesai. Para santri menganggap kenakalan seperti adalah hal yang biasa.
Hukuman dari pengurus juga dianggap sebagai upaya untuk membina. Pengurus memberikan hukuman karena sayang, sehingga tak ingin santri asuhannya semakin tak terkendali. Terbukti, setelah kejadian itu, Zaid sangat rajin bangun pagi. Dan, dia menjelma menjadi santri yang pintar.[*]